Kado

"What the.... Ayana." Teriak Isna kesal.

Dia membenarkan letak poninya yang berantakan.

"Astaga kejamnya dirimu, huhhhh"

"Maaf Isna, kamu tahu sendiri aku tidak bisa membeli kado." Akunya jujur.

Isna menarik napas dan menghembuskannya perlahan. Dia tampaknya sudah terbiasa dengan sikap Ayana yang satu ini. Kalau soal

pekerjaan, gadis itu bisa menyelesaikannya dengan benar. Tapi kalau soal urusan

seperti ini, nol besar.

"Tenang Ayana, serahkan semuanya padaku, kamu bilang kado ini untuk Pak Refian bukan?"

"Yupp benar." Ayana mengangguk-anggukkan

kepalanya.

Isna menarik Ayana untuk duduk di bangku terdekat.

"Ceritakan tentang pak Refian."

Ayana menatap heran temannya tapi dia tetap bercerita.

"Pak Refian adalah orang yang perfeksionis, pandai menempatkan diri antara urusan kantor dan urusan pribadi, penyuka kucing, Tim PJKA alias Pulang Jum'at kembali Ahad."

Isna mengetuk-ngetuk jari telunjuk ya di dagunya.

"Pernah lihat atasanmu memakai sesuatu saat ke kantor?"

"Apa ya?" Ayana berpikir keras.

Dia mencoba mengingat-ingat.

"Ahaaaaa, jadi begini Is, beliau suka menggunakan topi saat mau pulang ke kampung dan saat hari senin."

"Nahh, itu dia lebih baik kita cari topi untuk

beliau." Usul Isna.

"Apa nggak terlalu murah kalau cuman kasih topi, budgetnya saja jutaan."

"Keep Calm Ayana, akan aku carikan topi terbaik yang pernah ada."

Isna lalu mengajaknya ke Store Brand terkenal.

"Isna, harga topi 3 juta apakah tidak terlalu

mahal?"

"Tidak sayangku, untuk sekelas merk ini harganya sangat murah, atasanmu pasti suka." Yakin Isna.

"Emmm, sepertinya pak Refian orang yang sederhana, dia pasti tidak menyukai barang-barang seperti ini."

Isna berdehem kecil, Ayana memang tidak mengetahui barang-barang branded seperti ini. Dia tidak tahu saja kalau Pak Refian

menggunakan jam tangan Rolex yang sering berganti-ganti.

"Kita belikan topi dan jaket saja bagaimana, sayang uang 3 juta hanya untuk topi saja."

"Ya sudahlah, baiklah aku akan ajak kamu ke dalam store selanjutnya, sepertinya toko itu akan cocok dengan pilihanmu."

"Nah ini baru cocok." Celetuk Ayana.

Isna tersenyum, akhirnya ada juga toko yang cocok dengan sahabatnya ini. Sudah capek dia memasuki banyak toko dan dihadiahi gelengan kepala oleh gadis berhijab itu.

Ayana terlihat memilih-milih jaket yang sekiranya cocok untuk atasannya.

"Warna Navy atau hitam saja Ayana." usul Isna.

"Oke Kita ambil yang Navy saja untuk topi dan

jaketnya."

Saat akan mengambil jaket warna Navy ada tangan lain yang ikut memegangnya.

"Maaf." Celetuk Ayana.

Dia mendongakkan kepalanya untuk tahu siapa yang memegang jaket itu.

Deg.

"Hi Isna." Sapa Perempuan tadi kepada Isna.

Jadi mereka saling mengenal.

"Oh hai Raina." Balas Isna canggung.

Ya perempuan itu adalah Raina, istri dari Ali.

"dan Kamu?" Tanya Raina.

"Ayana." balas Ayana kalem.

"Salam kenal ya." Raina tersenyum ramah sementara Ayana tersenyum canggung.

Isna menepuk jidatnya pelan, kenapa harus bertemu dengan Raina disini.

Ya dia dan Raina adalah teman seangkatan sewaktu kuliah, hanya sebatas tahu saja. Seingatnya dulu waktu kuliah, gadis itu sudah punya tunangan. Tapi sampai saat ini dia tidak tahu siapa gerangan tunangan Raina

itu.

"Sendirian saja Raina?" Tanya Isna basa-basi.

"Iya, kau tahu sendiri suamiku masih bekerja."

Balasnya sembari tersenyum.

Sepertinya Raina belum tahu bahwa Ayana, adalah bagian dari masa lalu Ali.

"Aku kesini ingin memberikan hadiah untuknya, kalau kalian?"

"Ohh, kami mau membelikan hadiah untuk atasan kami, hehe."

Isna mendengus dalam hati karena situasi yang tidak mengenakan ini. Pertemuan antara mantan pacar dan istri sah.

"Kalau begitu, jaket ini untuk kalian saja aku bisa mencari yang lain."

"Tidak usah Raina, buat suamimu saja, bukankah dia sangat menyukai warna navy." Sahut Ayana.

"Kenapa kamu bisa tahu warna kesukaan ya?" Tanya Raina.

Ayana bingung mau menjawab apa.

"Ya, karena suamimu itu setiap hari selalu memakai jaket warna navy." Sahut Isna.

Ayana menolehkan kepalanya ke arah Isna, melalui tatatapan dia berterima kasih kepada sahabatnya itu.

"Oww, jadi begitu ya." Raina mengangguk-angguk

tanda percaya.

"Kita cari kado dulu ya Raina, kapan-kapan kita sambung lagi."  Ucap Isna.

"Baiklah, sampai jumpa lagi." Raina pergi ke kasir untuk membayar belanja ya, dia kemudian pergi meninggalkan toko itu.

"Kamu baik-baik saja kan Ayana?" Tanya Isna kepada sahabatnya.

"Tenang, aku baik-baik saja kok, ya walaupun agak sedikit canggung." Sahutnya sambil terkekeh kecil.

"Syukurlah, ato kita cari jaket yang lain. Yang tadi itu awkward banget, aku sampai bingung mau bicara apa. Raina sepertinya tidak

tahu siapa kamu, buktinya dia biasa saja denganmu. Biasanya di sinetron, mereka

akan menatap sinis kepada mantan pacar suaminya."

"kami dulu tidak pacaran tahu." Kilah Ayana.

"Sama saja sayangku, apa namanya kalau setiap hari chat-an, pergi berdua, itu adalah pacaran yang berlindung di balik agama."

Ayana tersentak mendengar kalimat itu. Apa yang dibicarakan oleh Isna memang benar, selama ini ia telah banyak berbuat dosa.

"Ya kau benar."

"Sudahlah, ayo kita cari kado yang tepat, waktu kita tidak banyak."

"Baik Bos."

Dua sahabat itu lalu sibuk dengan kegiatan memilih kado.

Sementara di sebuah Cafe ada seorang perempuan paruh baya yang duduk dengan menantunya.

"Bagaimana?" Tanya perempuan paruh baya itu.

"Aku sudah bertemu dengannya." Jawab perempuan muda di depannya.

"Kau harus berhati-hati Raina."

**

"OMG, Ayana aku nggak salah lihat bukan." Ucap Isna saat mendapati objek di hadapannya.

"Kamu sudah tahu?" tanya Isna saat mendapati ekspresi Ayana yang terlihat biasa saja melihat sosok itu.

"Ya, dia Muslim sama sepertiku." Balas gadis

berhijab itu kalem.

Sosok yang dilihat mereka adalah Jonathan yang sedang mengumandangkan adzan di masjid.

"Sejak kapan kamu tahu?" tanya Isna

"Baru tadi, hey lagipula kamu kan bagian kepegawaian harusnya lebih tahu dong."

"Maaf, soalnya aku terlalu fokus dengan namanya."

Ayana mendesah lega, ternyata bukan hanya dia yang salah sangka.

"Sudahlah buat apa kita mempermasalahkan agama orang lain."

"Ya juga ya, biarkan mereka memilih sendiri, karena ada banyak hal yang lebih butuh perhatian kita daripada urusan pribadi

mereka." balas Isna setuju.

"Ayo Ayana, kita masuk ke kantor." lanjutnya.

"Kamu duluan saja, aku sholat di Masjid dulu oke, oh ya minta tolong taruh belanjaan kita di mejaku."

"Oke deh, Bye."

Ayana membalasnya dengan senyuman, dia lalu bergegas memasuki masjid dan mengambil air wudhu.

Setelah sholat Ashar dilanjutkan dengan pembacaan hadist oleh pengurus Masjid. Hadist yang dibacakan tentang keutamaan mencari ilmu ”Barang siapa yang keluar untuk mencari ilmu maka ia berada

di jalan Allah hingga ia pulang”. (HR. Turmudzi).

Gadis itu mendengarkannya dengan seksama, ternyata banyak keutamaan dalam mencari ilmu. Tak peduli berapa usiamu, tidak ada

kata terlambat untuk belajar.

“Suara Jonathan memang tidak ada duanya.”

Bisik wanita di belakang Ayana.

“Kau benar Dina, makin rajin aku ke masjid

demi dia.”

“Dah ah, yuk kita balik.”

Ayana hanya menggelengkan kepalanya kecil

saat pembicaraan merek yang dia ketahui adalah Mahasiswa PKL di kanto ini.

Setelah membaca satu Juz Al-Qur’an, Ayana melipat mukena dan meletakkannya di gantungan, kemudian memutuskan untuk keluar. Saat

keluar masjid, jam sudah menunjukkan pukul 16.30, sehingga suasana masjid

tampak sepi. Pegawai telah masuk ke kantor. Sepertinya tinggal dia sendiri di

tempat ini.

Gadis itu bergegas mengambil sepatu di rak

yang di sediakan di pelataran masjid kemudian memakainya. Saat memasangkan

sepatu yang terakhir dia melihat ada sepasang sepatu laki-laki tak jauh

darinya. Ayana mendongkkan kepalanya untuk tahu siapa pemilik satu.

Deg

Terlihat Jonathan yang mengamatinya dengan

kedua tangan di saku celananya. Ayana kemudian bangkit dan memandang heran

laki-laki itu. Raut wajahnya seolah menanyakan kenapa kepada Jonathan.

Tapi Jonathan hanya membalas dengan

senyuman kecil kemudian berbalik.

“Aneh.” Guman Ayana bingung.

“Ayo Ayana, kamu tidak mau terlambat

memberikan kado kepada atasan kita bukan?” Ucapnya sembari berjalan.

“Oh iya, tunggu aku Jonathan.” Balas Ayana

berusa menyusul laki-laki itu.

Tentu saja Ayana, aku akan menunggumu. Bantinnya

Perayaan kecil-kecilan pak Refian

berlangsung sukses, bahkan beliau sangat menyukai kado yang dipilihkan oleh Ayana. Dan tentunya auditor lain memandang penuh terima kasih kepada gadis itu karena memilih kado yang tepat.

****

Terpopuler

Comments

Alanna Th

Alanna Th

yaaa, aq mah penasaran kadonya apa toh?
mertua raina tdk brakhlak; pede bingit, g tau diri!!

2021-06-04

0

luluk

luluk

nyimak

2020-10-05

1

Vivi kisaran

Vivi kisaran

semoga ayana mau menerima jonathan menjadi suaminya....😊😊😊😊😊

2019-09-09

5

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!