Jadi bagaimana? Tanya Jonathan memecahkan keheningan di antara mereka.
Saat ini mereka sedang duduk di beranda rumah, sementara orang tua mereka sedang berbincang di dalam.
Ayana masih diam tidak menggubris pertanyaan laki-laki disampingnya. Dia masih merasa syok, bagaimanatidak terkejut Jonathan itu masuk ke dalam daftar terakhir laki-laki yang akan melamarnya. Lagi pula mereka tidak dalam kondisi sedekat itu, di kantor pun lebih sering bertengkar daripada
beramah tamah.
"Aku tahu kamu kaget, tapi Ayana aku tidak ingin menundanya, aku sungguh-sungguh mencintaimu sejak pandangan pertama."
Jonathan menolehkan kepalanya untuk melihat gadis itu, jujur saja dia sangat terpesona dengan gadis pujaannya.
"Maksudmu saat hari pertama kamu bekerja? Bahkan kita baru sebulan saling mengenal."
Jonathan tampak menimang-nimang sesuatu sebelum bersuara.
"Mungkin kamu tidak tahu, kalau aku sudah lama mengenalmu."
"Maksudmu?" Tanya Ayana.
"Aku tidak akan menceritakannya sebelum kamu menerima lamaranku." Ucapnya tegas.
Sorot matanya terlihat tajam tapi ada sisi lembut di dalamnya.
"Kamu curang." Gerutu Ayana.
"Memangnya kamu yakin aku akan menerima
lamaranmu."
"Kau kejam sekali Ayana, mematahkan
semangatku." balasnya sembari terkekeh kecil, walau sebenarnya hatinya gelisah tak karuan karena menanti jawaban gadis itu.
"Kalau kau tidak mau, aku tidak akan memberitahumusampai kapan pun." lanjutnya.
"Mana bisa begitu." kesal Ayana dengan
mengerucutkan bibirnya.
Jonathan yang melihatnya tidak bisa menahan rasa gemas, sungguh dirinya tak sabar untuk mempersunting Ayana, semoga saja dia mau menerima lamarannya.
"Jadi jawabanmu apa, Ayana apakah kamu mau menjadi istriku?"
Blusshhhh
Rona merah langsung menjalari pipinya saat mendengar laki-laki itu mengatakan kalimat itu.
"Emmm, entahlah aku belum bisa menjawabnya, beri aku waktu." jawabnya gugup.
Jonathan menghela napas sejenak lalu berkata.
"Baiklah aku akan memberimu waktu, tapi kuharap jawabanmu tidak mengecewakanku."
"Sampai kapan kamu mau menungguku?" Tanya Ayana, karena sebenarnya dia masih ragu dengan lamaran laki-laki itu.
"Sampai kamu menerimaku, berapa lama pun kamu menjawabnya, aku akan menunggunya, tentunya kamu tidak ingin mati penasaran kan tentang kapan aku mengenalmu."
Ayana menimang-nimang.
"Baiklah, beri waktu aku seminggu dan aku akan menjawabnya."
"Jangan terlalu terburu-buru waktu kita masih
banyak, lagipula masih ada satu bulan lagi untuk masuk kantor."
"Satu bulan? Jangan bilang kamu ambil semua jatah cutimu tahun ini?"
"Ya bisa dibilang begitu." Jawabny Sambil
tersenyum kikuk.
"Sepertinya para orang tua sudah selesai
berbincang-bincang, mungkin ini saatnya aku pamit."
Tepat setelah Jonathan menyelesaikan kalimatnya, orang tuanya keluar dari dalam rumah diikuti oleh Santi. Tampaknya mereka paham kalau Ayana tidak bisa memberikan jawabannya sekarang. Akhirnya mereka berpamitan untuk pulang. Ayana dan Ibunya mengantar mereka sampai ke mobilnya, lalu
kembali masuk ke dalam rumah.
"Ibu terlihat sangat akrab dengan mereka, apakah ada sesuatu yang tidak aku ketahui."
Gerakan Santi saat membereskan meja terhenti, dia lalu memandang ke arah anaknya.
"Tentu saja, mereka adalah teman baik ibu, apa kamu lupa dengan Paman Leo dan Bibi Natasha, merekalah orangnya, dan Ibu baru tahu kalau Jonathan adalah kakak kelasmu di SMA, hanya saja saat kamu masuk SMA, dia
sudah kuliah di Jakarta. Katanya dia dulu sempat bertemu denganmu."
Paman Leo dan Bibi Natasha, tentu saja dia tidak melupakan nama itu. Karena ibunya sering bercerita tentang baiknya mereka saat
membantu Ibu yang seorang single parent merawatku. Tapi tentang Jonathan dia
bahkan tidak sadar pernah bertemu dengannya.
****
Malam ini Ayana tidak bisa tidur, kejadian tadi seperti mimpi baginya, berulang kali dia menepuk pipinya berharap yang terjadi hanyalah mimpi. Namun semua sia-sia karena dia bisa merasakan sakit, itu berarti
kejadian Jonathan melamarnya adalah kenyataan.
Kenapa tadi dia hanya meminta waktu seminggu, harusnya meminta lebih. Mana bisa dia memutuskan hal besar dalam waktu sesingkat itu. Karena kunjung tak bisa tidur, akhirnya dia memutuskan untuk sholat Istikharah. Sholat yang dikerjakan apabila seseorang sedang meminta petunjuk kepada Allah dalam membuat keputusan.
"Ya Allah berikanlah aku kekuatan untuk mengubah sesuatu yang bisa aku ubah. Dan berikan aku kesabaran pada sesuatu yang tidak bisa aku ubah. Dan beri aku kebikjasanaan untuk membedakan antara keduanya. Jika memang Jonathan adalah pendamping yang tepat untukku, Tunjukkanlah kuasa-Mu kepadaku ya Allah. Semoga keputusan yang akan ku-ambil adalah yang
terbaik untuk semuanya."
Selesai menjalankan Sholat dia tak langsung tertidur melainkan duduk termenung di atas Sajadah, lambat laut kantuk mulai
menyerangnya. Dia jatuh tertidur sebelum sempat beranjak ke kasurnya.
****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
luluk
lanjut
2020-10-05
0
Kasma AnngiNg
thor kok mas kawun ato Maharx cuma sperangkt alat sholat??? pdahl Mahar itu sharusx n sebaikx disesuaikn dgn kmanpuan suami. g mugkin bnget klo jonathan mampux cuma beli alt sholt.
maaf thor dikit masukn ja.
2019-11-05
2
Vivi kisaran
semoga jonathan bisa menjadi imam yg baik buat ayana ya...😊😊😊😊😊
2019-09-09
5