Wanita mudah akrab
Jika mempunyai masa lalu yang sama tentang seseorang
-Anonim-
****
Keesokan harinya, Ayana terbangun dengan badan yang tidak enak. Tentu saja karena semalaman dia tidur di lantai. Yah walaupun masih beralaskan sajadah, namun hal itu tetap saja tidak bisa menghalau hawa dingin
yang menyergapnya.
Pagi itu suasana hatinya tampak berbeda, dia yang biasanya selalu menebar senyum ketika membuka mata menjadi lesu dengan senyum
masam di wajahnya.
"Ayana." Panggil ibunya.
Ayana bergegas merapikan mukenahnya, lalu keluar kamar. Dia mendapati ibunya sedang memasak di dapur, memasak makanan kesukaannya. Orak-arik telur dan teri tepung, makanan yang mungkin menurut orang lain sangat sederhana tapi baginya adalah makanan yang sangat lezat.
"Sudahlah Ayana, kamu duduk saja, biar Ibu saja yang memasak buat kamu." Ucap Santi saat melihat anaknya mulai memotong wortel.
"Tapi Ibu." Sanggah Ayana, Oh ayolah dia juga
ingin memasak membantu ibunya.
"Kamu bersantai saja okey, nanti kalau makanannya sudah siap, Ibu panggil kamu." ucap Ibunya.
Ahh ibunya selalu begitu, jika dia pulang maka Santi akan sangat memanjakannya. Bahkan dia sama sekali tidak boleh menyentuh dapur.
Padahal dia sangat ingin sekali menyalurkan hobinya di rumah.
Ayana lalu pergi ke ruang baca di dekat ruang tamu, lagipula sudah lama sekali dia tidak membaca buku di sana. Barangkali ibunya
kini sudah menambah buku baru lagi.
Santi memang punya hoby membaca dan itu diturunkan kepada anak semata wayangnya, tak heran mereka mempunyai ruang baca yang penuh dengan buku-buku di setiap sudut.
Santi yang melihat anaknya menjauh kembali melanjutkan acara masaknya. Dia berharap anaknya segera menemukan kebahagiaan dengan seseorang yang mencintainya. Bukannya dia ingin memaksa.
Tapi dia rasa Jonathan adalah sosok yang paling tepat menjadi pendamping hidup anaknya. Dia tidak ingin Ayana berakhir sepertinya.
Sedari kecil, anak semata wayangnya tidak pernah mengenal sosok ayahnya. Laki-laki itu entah bagaimana kabarnya, dia sendiri juga tidak tahu. Andai waktu bisa diputar, mungkin mereka bisa bahagia.
"Ahhhh akhirnya bisa keluar rumah." ucap Ayana saat menginjakkan kakinya di luar rumah.
Dia sudah mengerahkan semua kemampuannya untuk merayu ibunya agara diizinkan keluar rumah. Dan pilihannya jatuh pada taman kota yang terletak tidak jauh dari rumahnya.
Taman ini terlihat sangat indah dengan warna pelangi di setiap sudutnya. Jalan setapak, bangku, pot, batu, dan wahana yang ada disini
semuanya di cat dengan warna terang, tak heran sekarang taman ini menjadi
sangat ramai.
Apalagi di tengah taman terdapat air mancur dengan ikan hias di kolamnya. Ayana tentu saja tak melewatkan hal itu, dia bergegas menuju tempat itu untuk merasakan sejuk airnya.
Bahagia itu sederhana, hanya melihat air saja sudah bisa membuat dia tersenyum tanpa beban. Mungkin kalau ada orang iseng yang memotretnya lalu disebar ke media sosial, dia bisa menjadi viral karena senyum indahnya.
"Ayana."
Ayana menghentikan gerakan tangannya saat menyadari ada seseorang yang memanggilnya, perlahan dia menolehkan kepalanya untuk mengetahui
siapa yang memanggilnya.
Dia." pekik ayana dalam hati.
Bagaimana wanita itu bisa ada di sini. Ya dia adalah sosok yang menggantikan dirinya sebagai pendamping Ali.
Wanita itu terlihat cantik dan juga lembut disaat bersamaan.
"Raina." balasnya.
Wanita itu tersenyum kecil lalu mengangguk.
**
"Kenapa kamu disini?" tanya Ayana penasaran.
"Rumahku memang ada di sekitar sini." balasnya setelah meletakkan cangkir teh yang baru saja ia minum.
Saat ini mereka sedang berada di kafe dekat taman itu.
Ayana tidak bisa menyembunyikan raut wajah terkejutnya, Raina ternyata tinggal di daerah sini, sejak kapan.
"Kamu tidak perlu kaget seperti itu." ungkapnya tertawa.
"Ehemm." dehem Ayana tersenyum kikuk.
Setelah itu suasana canggung langsung menyelingkupi mereka. Ayana sendiri bingung ingin bicara apa, hey bagaimana perasaan kalian kalau bertemu dengan pasangan mantan calon suami. Tentu tidak nyaman bukan. Kalau kemarin dia bersama Isna, kali ini dia sendirian.
"Emmm, pertama aku ingin meminta maaf kepadamu, yah secara nggak langsung aku menyakiti hatimu." Ucapnya lirih, ekspresinya
berubah sedih.
"Bukan secara nggak langsung, tapi langsung Raina, dari bicaramu aku bisa tebak bahwa kamu tahu masa laluku dengan Ali
bukan?"
"Hahahaha" dia menghentikan tawanya lalu berkata,
"Kamu sarkas sekali, tapi it's okey ini memang salahku, sebenarnya aku tahu Ali
tidak mencintaiku, tapi aku bisa apa keluarga besar telah menjodohkan kami
sedari kecil."
Seperti ada pisau tak kasat mata yang melukai hatinya.
"Hah, tapi bagaimana bisa, Ali bahkan dulu sempatmerencanakan pernikahan denganku."
"Yah, awalnya aku lega, akhirnya dia menghentikan perjodohan ini dengan menikai wanita yang dicintainya, tapi Ali terlalu
mencintai ibunya hingga dia mengorbankan perasaanya."
"Tapi kenapa kamu tidak menolaknya,jika tahu Ali terpaksa."
Hening sejenak diantara mereka.
"Karena aku mencintainya, aku memang bodoh menebak laki-laki yang tidak mencintaiku dalam ikatan seumur hidup." Raina tak kuasa menahan air matanya.
"Betapa sakit hatiku, bahwa suamiku bahkan sama sekali tidak melihatku, sungguh aku tidak menyalahkanmu Ayana, ini semua memang salahku." ucapnya terbata-bata.
Ayana secara implusif mendekatkan tubuhnya untuk mendekat Raina.
"Sssttt tenanglah, aku yakin Ali akan
mencintaimu." ujar Ayana,walau dia sendiri tak yakin dengan ucapannya.
"Entahlah, aku sendiri tak yakin, mana ibu mertuaku sekarang tak seramah dulu hanya karena kami tak segera punya anak." Raina
terkekeh geli, dia mencoba menghapus air matanya, dan Ayana melepaskan
dekapannya.
Raina tentu tidak mengatakan alasan sebenarnya. Bagaimana dia bisa punya anak, jika suaminya tak pernah menyentuhnya, melihatnya saja sepertinya dia muak. Tapi biarlah ini hanya menjadi urusan rumah tangga mereka.
"Aku bisa membayangkan kalau beliau berubah menjadi lebih cerewet." sahut Ayana sembari membayangkan mertua Riani yang
terkenal jutek.
"Dan Raina, aku memaafkanmu bahkan sebelum kau meminta maaf, semua yang terjadi pada kita adalah yang terbaik, tenang saja aku tidak akan mengganggu Ali kalau itu yang kamu khawatirkan, lagipula sebentar
lagi aku akan menikah."
"Terima kasih Ayana, dan maaf aku sempat berpikiran buruk padamu, bahkan aku sempat membututimu di Mall waktu itu. Dan ya semua kulakukan karena suruhan mertuaku."
"Tidak papa." Ayana tersenyum maklum, entah kenapa dia merasa lega. Memaafkan memang lebih baik daripada menyimpan dendam yang akan
membuat penyakit hati.
"Tunggu, kamu akan segera menikah? dengan
siapa?"
Tanya Riani saat menyadari kalimat yang diucapkan Ayana.
"Do'akan saja, semoga semuanya lancar."
"Tentu aku akan selalu mendo'akanmu."
Aneh memang, mereka seolah melupakan masalah yang pernah terjadi diantara mereka, apa memang seperti itu, wanita mudah akrab jika menyangkut sosok yang pernah atau singgah di hati mereka. Entahlah hanya mereka yang tahu.
****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
luluk
rasa2nya lamaran jonathan diterima nih
2020-10-05
1
Nona Yohana
hmm...
2020-06-28
1
Vivi kisaran
lanjut thor...
2019-09-09
3