Ayana merasa sangat gugup, apalagi dengan tangan Jonathan yang tidak pernah membiarkannya lepas. Setelah menandatangani buku nikah dan menjalani serangkaian foto. Jonathan membawanya ke suatu tempat. Entahlah untuk apa Jonathan mengajaknya di ruang baca. Dia pikir setelah akad yang disambung dengan resepsi dia bisa langsung berustirahat di kasur empuknya.
"Ayana, apapun yang terjadi kamu harus tenang oke." Ucap Jonathan sebelum membuka ruang tersebut .
"Baiklah." Ucapnya ragu, setidaknya Jonathan tidak akan meninggalkannya bukan.
Pintu ruangan itu terbuka, Ayana melihat ibunya sedang duduk di sofa yang biasa dia gunakan untuk membaca. Sementara di sampingnya ada sosok lelaki paruh baya yang jujur tidak pernah dia lihat.
Tapi dari garis wajahnya dia seperti tidak asing, entah kenapa dia merasa ada yang mirip dari wajah lelaki itu dengan dirinya.
"Ibu?" Tanya Ayana bingung.
Santi hanya diam tergugu mencoba menahan tangis, Ayana refleks bergerak mendekati perempuan yang telah melahirkannya.
"Ibu kenapa?" tanyanya
Jonathan masih setia berada di sampingnya tanpa bersuara, akan tetapi dirinya terus mengenggam tangan istrinya untuk menguatkan. Setidaknya beberapa saat lagi istrinya akan mendengar kabar yang sangat mengejutkan.
Sementara lelaki paruh baya itu tampak bingung untuk mengungkapkan sesuatu, raut wajahnya terlihat penuh rasa bersalah.
"Ayana, seperti yang kamu dengar tadi bahwa yang menikahkan dirimu adalah ayah kandungmu, dan itu adalah dia."
Ayana tentu saja kaget, dia tetap diam bergeming tanpa bereaksi apa-apa. Jonathan yang melihatnya justru bingung mau berbuat apa.
"Jo, bawa aku pergi." Ucap Ayana.
Jonathan tidak menyangka reaksi Ayana seperti ini, tapi dia bisa melihat bahu istrinya sedikit bergetar. Setelah memberi isyarat mata kepada mertuanya, dia membawa istrinya keluar dari ruangan itu.
Santi yang melihatnya semakin menangis, bukannya tidak tahu. Tapi dia sangat tahu bahwa anaknya sedang terpukul sangat dalam hingga dirinya tidak membiarkan siapapun melihatnya. Beruntung sekarang ada Jonathan
yang menemaninya.
Sementara lelaki paruh daya itu dengan raut wajah penyesalan mencoba untuk bersuara.
"Santi, aku mohon maafkan aku. Aku memang pengecut yang tidak bisa memperjuangkanmu."
Santi masih tergugu.
"Entahlah Damar, jujur saja aku sudah memaafkanmu tapi untuk menerimamu kembali tampaknya sulit, bahkan Ayana sama sekali tidak mau melihatmu."
"Kamu sendiri tahu Santi, kenapa aku tak menemuimu." ucapnya putus asa.
"Aku tahu, tapi aku juga tidak mau egois, disini ada Ayana anak kita, minta maaflah padanya maka aku akan kembali kepadamu, jika tidak bisa maka akupun juga tidak bisa menjanjikan apapun kepadamu."
"Baiklah, tunggulah aku." ungkapnya penuh keyakinan.
Sebagai orang tua, tentu mereka tidak ingin melihat anak gadisnya sedih. Tapi sekarang mereka lega karena Ayans sudah berada di tangan yang tepat.
****
"Menangislah, jika itu membuatmu lega." ucap Jonathan saat mereka sudah sampai di kamar.
Ayana langsung menumpahkan semuanya tangisannya.
Hiks. . . .hiks. . .hiks
Jonathan langsung mendekap wanitanya, dia mencoba menenangkan pasangan hatinya.
"Sudah terlalu banyak air mata yang kamu tumpahkan di hari pernikahan kita."
"Maafkan aku." balas Ayana
"Hey jangan meminta maaf karena kamu memang tidak salah, semoga saja air mata ini bukan air mata kesedihan karena kamu menikah denganku."
"Tentu saja tidak."
"Jadi kamu bahagia menikah denganku." Laki-laki itu terkekeh geli.
"Blusssh" pipi Ayana kembali merona.
Karena gemas, Jonathan tak menahan dirinya untuk mencubit pipi gadisnya, istrinya. Bolehkah sekarang dia memanggil perempuannya dengan nama itu.
"Ihh sebel, males ah, udah pergi sana."
"Yakin nih aku pergi?" goda Jonathan.
"Udah pergi sana."
Ayana menggelembungkan pipinya kesal.
"Cup."
Jonathan tiba-tiba mencium pipinya, belum pernah ada yang menciumnya.
Sontak saja wajahnya semakin memerah.
"Kalau kamu cemberut seperti itu, maka aku tak akan berhenti untuk menciummu."
"Eiits." cegah Ayana saat Jonathan kembali mendekatkan wajahnya.
"Enggak, aku nggak cemberut lagi."
Jonathan hanya tertawa sembari mengusap kepala Istrinya. Dia kembali mendekap wanita itu untuk menyalurkan kasih sayangnya. Sampai sosok yang didekapnya jatuh tertidur karena nyaman. Dan Jonathan hanya membiarkannya tanpa berani mengusiknya.
Saat ini hatinya sangat bahagia, karena wanitanya kini menjadi istrinya dan dia berjanji untuk selalu menjaga dan membahagiakannya.
Ia tidak akan membiarkan siapapun untuk menyakitinya. Meskipun masih ada beberapa hal yang perlu dia ceritakan kepada istrinya. Tapi itu bisa nanti, sekarang dia hanya ingin berdua saja dengan Ayana.
Istrinya
****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
luluk
so sweeeeet
2020-10-05
2
Nona Yohana
indahnya...
2020-06-28
1
Vivi kisaran
bahagia selalu buat ayana dan jonathan...😊😊😊😊
2019-09-09
5