Auditor Baru

Siapa yang tahu

Kalau pertemuan singkat itu 

akan merubah takdir mereka kedepannya.

(Anonim)

****

Ayana merapikan mukenah yang selesai ia kenakan untuk Sholat Dhuha di lemari masjid itu. Hari masih pagi, baru sedikit lalu lalang di kantor dia bekerja. Berbeda dengan dirinya yang selesai bermunajat dan membaca beberapa lembar mushaf yang dia bawa.

Sebenarnya ia bisa melaksanakan ibadah sunnah itu di kos yang letaknya tak jauh dari kantor itu, tapi entah kenapa dia senang berlama - lama di tempat itu, untuk mengawali rutinitas harinya.

Perlahan ia berjalan ke tempat rak untuk mengambil sepatu kerjanya, tepat saat tangannya mengambil sepatu itu, matanya melihat seseorang yang terasa asing di pelataran masjid.

Lelaki itu memakai jaket hitam dengan rambut yang sedikit berantakan. Tapi entah kenapa pemandangan itu seolah membiusnya untuk terus menatapnya. Tanpa sengaja pandangan kedua orang itu bertemu.

"Astaghfirullahaladzim."

Ayana beristigfar lalu mengelus dadanya seraya memohon ampun kepada sang pencipta, karena dia melihat laki laki yang bukan mahrahmya. Ia langsung bergegas pergi meninggalkan lelaki itu menuju tempat dia bekerja. Masjid tersebut terletak di belakang kantor dengan tempat parkir dan halaman yang luas.

Padahal kalau dilihat dari depan, orang lain pun tak menyangka kantor yang tidak terlalu besar itu menyimpan sebuah masjid di belakangnya. Apalagi jalan raya di depannya adalah titik macet pengendara antar luar kota yang menghubungkan kota Jakarta dengan Kota Tangerang.

Ayana terus melangkahkan kakinya cepat, dia mendesah kesal karena lupa password pintu

belakang. Ya memang, kantornya sekarang di lengkapi pintu yang hanya bisa dibuka dengan menggunakan pasword.

Di pintu belakang kantor dan pintu depan yang menghubungkan

tempat pelayanan dengan tempat karyawan bekerja. Hal tersebut dilakukan, karena pernah terjadi sidak yang dilakukan oleh pusat guna mengecek keamanan, dan sialnya saat itu keamanan kantor sedang lenggang. Alhasil banyak barang yang hilang di kantor termasuk berkas penting yang ada di mejanya.

Ayana hampir kalang kabut mencarinya ternyata berkas itu diambil oleh orang pusat itu dan dikumpulkan di ruang rapat.

Akhirnya diadakan evaluasi besar-besaran tentang keamanan kantor, hasilnya adalah pintu ber-password itu. Ayana hampir menyerah membuka pintu itu, namun akhirnya pintu dibuka dari dalam. Ternyata ada satpam yang membukanya

Dia pun bisa bernapas lega akhirnya bisa masuk ke tempat kerjanya dan terhindar dari laki- laki mencurigakan itu. Ia melangkahkan kakinya ke anak tangga karena mejanya terletak di lantai tiga, lantai tertinggi di bangunan itu.

Saat sampai di lantai tempat dia bekerja, dia sedikit terkejut mendapati laki-laki itu mengikutinya, dadanya berdegup kencang karena rasa takut. Dia terus meyakinkan hatinya bahwa laki-laki itu tidak bisa bertindak nekat karena banyak cctv disana, dia tidak akan berani mencuri di tempat ini.

Diam-diam dalam langkahnya dia menghidupkan gawainya, untuk berjaga jaga jika laki-laki ini melakukan hal mencurigakan dia bisa menelpon satpam yang sedang berjaga.

Ayana menghentikan langkahnya dan laki-laki itu juga ikut berhenti, dia kembali melangkah laki-laki itu pun juga kembali melangkah. Ayana semakin pias, dia lalu meminta perlindungan kepada Rabbnya, dia percaya Tuhan akan melindunginya dari segala mara bahaya.

Sungguh dia sangat ketakutan saat ini, terlebih di lantai tiga ini hanya ada dirinya dan laki laki. Lantai tiga ini sebenarnya terdiri dari banyak divisi akan tetapi tiap divisi hanya dipisahkan kubikle kubikle saja, dan Ayana bekerja di Divisi paling ujung.

Ayana kembali menghentikan langkahnya, dia mencoba untuk mendial gawainya. Tapi sebelum dia melakukannya sebuah suara menginterupsinya.

"Bu, bisakah kau tidak menghentikan langkahmu terus?"

Tunggu apa dia bilang, telinganya tidak salah dengar bukan, kalau laki-laki di depannya memanggil dengan nama Bu.

Oh ayolah dia memang bekerja di kantor tapi usianya baru dua puluh dua tahun dan belum menikah jadi dia belum pantas dipangggil seperti itu. Lagipula wajahnya belum terlihat tua, banyak yang bilang wajahnya baby face.

Ayana tidak memperdulikan laki-laki itu, entah kenapa rasa takutnya berubah menjadi rasa kesal. Dia terus melangkahkan kakinya hingga sampai di kubikelnya.

Namun ada hal yang membuat dia tercengang, laki-laki yang tidak diketahui namanya itu mengikutinya sampai di divisinya dan dengan seenak jidatnya duduk di kubikle kosong di depannya.

"Apa yang Anda lakukan disini?" tanya Ayana seraya mengendalikan emosinya, dia tidak bisa bertindak gegabah karena dia sendirian di sini dan belum tahu apa yang dilakukan laki-laki misterius di depannya.

"Hahahahahaha."

Bukan jawaban melainkan tawa yang menggema dari lelaki itu.

Ayana mengeryit bingung dan berposisi siaga, walaupun dia tidak mempunyai keahlian bela diri setidaknya dia bisa melempar lelaki itu dengan benda-benda di mejanya jika berbuat sesuatu.

"Hey, kenapa wajahmu seperti itu."

Lelaki itu menahan tawa geli saat melihat perempuan berhijab di depannya terlihat sedikit ketakutan. Ahh tidak dia meralat ucapannya, perempuan itu terlihat ketakutan dengan tangannya memegang berkas tebal itu erat-erat.

Ohh apakah perempuan itu berpikir akan melemparnya dengan benda itu. Memikirkannya membuatnya meringis ngeri. Membanyangkan di hari pertama disini sudah mendapat sambutan yang seperti ini. Seingatnya dia tidak melakukan kesalahan apapun.

"Kamu siapa, jangan bertindak macam-macam!"

Ayana kembali bersuara karena tak suka melihat ekspresi geli dari lelaki di hadapannya yang seperti menghina dirinya.

Lelaki itu semakin mengerutkan dahinya, sebenarnya apa yang dipikirkan perempuan cantik di depannya. Oh apakah dia baru saja memuji perempuan itu cantik apalagi dengan ekspresinya sekarang yang terlihat menggemaskan.

"Ehemmm."

Dia berdehem untuk menormalkan ekspresinya, sepertinya ada kesalahpahaman disini. Mungkin perempuan itu menganggap dia seorang pencuri.

Ohh ayolah apakah ada pencuri setampan dia, baiklah dia akui memang penampilannya terlihat sedikit terlihat nyentrik, tapi ini stylenya tidak ada yang salah bukan. Dia mengubah ekspresinya menjadi ramah lalu bersuara.

"Perkenalkan namaku Jonathan dan aku adalah auditor baru disini."

Terlihat raut terkejut dari wajah Ayana. Memangnya ada auditor yang berpenampilan sepertinya.

Dan pertemuan singkat itu merubah takdir mereka kedepannya

***

Terpopuler

Comments

luluk

luluk

lanjut

2020-10-04

0

Alyssa Kevin

Alyssa Kevin

auditor..kerja di leasing ya?

2020-04-23

2

Eli Saidah

Eli Saidah

serru

2020-03-26

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!