Pertemuan tadi setidaknya telah menguras semua tenaganya. Dia sekarang duduk di bangku taman untuk merenungkan kejadian tadi. Tapi kini dia lega, karena tidak akan ada lagi masa lalu yang akan membayangi kedepannya. Kalau dipikir-pikir mungkin dialah yang bodoh karena terpedaya janji manis laki-laki itu.
Mungkin semua itu teguran dari Allah atas perbuatannya, walaupun dulu tidak ada kata pacar dari mereka akan tetapi perbuatan yang
mereka lakukan tak ubahnya seperti sepasang kekasih.
Kalau istilah kerennya mungkin pacaran islami, yang tidak pernah perbuatan tetapi selalu intens berkomunikasi dengan dalih mengingatkan ibadah. Padahal hal itu hanyalah alibi untuk menutupi pacaran itu sendiri. Beruntung hal tersebut tidak berlanjut.
Harusnya dulu dia bisa bersikap tegas, tapi rasa cinta membutakan segalanya. Menyesal memang tidak ada artinya, tapi setidaknya dia
bisa mengambil pelajaran hidup dari apa yang dilaluinya.
Suatu saat nanti jika dia punya anak, bila menyukai seorang gadis dia akan menyuruhnya untuk segera menemui orang tuanya seperti yang dilakukan Jonathan.
"Eh."
kenapa dia jadi berpikiran nglantur begini, gerutunya dalam hati. Ahh dia jadi kepikiran lamaran kemarin, sungguh dia jadi bingung
sekarang.
Matanya lalu melihat bunga yang tumbuh di dekat bangkunya, tanpa pikir panjang dia langsung mengambil satu tangkai. Barangkali
dengan memetik kelopak bunga yang dia sendiri tak tahu namanya bisa menentukan
pilihan. Lagipula petunjuk kan bisa datang dari mana saja.
"Terima. . .enggak. . .terima. . .enggak. .
.terima."
"Loh kok terima sih, kayaknya aku salah ambil
bunga."
Begitulah yang dia lakukan sampai tiga kali dan semuanya berakhir dengan kata terima.
Tanpa dia sadar ada sosok yang sedari tadi terkekeh geli karena melihat aksi lucunya.
"Coba kalu dibalik dari kata enggak, pasti hasilnya berubah." seru Ayana optimis, akhirnya dia mngambil tangkai terakhir dan
dalam hatinya berkata semoga tidak ada petugas taman yang memergoki aksinya.
Loh tapi meskipun tidak dilihat bukan berarti tidak melihatnya, ada Sang Pencipta yang selalu mengawasi setiap perbuatan makhluk
ciptaannya.
Ayana meringis kecil karena menyadari kesalahannya.
"Nggak, terima, nggak, terima, nggak, terima, nggak, terima."
"Kenapa hasilnya terima?" tanyanya. Bahkan
bunga terakhir berpihak pada Jonathan.
Tak tahan melihat Ayana yang frustasi, akhirnya sosok yang sedari tadi bersembunyi keluar
"Bukankah kamu sudah menerima lamaranku Ayana, hingga kamu bilang kepada temanmu bahwa kamu akan menikah."
Mendengar suara yang sangat dia kenal tentu saja membuatnya terlonjak kaget, apalagi melihat laki-laki itu kini berada di depannya
dengan pakaian santainya yang entah kenapa menambah kadar ketampanannya.
"Astaghfirullah." Ayana kenapa kau malah
melihatnya terus, ucapnya lalu menundukkan pandangannya.
"Bagaimana Ay?"
"Ehmm,." Ayana tergagap dia sendiri bingung mau jawab apa, darimana makhluk astral itu mengetahui semuanya
"Apa?" tanya Jonathan yang kini duduk
disampingnya.
Dan semua itu tak pelak membuatnya jantungnya berdetak
kencang.
"Emmm, aku tidak mau menjawabnya sekarang, mungkin
kamu salah dengar." ucapnya sembari terus menunduk.
Angin menerpa kerudungnya yang entah kenapa malahmenambah kecantikannya, padahal pakaian yang dia gunakan sangat sederhan, rokprisket pink yang dipadukan dengan kaos bergaris abu, dengan kerudung phasmina warna pink baby. Dari penampilannya dia lebih mirip dengan anak SMA daripada seorang yang sudah bekerja.
Terlalu lama memandangi gadis pujaannya membuat dia mendesah frustasi, entah sudah berapa banyak dosa yang dia pupuk karena
memikirkan seseorang yang belum boleh dia pikirkan kecuali jika gadis itu sudah
menjadi tulang rusuknya.
Ahhh kenapa dia malah pikirannya semakin berkelana. Pokoknya Ayana harus segera menjawab ya.
"Kenapa?" Tanya Jonathan.
"Aku. . .aku tidak tahu bagaimana perasaanku
kepadamu juga sebaliknya, aku takut pernikahan kita nanti tidak bahagia karena
tidak disadari dengan perasaan cinta."
Jonathan menghela napas sejenak, jadi itu alasannya kenapa dia tak kunjung menjawabnya.
"Ayana, banyak pernikahan yang dilandasi cinta tapi tidak berakhir bahagia, menikah itu bukan hanya tentang cinta, tapi tentang
sebuah komitmen, saling percaya dan saling memperbaiki."
Meskipun dalam hatiku sudah ada cinta untukmu, lanjutnya dalam hati.
Ayana mendongakkan kepalanya sejenak, tak menyangka laki-laki itu berkata seperti itu seperti bukan Jonathan yang biasanya.
Bagaimana bisa laki-laki yang semakin dia kenal menyimpan banyak kelebihan mau
menerima dia.
"Jo, apakah kamu tahu kalau aku. . . Aku. . kamu pasti tahu maksudku." Ada rasa sesak dalam dadanya, matanya mulai
berkaca-kaca.
"Ayana, aku menerima semuanya yang ada pada dirimu, tak peduli bagaimana kamu, aku menerima kamu apa adanya, emm bukan lebih tepatnya ketika kita sudah menikah kita bersama-sama untuk saling memperbaiki
diri menjadi lebih baik, Jadi Ayana maukah kamu melangkah ke surga bersamaku?
Aku memang bukan laki-laki yang sempurna tapi aku berjanji akan selalu
membahagiakanmu."
Air mata langsung lolos dari mata indahnya, dia seakan tak percaya laki-laki ini meskipun belum terucap kata cinta dari bibirnya tapi
ada keyakinan dalam hatinya bahwa Jonathan tidak akan mengecewakannya.
"Hey, jangan menangis Ayana, nanti dikira aku
ngapa-ngapain kamu." gusar Jonathan.
Nahkan dia kembali ke sifat aslinya.
Jonathan sama sekali tidak berpengalaman dengan wanita yang menangis, karena dia memang jarang berinteraksi dengan wanita kecuali ibunya.
"Nanti kubelikan eskrim deh." ujarnya lagi.
Ayana yang mendengarnya sebenarnya ingin tertawa, masak dia disamakan dengan anak kecil kalau menangis langsung diam karena diberi es krim. Karena sedikit kesal dia malah semakin terisak, biar Jonathan tahu rasa.
"Tes. . .tes. . .tes."
"Hujan, barangkali jika aku berdo'a sekarang kamu akan menerima lamaranku." ucap Jonathan lirih. Tapi Ayana masih bisa
mendengarnya.
Seulas senyum terpatri di bibirnya
****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
Liya Homsar
Iya pacar 3 tahun tapi malah gak nikah, kenal 3bulan malah langgeng sampai kini aneh bin ajaib.
2021-03-18
0
Lailatul Hawa
pada dasarnya wanita itu makhluk pencinta, jadi meskipun dia ga/blum mencintai pasangannya nanti akhirnya dia juga cinta. wanita lebih baik di cintai daripada mencintai,karena wanita lebih suka di puja.
well, sama dengan ceritaku. bener itu, hubungan ga melulu tentang cinta tapi bagaimana kita menghargai dan menghormati keberadaanya. lama lama tumbuh cinta dan kasih sayang kok 😘😘😘
2021-03-15
0
luluk
lanjut
2020-10-05
1