Pagi itu Ayana datang lebih terlambat daripada biasanya. Hal itu ia lakukan, untuk menghindari Jonathan. Sungguh dia sangat
malu jika harus bertatap muka dengannya. Semoga saja makhluk astral itu melupakan semua yang terjadi.
Ia berjalan lambat-lambat ke kursinya untuk menghambat waktu. Kalau bisa saat ia sampai ke kursi, jam kantor sudah selesai. Namun halitu sangat mustahil bukan. Karena jarak tempat absen dan duduknya bisa ditempuh lima menit saja.
"Syukurlah." Desahnya lega saat mendapati
divisi auditor sepi tanpa penghuni.
Jadi dia tidak perlu bertemu Jonathan, upss maksud dia Makhluk Astral itu.
Tapi tumben-tumbennya ruangan ini sepi. Biasanya pagi-pagi ini mereka sibuk mengobrol sembari minum kopi sebelum memulai aktivitas bekerja.
Apa ada acara?
Ayana bergegas membuka buku agenda di laci mejanya, dan dia sama sekali tidak menemukan ada catatan mengenai kegiatan hari ini dalam artian tidak ada acara apa pun.
Terus mereka kemana?
Gadis berhijab itu kebingungan, tidak mungkin dia tidak tahu kalau ada sesuatu di divisi ini.
"Anggit." Gumamnya.
Tetangga kubilenya kenapa tidak memberi tahu sesuatu padanya.
Ini sangat mencurigakan.
"Sudahlah, lebih baik aku kembali bekerja."
Matanya fokus menatap ke arah monitor yang berisi administrasi surat-menyurat. Ternyata ada beberapa yang belum didisposisi oleh
Pak Refian. Sepertinya bosnya yang satu ini lupa mengerjakannya. Padahal dia
sudah memebrikan catatan kecil sebqagai pengingat bosnya di setiap lembar
dokumen tapi sepertinya hal itu sama sekali tidak membantu.
Maklum pak Bos, sudah agak berumur. Tahun depan sudah beliau bahkan sudah pensiun. Namun jangan salah, Pak Refian adalah orang yang sangat perfeksionis dan teramat teliti. Disamping kekurangannya sebagai orang pelupa.
Anggit baru saja masuk ke ruangannya dan dia sudah mendapati Ayana yang fokus bekerja. Bibirnya mengulum senyum jenaka.
"Ciye-ciye Ayana." Godanya
Lelaki itu kemudian duduk di depan meja Ayana.
Gadis itu memutar matanya malas.
"Ada apa lagi dengan si Anggit." Batinnya.
Alisnya terangkat sebagai isyarat tanya.
"Kura-kura dalam perahu, pura-pura tidak
tahu."
Anggit memberikan tatapan mengejek.
Nah lo, muncul lagi pantun andalan lelaki itu, pasti ada yang tidak beres.
"Ada apa Anggit, datang-datang langsung
bertingkat aneh."
Bukannya menjawab Anggit malah melemparkan pertanyaan.
"Kemarin gimana lemburnya sama Jonathan?" Tanyanya menyelidik.
Mendapat pertanyaan itu membuat Ayana mau tidak mau mengingat kejadian semalam.
Dia tergagap, masak dia harus menceritakan kejadian horror yang menimpanya lalu mati lampu dan roknya yang tersangkut, Oh tidak, mau ditaruh di mana mukanya.. Bisa-bisa dia dijadikan bahan bullyian oleh sedivisi
karena cerita itu.
"Ya seperti biasa mengerjakan lemburan kita tahun lalu." Jawabnya kalem, dia tidak berbohong luar bukan karena kemarin memang mereka benar-benar bekerja.
Anggit mengangkat sebelas alisnya ragu dengan jawaban gadis itu.
"Masak sih?"
"Beneran, kalau nggak percaya ya udah."
"Iya iya deh, percaya tapi kenapa dia bisa
seyakin itu."
"Hah, dia siapa Nggit."
Tanya Ayana penasaran, siapa dia yang dimaksud oleh temannya itu.
"Ada deh, nanti kamu juga tahu." Sahutnya
Misterius.
Ayana pun tidak mempertanyakan lagi tentang dia yang dimaksud Anggit.
"By the Way, kenapa ruangan kosong, anak-anak pada kemana?" Tanya Ayana bingung dia yakin pasti Anggit tahu sesuatu.
"Weit Lo nggak tahu Ay?" Tanya Anggit
kaget.
"Emang ada apa?" Tanyanya bingung.
"Hari ini kan rapat dengan Boss Besar, masak Lo lupa, udah di share di grup Whatsapp lo."
Bos Besar, sebutan untuk kepala cabang di kantor auditor itu.
"Hah, emang kapan ngesharenya, aku nggak tahu, abis ini kena marah dong."
Ayana panik, seingat dia tidak ada pengumuman tentang rapat.
"Gimana Nggit, bantuin aku dong." Gadis itu
terlihat panik.
Anggit hanya tersenyum geli, dia sudah bisa menebak kalau temannya akan sepanik itu.
"Hahahaha."
Dia akhirnya tidak bisa untuk menyembunyikan tawanya karena melihat raut wajah Ayana.
"Kenapa malah tertawa, dasar paling bahagia kalau lihat temannya sengsara." Gerutunya sebal.
"Maaf-maaf, tenang saja Ayana, rapat tadi khusus untuk auditor saja."
Ayana mengernyit bingung tidak biasanya, Staff tidak diikutkan dalam rapat. Biasanya kan dia yang ditunjuk sebagai notulen.
"Tumben." Balasnya.
"Nanti kalau kamu ikut, kita-kita malah jadi
pemain figuran diantara kalian." Ledek Anggit.
Ayana menggeleng bingung, temannya daritadi berbicara tidak jelas apa karena salah makan ya.
"Maksudnya apa sih Anggit."
Belum sempat Anggit menjawab, sebuah suara menimpali obrolan mereka.
"Maksudnya, rapat ini diadakan mendadak Ay, dan sayangnya tadi kamu belum datang."
Jonathan tiba-tiba sudah duduk saja di mejanya. Hari ini dia terlihat lebih rapi dari biasanya lihat potongan rambutnya yang disisir rapi terlihat lebih pendek. Dengan jaket kulit yang masih setia berada di
tubuhnya.
Ayana yang melihat kedatangan Jonathan sontak menjadi gugup. Bayangan kejadian lembur itu kembali teringat. Dia belum siap bertemu dengan Jonathan.
Tapi tampaknya ekspresi Jonathan biasa-biasa saja. Sepertinya do’anya terkabul. Ayana bersyukur dalam hati.
"Uhuk, Uhuk." Anggit membuat suara batuk
yang dibuat-buat.
Dan hal itu semakin terlihat mencurigakan di mata Ayana.
"Aku pergi dulu ya, nikmati waktu berdua."
Dia lalu pergi meninggalkan Ayana yang masih kebingungan.
"Fix, Anggit salah makan." Batinnya.
"Jangan terlalu kau pikirkan temanmu itu Ay,
lebih kamu memikirkan orang yang ada di depanmu."
Tiba-tiba Jonathan bersuara, kalimatnya yang ambigu membuat Ayana kebingungan.
"Parah." Batin Ayana.
Kenapa Jonathan juga terlihat aneh seperti Anggit.
Sebenarnya ada apa dengan hari ini.
***
"Hahahahahaha."
Suara tawa terdengar cukup keras.
Gadis itu tidak bisa menahan tawanya saat mendengar cerita gadis berhijab yang ada di depannya.
"Isna, pelankan suaramu, kau membuat kita menjadi
pusat perhatian."
Tegur temannya saat mendapati mereka dilihat oleh seluruh pengunjung kafe.
"Maaf, maaf, Sumpah, Ay, temanmu lucu banget, Sepertinya mereka salah makan." Ia memegang perutnya yang sedikit sakit
karena terlalu banyak tertawa.
"Aku setuju denganmu."
Balasnya kemudian menyesap minuman yang ada di depannya.
"Kamu juga Ay, masak lupa kalau hari ini ada
review dari Boss Besar untuk semua pegawai kecuali Staff seperti kita."
Memang baru hari ini review dilakukan oleh Boss Besar tanpa Staff. Mungkin ada hal-hal yang tidak boleh diketahui oleh mereka yang
notabene sebagai administrator kantor.
Ayana memberengut kecil lalu berkata.
"Bukannya lupa, tapi baru tahu."
Gadis di depannya mengeluarkan cengiran kuda.
"Peace, maaf, aku lupa, Boss Besar ngasih instruksinya juga mendadak."
"Iya-iya, aku maafin, tapi traktir es krim
sepuasanya ya." Balasnya dengan Puppy Eyes.
"Kamu nggak bosan Ay, makan es krim terus."
Yang ditanya masih asyik dengan makanan di tangannya.
"Ck ck." Isna hanya berdecak kecil lalu
tersenyum.
Setidaknya dia lega karena Ayana kembali menjadi dirinya yang dahulu sebelum lelaki brengsek itu mengacaukan semuanya.
"Enggak dong, Es krim adalah makanan ter..."
Ayana tidak melanjutkan kata-katanya karena matanya menangkap sosok familiar yang sangat dia kenal.
*****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
Alanna Th
setelah mlm thn baru kan tgl 1, merah! mustinya libur kan?
2021-06-04
0
luluk
lanjut lagi
2020-10-05
1
Vivi kisaran
ternyata jonathan ya...😊😊😊😊
2019-09-09
3