Sweet

Setidaknya dia lega karena Ayana kembali menjadi dirinya yang dahulu sebelum lelaki brengsek itu mengacaukan semuanya.

"Enggak dong, Es krim adalah makanan ter..."

Ayana tidak melanjutkan kata-katanya karena matanya

menangkap sosok familiar yang sangat dia kenal.

"Ter apa Ay..."

****

Isna yang penasaran dengan apa yang dilihat Ayana hingga membuat dia terpaku seperti itu. Ia pun menjadi ikut terpaku saat

melihat hal itu.

Disana terlihat pasangan yang memasuki kafe itu, namun bukan karena rasa iri terhadap pasangan itu melainkan siapa mereka. Mereka adalah Ali dan wanita yang ada disampingnya tentu saja istrinya Raina.

Pasangan itu lalu duduk tak jauh dari meja tempat Isna dan Ayu.

Isna mengalihkan pandangannya lagi kea rah Ayana, ia ikut sedih saat melihat raut wajah Ayana yang mendung.

“Ay, kita pindah saja yuk dari sini.” Ajak Isna dengan suara lirih.

“Emm, nggak papa Is, lagipula eskrim ku belum habis sayang banget kalua kita buang sia-sia, hehehe.” Balasnya dengan tawa kecil.

Isna yang melihatnya menjadi tak tega, Ayana memang tertawa namun tawa itu tidak sampai ke matanya dan itu berarti gadis di

hadapannya ini sedang menyembunyikan kesedihannya.

Tangan Isna reflek mengenggam tangan sahabatnya tanda menguatkan.

“Keep Smile,. Ok.”

Ayana membalasnya dengan senyuman seriang mungkin.

Apanya yang tidak bahagia, mereka bahkan terlihat harmonis tanpa beban memamerkan kemesraannya di depan umum seolah dunia milik mereka berdua. Ali memang seorang pembohong dan dia tidak akan terpedaya untuk kedua kali. Lagipula dia tidak akan berniat merusak rumah tangga orang lain.

Gadis itu beristigfar dalam hati untuk menghilangkan pikiran-pikiran buruk itu.

“Apaan-apaan sih mereka kenapa melakukan hal itu di depan umum kayak nggak ada tempat lain saja.” Gerutu Isna sebal.

“heh, Nggak boleh gitu.” Tegur Ayana lirih.

“Ayana, kan katamu rasa malu adalah sebagian dari Iman, jadi kita tidak boleh bermesraan di depan umum meskipun dengan pasangan halal sekalipun.” Isna berceloteh panjang, tumben-tumbennya gadis itu bisa berkata baik seperti itu.

“Iya-iya deh, sudah ayo lanjut makan es krim.”Ajak Ayana mencoba mengalihkan pembicaraan ini.

Sementara di sisi lain, pasangan itu melakukan perdebatan kecil, tapi mereka mencoba menutupinya dari mata orang lain dengan tetap bersikap mesra.

Sebenarnya apa yang terjadi.

****

Sampai di kamar kosan, Ayana tidak bisa menahan lagi kesedihannya. Air matanya mengalir deras di pipinya. Dia terduduk di atas Kasur sembari memeluk erat bantalnya.

Ia memukul-mukulkan tangan ke dadanya berharap rasa sesak yang menghimpit dadanya hilang. Bukannya sembuh, rasa sakitnya semakin menjadi-jadi. Dia sudah mencoba ikhlas, namun untuk menghilangkan semua luka ini dia masih belum bisa.

“Berhenti Ayana, berhenti menyakiti dirimu sendiri, berhenti menangis toh semua ini akan berakhir sia-sia.” Kata-kata ini terus dia

rapalkan.

Kenapa cobaan selalu datang kepadanya, dia sebenarnya cukup lelah dengan semua ini.

“Karena kamu mampu Ayana.”

Tiba-tiba dia perkataan Jonathan melintas di benaknya.

Waktu itu saat dia kesusahan mengerjakan administrasi berkas, Jonathan dengan sukarela membantunya, dia pun berkata.

“Kenapa pak Refian mempercayakan semua tugas berat ini, karena beliau percaya kamu mampu menyelesaikannya. Begitu pula ketika

Tuhan memberikan cobaan kepada kita, karena Allah SWT menganggap kita sebagai

hamba-Nya mampu, lagipula cobaan hidup akan membuat kita menjadi terus

bersyukur.”

Ketika itu Ayana mengangguk tanda membenarkan ucapan Jonathan.

Ayana mencoba menghentikan tangisannya, dan berhasil.

Dia bangkit dari tempat duduk lalu mengambil air wudhu. Dilihat bayangannya yang ada di cermin tampak menyeramkan dengan mata yang sembab itu. Hidungnya pun memerah. Apakah tampilan seperti ini yang kemarin dilihat oleh si Makhluk Astral?

Tak mau ambil pusing memikirkannya, ia memilih membuka kembali Al-Qur’an lalu membacanya. Ketenangan dia dapatkan saat membaca setiap ayat dalam kitab itu. Memang benar dengan membaca Al-Qur’an menjadikan manusia mengingat Allah SWT yang membuat hati mereka tentram. Seperti dalam surat Ar-Rad Ayat 28, “Orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati

menjadi tenteram.”

Dia berkeyakinan dalam hati bahwa hari ini adalah hari terakhir dia menangis karena sang mantan calon suaminya.

****

"Ayana, minta nomor surat ya." Ucapnya

sembari manaruh dokumen di meja Ayana.

"Oke, tunggu sebentar."

Ayana bergegas menginput nomor surat di Microsoft Excel lalu menuliskannya di dokumen tersebut.

"Sudah."

"Makasih." Balas Bima.

"Eh Ay, mata lo kenapa bengkak?" Tanya Bima, auditor yang suka mengomentari penampilan orang.

"Hah, masak sih, enggak kok."

Ayana mencoba mengelak.

"Kelihatan bengkak banget, habis nangis ya?"

Tanyanya tepat sasaran.

Zonk

“Jawab enggak saja deh, kan aku menangisnya kemarin malam bukan hari ini, jadi hal ini

tidak dikategorikan sebagai kebohonngan.” Batinnya

"Enggak mana ada, dah ah, sana kau Bim, keburu ditunggu klien." Usirnya halus, karena Ayana tidak ingin ditanyai lebih

lanjut oleh temannya ini.

Apalagi Bima pernah mengikuti pelatihan BL alias Body Language. Tentu sangat mudah

baginya untuk mengetahui kebenarannya.

"Iya, iya santai aja kalik, bye Ayana, gue kesana dulu."

Bima akhirnya pergi menemui klien.

"Hemm."

Gadis itu hanya berdehem lalu buru-buru mengambil kaca yang ada di atas meja untuk mengecek wajahnya.

Glek

Dia susah payah menelan ludahnya, wajahnya terlihat mengerikan. Lihatlah kantung mata itu, pantas saja Bima memborbadirnya dengan pertanyaan. Dia jadi merutuki kebodohannya, kenapa ia harus menangis lagi. Baiklah nanti kalua ada yang bertanya perihal mata bengkaknya dia cukup diam saja, daripada berbohong.

“Tap-Tap-Tap.”

Tiba-tiba Ayana mendengar langkah kaki, dan dia bisa menebaknya bahwa teman di depan kubikelnya yang datang. Lelaki itu hanya diam

melewatinya tanpa menyapanya, dia kemudian duduk di mejanya.

“Tumben.” Batin Ayana.

‘Stop it, jangan bilang kamu ingin disapa makhluk astral itu.” Ayana menggeleng-gelengkan kepalanya tanda tidak setuju. Sementara laki-laki di depannya Laki-laki di depannya memandang acuh tak acuh.

Hingga jam makan siang, lelaki itu tetap diam tanpa menganggu Ayana seperti hari biasanya. Dia bahkan tak mengambil bekal makan siang yang biasa dibawakan oleh Ayana.

“Kenapa Ay, muka lo kusut gitu?”

Anggit muncul di hadapannya dengan membawa makanan di kedua tangannya, temannya yang satu ini memang sangat suka makan.

“Enggak papa, tapi. . . . “

Anggit menaikkan sebelah alisnya sembari terus makan.

“Kamu merasa ada yang aneh nggak sih dari Jonathan, dari pagi dia diam terus, nggak biasanya.”

Ucapnya dengan tangan memegang dagu tanda berpikir,

“Ciyeee mulai perhatian nih sama Jonathan, hahahaha.” Ejeknya

Ayana tersenyum kikuk, lalu menjawab.

“Bukan begitu Nggit, aneh aja tahu, mana makanan dia nggak diambil lagi.” Ayana menunjuk kotak bekal berwarna biru di sebelahnya.

“Tadi waktu di masjid, dia baik-baik saja kok, ya mungkin karena pekerjaanya sedang banyak-banyaknya, jangan suka curiga begitu

sama calon suami.” Ledeknya.

“Wekkk, mana ada, emang tadi kamu ke masjid? Kok aku

nggak lihat.”

“Dasar, masjidnya tidak sesempit itu tahu, jadi wajar kita tidak bertemu, tapi aku tadi bareng kesananya dengan Jonathan.”

“Hah?”

Ini Anggit melindur atau apa, masak Jonathan pergi ke masjid kan nggak mungkin. Atau karena dia mencari tempat yang sejuk untuk

beristirahat. Ah sudahlah, gadis itu tak mau terlalu mengambil pusing.

“Udah ah, aku mau makan dulu, keburu jam istirahat abis.” Ujarku kemudian.

“Sok atuh, aku juga mau tugas keluar nihhh bareng sama Bima, tapi ni anak belum keliatan batang hidungnya, jangan bilang dia lupa lagi, kebiasaan tu anak, hadehhh.”

“Udah sana, cari aja  di gudang, biasanya tu anak tidur di sana.” Sahut Ayana yang sudah hapal kebiasaan orang yang seruangan dengannya.

“Oke deh, gue cari dulu tu orang, dasar Bima, di tempat pengap kayak begitu dia bisa tidur, apa nggak sesak napas.” Gerutunya

kecil namun bisa didengar oleh Ayana.

Saat Anggit sudah tidak terlihat dari jangkauan matanya. Ayana melanjutkan makannya yang tertunda. Menu makan siang kali ini adalah Capjay dan Tamagoyaki alias telur dadar gulung khas Jepang. Dia tampak menikmati makannya tanpa menyadari ada orang yang sedari tadi mengamatinya dengan senyum kecil. Di tangannya ada coklat dan es krim untuk gadis itu. Laki-laki itu tanpa

suara meletakkan barang yang dibawanya di atas meja Ayana.

“Untukku?” Tanya Ayana bingung.

Tapi laki-laki itu hanya diam sembari mengangkat bahu. Tak lupa dia mengambil kotak bekal yang disiapkan Ayana untuknya, kemudian kembali ke tempat duduknya. Jonathan tampak menikmati makanannya dengan lahap.

Ayana mengernyit bingung, Jonathan hari ini memang aneh sekali. Ayana mengambil coklat yang ada di atas meja, ternyata di bawahnya ada sticky notes yang tulisannya membuatnya kesal.

“Dasar makhluk astral.” Gumamnya kesal

Jonathan hanya tersenyum kecil melihat ekspresi menggemaskan gadis di depannya. Hey ayolah, dia hanya menulis kalimat “ Dasar

cengeng.” Menurutnya tidak ada yang salah. Benar Bukan?

****

Terpopuler

Comments

Riyanti Riri

Riyanti Riri

aaaccchhhh so sweeettt nya Jo

2020-11-01

1

luluk

luluk

ayo lanjut

2020-10-05

1

Catur Nugraheni

Catur Nugraheni

jonathan so sweet 😊

2019-12-09

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!