Ayana mencoba meyakinkan dirinya sembari memindai seluruh ruangan, tidak ada sesuatu yang mencurigakan. Akan tetapi saat kembali fokus ke monitor, dia seperti mendengar suara keyboard dan suara kursi bergeser di
ruangan pak Refian padahal tidak ada siapapun disana.
“Jonathan hanya membual bukan?” gumamnya takut.
Suara itu bukannya hilang malah semakin menjadi-jadi.
Jujur saja Ayana sangat ketakutan sekarang membayangkan jika ada sosok yang mengerikan menampakkan wujudnya di depannya.
"Jonathan kenapa tega banget sih." Gerutunya
mencoba tenang.
“Mungkin suara itu karena ada tikus yang sedang menginvasi ruangan itu.” Dia masih mencoba berpikiran positif.
“Tik. . . Tikk. . .” Suara keyboard masih terdengar dengan nyaring.
Ayana berusaha sekuat mungkin untuk tidak takut, hey dia sudah besar. Lagipula ini tahun baru, mungkin saja para hantu sekarang sedang pesta barbeque di Puncak. Tapi kalau memang para hantu sedang
berpesta kenapa suara kursi bergeser kini terdengar di telinganya. Apa ia sedang
berhalusinasi?
Tiba-tiba ruangan menjadi gelap seketika. Ayana yang tidak bisa menyembunyikan ketakutannya dan berteriak.
"Arghhhhhhh."
Keringat dingin keluar dari tubuhnya, dan dia tidak bisa menahan isak tangisnya karena saking takutnya.
Ayana berdo'a dalam hati semoga saja ada orang lain yang menyadari kalau dia ada di lantai tiga. Sungguh dia merasa takut, sendirian di tempat yang gelap seperti ini.
"Klek." suara pintu yang terbuka semakin
menambah ketakutan Ayana.
"Tap tap tap." lalu muncul langkah kaki.
Apa hantu itu akan mendekat ke arahnya. Dia sangat ketakutan, semua ini gara-gara Jonathan yang menceritakan cerita seram
kepadanya. Seorang temannya yang indigo pernah bilang bahwa Hantu akan mendekat
apabila kamu bercerita tentang mereka. Karena makhluk tersebut ingin menunjukkan keberadaannya.
Suara langkah kaki terasa mendekat, dan hal tersebut tentu saja suara-suara itu menambah isakannya.
"Hiks. . .hiksss. . . takut." Air
matanya tidak berhenti mengalir.
“Ya Tuhan, datangkanlah seseorang kepadaku.” Pintanya
dalam hati.
"Ay, Ayana."
Sayup-sayup, ayana mendengar seseorang memanggil namanya, dan suara itu persis seperti suara Jonathan.
Apakah dia berhalusinasi, bukankah Jonathan sudah pulang sejak tadi. Jangan-jangan itu hantu yang menyamar menjadi Jonathan. Atau mungkin sebenarnya lelaki tersebut sebenarnya adalah hantu. Pemikirannya malah membuat dia semakin terisak dan menutup matanya, entah apa yang akan terjadi pada dirinya.
Suara langkah kaki itu kiatmendekat, diikuti dengan cahaya senter yang mengenai tubuhnya.
"Ayana, ayana, hey tenanglah, ini aku Jonathan."
Mendengar nama itu membuat Ayana mendesah lega.
"Jo. . na. . .than." ucapnya lirih.
Jonathan yang melihat Ayana, sebenarnya tidak tega, ingin sekali dia mendekap perempuan di depannya, tapi tentu saja hal itu tidak boleh dia lakukan karena bukan mahramnya. Jadi yang bisa dia lakukan hanyalah menghiburnya supaya gadis itu tidak ketakutan lagi.
"Hey sudahlah, jangan takut, ada kau disini."
Suaranya terdengar tegas mencoba meyakinkan Ayana.
“Takut Jo, di sini gelap sekali, mana kamu habis cerita seram lagi.”
Jonathan ingin tertawa tapi dia berusaha untuk menahannya, dia kasihan dengan Ayana yang sepertinya tampak ketakutan sekali.
“Aku kan cuma menceritakan apa yang aku dengar, lagipula Hantunya pasti langsung kabur kalau ketemu denganmu, kamu galak begitu.”
“Jo, jangan bercanda, tadi aku benar-benar melihat ada bayangan hitam yang melintas. Lalu mendengar suara mencurigakan di ruangan Pak Refian persis seperti apa yang kamu ceritakan.”
“Sudahlah, mungkin kamu hanya berhalusinasi karena mendengar ceritaku, tenang oke.” Balasnya dengan suara lembut, dia jadi merasa bersalah dengan gadis di
hadapannya.
Apakah memang benar Ayana mengalaminya, hiii dia jadi begidik ngeri. Tapi masak dia menunjukkan kegelisahannya di depan Ayana, sangat tidak manly sekali.
Melihat keyakinan pada diri Jonathan, membuatnya merasa aman dan terlindungi. Isakannya perlahan mereda.
Jonathan berhenti mengajaknya bicara dan memberikan waktu untuk dirinya menenangkan diri.
Lelaki itu tidak bisa melepaskan pandangannya dari gadis itu, tidak biasanya dia seperti ini, mau repot-repot menenangkan perempuan yang
menangis.
Ayolah, dia sama sekali tidak suka dengan perempuan cengeng dan penakut. Tapi melihat Ayana menimbulkan sosok lain di dalam dirinya untuk
melindungi gadis itu.
Walaupun dalam kegelapan, bukan berarti Ayana tak menyadari bahwa dirinya ditatap sedimikian intens oleh laki-laki di hadapannya. Jujur saja dia merasa malu, karena Jonathan selalu melihat sisi kelemahannya,
dan dia tidak suka akan hal itu.
"Ay, sudah lebih baik?"
Suara Jonathan memecahkan keheningan diantara mereka.
"Ya, terima kasih." balas Ayana dengan suara
terbata-bata.
"Kenapa kamu ada disini?"
Ayana akhirnya bertanya hal itu, dan pertanyaan itu membuat Jonathan tersenyum kikuk, beruntung di tempat itu masih gelap sehingga
Ayana tidak melihat ekspresi konyol Jonathan.
Jonathan memutar otak untuk menjawabnya, tidak mungkin kan dia bilang kalau alasan Jonathan kemari adalah mengkhawatirkan Ayana.
"Jo." panggilan Ayana membunyarkanlamunannya.
"Aku lupa absen." Jawabnya ragu.
"Tempat absen kan di bawah." Sanggah Ayana.
Skak mat,
sekarang alasan apalagi yang akan dia ucapkan.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
luluk
lanjut
2020-10-05
0
Nona Yohana
semangat jo!
2020-06-28
0
Alyssa Kevin
tidak manly 🤣
2020-04-23
1