"Charlotte, ada keributan di depan. Seseorang mencarimu dengan marah-marah." Jam kantor hampir berakhir ketika deringan telepon membuat aku mengerutkan alis. Aku langsung keluar dari kantor pribadiku.
"Saya ingin bertemu Charlotte, katakan pada wanita itu aku perlu bicara dengannya sekarang! Where the hell is she!" Aku mendengar, sebuah nada tinggi terlontar di kantor depanku tempat para paralegal bekerja.
"William kau tak perlu marah-marah begitu!" Kalau aku tak salah itu suara Ethan. Aku berjalan ke lorong yang menghubungkan front office ku dengan kantor pribadi, Lily mengekor dibelakangku.
"That *****! She is devil who turn my mom like this.... Why I must stay calm Ethan**." Aku akhirnya melihat siapa yang bicara. Seorang pria seumur dengan Ethan. Memakai jas dan datang dengan berkacak pinggang. Ini pasti anak pertama Ny. Anna, William Bowen. Disampingnya ada seorang pria lagi, tampaknya dia adalah adiknya karena mereka memiliki garis wajah yang sama. Itu pasti adiknya Edward Bowen.
"Apa yang terjadi disini..." Joshua tiba-tiba muncul di tengah keributan.
"Aku ingin bertemu Charlotte Blaine, katakan padaku dimana dia."
"Saya Charlotte... Apa yang bisa saya bantu." Aku tiba didepan pria itu.
"Witch or *****!Hell, here you're... We need serious talk right now woman**." Dia maju ke depanku dan menunjuk mukaku. Ethan menariknya. Dan Joshua maju menengahi.
"You're out of order man** ..." Joshua menghalangi William dariku. Satu lagi dorongan perkataan dan akan ada adu jotos disini tampaknya.
"Lily, meeting room one..." Lily segera keluar dan menyiapkan ruangan meeting private. Aku tidak perlu saling tunjuk dan kelakuan primitif emosional para pria disini, dan ini dia yang dikatakan Ethan sebagai intolerable stubborn disaster.
"Gentlemen we need to sit. Do yourself a favour William, calm down or we not going anywhere here. Follow me."** Aku berjalan keluar dari ruangan dan menuju ke ruang meeting private disamping ruangan clusterku.
Pria-pria itu mengikutiku dan Joshua ikut masuk. Aku membiarkannya setidaknya aku punya back-up jika keadaan menjadi buruk. Kami semua akhirnya duduk, walaupun William tampak berusaha keras menenangkan dirinya.
"Minumlah William. Kita harus bicara dengan kepala dingin... " Aku berusaha masuk dengan nada rendah dan menenangkan situasi saat tiga orang itu sudah duduk berhadapan dengan aku, Lily dan Joshua.
"Aku tak perlu mendinginkan kepalaku Nona Charlotte. Kau yang harus mendinginkan kepalamu, apa yang kau suntikkan di pikiran Ibuku sehingga dia bisa bertindak seperti itu. Kau ingin menghancurkan keluarga kami!? Atau kau hanya tertarik dengan persentase yang kau dapatkan dari perebutan harta kami. Aku tak tahu kalian pengacara perceraian punya manner tercela. Apa perkerjaanmu hanya tertawa diatas penderitaan orang dan memunguti kekayaan dari kehancuran orang lain!" Dia bicara dengan nada tinggi dan kali ini sambil berdiri dari kursinya, dan tetap menunjukkan jarinya padaku.
"William!" Ethan menariknya duduk.
"Lepaskan aku Ethan... " Dia mengibaskan tangan Ethan tapi akhirnya duduk. Sekarang letusan emosinya sudah dilepaskan. Dia akhirnya duduk sementara aku tak bicara apapun. Aku menghela napas panjang.
Joshua tampaknya sudah gatal ingin membalas perkataannya. Tapi aku menaruh tanganku dibawah memberi tanda padanya untuk tenang.
"Baiklah William, aku sudah mendengarkanmu... Tentu kau boleh mengatakan apa saja padaku. Tapi seharusnya kau belajar mendengarkan Ibumu...." Aku belum selesai bicara ketika William menyelaku.
"Aku mencintai Ibuku, kau yang membuatnya punya pikiran aneh seperti itu. Kau membuatnya menjauh dari keluarga kami dan membuatnya kehilangan dirinya. Apa kau bisa membela dirimu dari kelakuan tercelamu... *****!"
"Mind your word man!" Joshua tidak bisa bertahan untuk tidak bersuara.
"Baiklah William, kau yakin kau sudah berusaha mendengarkan Ibumu? Setidaknya memperhatikan keadaannya. Sekarang aku ingin kau dengarkan ini...." Aku mengambil handphoneku. Dan menaruhnya didepannya. Itu adalah rekaman percakapanku dengan Anna. Dan aku memang sudah menyiapkan ini dengan persetujuan Anna sendiri.
"Selama ini aku selalu diam Charlotte. Bertahun-tahun dari ulang tahun ke 15 pernikahan kami, pertama aku mengetahui yang salah. Seorang wanita datang ke rumahku dan mencari Alan. Dia membawa seorang anak berumur lima tahun... Wanita itu bilang itu Anak Alan, dia memperkenalkan diri dan mengatakam padaku, Alan belum mengirimkan jumlah yang dia minta untuk child supportnya. Kau tahu Charlotte, duniaku runtuh saat mendengarnya ..."
Suara isakan pertama Anna membuat semua orang didepanku diam. Dan William yang dari tadi bermuka garang, duduk diam di kursinya dengan muka tertegun.
"It's ok Anna... Here..." itu suaraku saat menawarkan tissue ke Anna.
"Aku tahu wanita itu tidak bohong. Aku seperti hampir melihat Edward kedua berdiri didepanku... Semua yang ada di Alan ada di anak itu. Tapi Alan menyangkalnya didepanku dan tidak mengakuinya. Dia berkata wanita itu berbohong dan dia akan mengurusnya. Wanita itu adalah mantan kekasihnya. Entah sejak kapan mereka membohongiku, aku tak tahu... Tapi dia terus berbohong padaku, dia terus menemui wanita itu dibelakangku dan memberikan semua tunjangan padanya. Anak itu hanya tiga tahun lebih muda dari Edward, ... Saat itu kami bertengkar hebat dan aku pergi dari London lebih dari dua minggu saat itu. Anak-anak menyangka aku pergi ke rumah neneknya yang sakit. Dia terus mengancamku untuk tidak bercerai ... dia bilang aku mengorbankan perasaan anak-anak kami.....Dan dia tidak akan membiarkan kami bercerai. Saat itu aku hanya seorang wanita yang merawat anak-anak dan keluargaku sepenuh hati. Aku tak bisa melawannya dan pikiranku buntu. Tapi saat itu semuanya hancur berkeping-keping tanpa bisa dipulihkan lagi ..." Dua anak Nyonya Anna tampak shock. Cerita panjang itu bercampur antara kata-kata yang terputus dan isakan pilu Anna.
"Maafkan aku Charlotte, ....aku tidak bisa mengatakan ini sendiri didepan anak-anakku. Aku bahkan tak tahu bagaimana aku bisa memulai bercerita. Ayah mereka bagi mereka adalah seperti pahlawan mereka, dan kadang aku merasa, entahlah seperti ...seorang Ibu yang hanya punya tugas membesarkan anak-anaknya...." suara isakan mengisi jeda pembicaraan, aku ingat saat itu Anna berusaha keras berhenti menangis dan tak berhasil, dia malah terisak dengan hebat di sepanjang pembicaraan selanjutnya. Sementara aku hanya bisa menepuk bahunya dan merangkulnya.
"Semuanya jadi abu saat itu, ... Alan tak pernah mencoba minta maaf, dia hanya mengancamku untuk tidak bercerai dan terus memberiku uang, mengatakan betapa anak-anak kami akan terguncang jika aku tidak bertahan... Dan dia mulai menjauhi hubungan pribadi denganku pada saat yang sama. Aku telah menurutinya kupikir dia akan minta maaf dan membuatku percaya lagi padanya. Aku menurunkan harapanku, tak apa dia mensupport wanita itu, itu anaknya. Aku mencoba berdamai dengan kenyataan itu."
"Aku punya harapan kami akan membaik setelah kami berkompromi , tapi semua itu tak pernah terjadi. Dia terus bersikap manis tapi berbohong dibelakangku, dia mulai mempunyai banyak affair , aku mempunyai banyak uang sehingga aku menyewa detektif untuk mengikutinya sekian lama, mengetahui dengan siapa saja dia berhubungan. Saat bertahun-tahun aku sudah lelah bertengkar aku menyerah, aku diam. Aku seperti tak punya pilihan, aku bukan wanita muda, saat itu aku sudah berusia 40 tahun dan tak lagi muda... beberapa saat aku menyalahkan diriku, kurasa beberapa tahun setelahnya adalah titik terendahku, sampai temanku mendorongku untuk ke psikolog karena kadang aku hampir tak bisa tidur karena semua masalahku dan aku kecanduan pill tidur... aku hanya bisa bercerita pada sahabatku, kadangkala aku hanya ingin pergi dari rumah, tapi ada anak-anak membutuhkanku, William sedang remaja dan sangat takut anakku terpukul dan meninggalkan rumah, aku takut dia mencoba drug untuk mengobati kekecewaannya pada kami."
"It's oke Anna...You will be ok." Saat itu aku ikut menangis mendengar semua ceritanya, Ibuku cukup beruntung bisa keluar dari pernikahannya yang buruk walau dia tidak pernah percaya pada pria lagi, dan berhasil berdikari untukku. Tapi wanita ini memutuskan bertahan berpuluh-puluh tahun demi dunia sempurna anak-anaknya. I feel sorry for her.
"Kau tahu ... mungkin aku tak berani bertindak atau aku bodoh, aku mencintai anak-anakku, dan aku berpikir wanita-wanita itu tak berhak merampas kebahagian anak-anakku, aku mengorbankan diriku demi dunia anak-anakku. Kami sudah hancur dan aku tak perduli lagi, aku terbiasa mencari pelampiasan yang lain... Perasaanku sudah kebas dan dengan terbiasa berpura-pura kami adalah keluarga yang berbahagia... aku akhirnya bangkit dengan bersikap masa bodoh,... saat aku kesal, aku terbiasa menangis sendiri, pergi entah kemana menyenangkan diriku. Aku mencari pengobatanku sendiri. Saat aku bicara padamu sekarang , kukira aku tak akan menangis lagi, aku tak tahu aku masih bisa menangis seperti ini..." Diam sesaat, saat itu Anna sudah tak menangis lagi.
"Aku tak tahu kenapa di akhir hidupku aku bertemu dengan Lionel, teman lama yang sudah lama aku tak temui. Saat ini kupikir aku berhak mencoba bahagia dengan pilihanku sendiri. Punya seseorang yang akan mengenggam tanganku lagi. Dan disini aku bicara denganmu ..." aku menghentikan rekaman itu dan ketiga pria didepanku diam. Aku hanya diam menunggu dan tidak bicara apapun. Mereka perlu waktu untuk menerima kebenaran ini.
Kami cuma diam cukup lama sehingga kupikir aku perlu membuka pembicaraan. Tapi tiba-tiba William berdiri dan berjalan pergi ke pintu. Tanpa satu katapun.
"Will... " Edward saudaranya berdiri dan menyusul kakaknya. Sementara Ethan terdiam dan memandangku.
"Kenapa kau tak mengatakan ini padaku sebelumnya..." Aku menghela napas.
"Dari pertama kau benar tentang satu hal Ethan... Kau tak bisa masuk secara personal. Maka aku perlu orang yang bisa masuk secara personal... Aku tak akan membuat drama besar soal kasus ini, ancamanku kemarin hanya gertakan untuk membawa mereka kesini, kupikir anak-anaknya akan muncul dan menyalahkanku karena Anna tidak punya keberanian berbicara langsung dengan mereka, dan saat itu mereka akan tahu apa yang sebenarnya terjadi. Aku memang suka spotlights, hanya jika kasusku dipenuhi dengan orang yang menyukai drama, dan mereka meminta aku melakukan drama itu. Tapi kali ini aku hanya ingin menolong klienku mendapatkan kebahagiaan, dan kurasa sebentar lagi kita akan mendapatkan jawabannya..." Ethan mengangguk sambil menangkupkan tangannya.
"Well, aku sebenarnya masih terkejut. Aku tak punya sesuatu yang bisa kukatakan sekarang. Tapi terima kasih kau telah memikirkan cara ini. Setidaknya mereka tahu alasan kenapa Ny. Anna mengambil langkah ini. Maaf tadi kau harus menerima kata-kata William, dia harusnya minta maaf padamu..."
"Dan kau ... bukankah kau Joshua Menard, aku ingat kita pernah bertemu sekali sebelumnya di pengadilan..."
"Benar, senang bisa bertemu denganmu lagi Ethan." Joshua menjabat tangannya dan Ethan melirikku. Aku menyeringai kecil. Dia masih mengingat nama yang kusebutkan.
"Aku harus pergi Charlotte, klienku menunggu."
"Thanks Josh." Joshua segera berlalu meninggalkan aku dan Ethan.
"Kau mau ke kantorku untuk mengobrol karena kau sudah disini."
"Sure, tapi ini sudah hampir jam makan malam. Kau belum lapar, bagaimana kalau kita keluar dan makan malam bersama. Drama keluarga ini membuatku cepat merasa lapar." Aku meringis sekarang.
"Apa kau selalu pintar mencari alasan seperti ini?"
"Ayolah Charlotte ini cuma makan malam. Tidak akan membahayakan kehidupanmu atau bayaranmu. My treat? Deal? Kenapa ada sesuatu yang lain yang membuatmu takut makan malam denganku? Kau takut aku menjadikanmu makan malamku?" Dia menaikkan setengah alisnya dengan ekspresi dibuat-buat sekarang. Aku tertawa dan meringis lebar.
"Fine you win, kita makan di Itsu dibawah..." Aku menyebutkan satu restoran Jepang yang terletak dalam satu komplek kantorku di One Bishop Square.
"Japanese? Well, anything you like Charlotte... "
Terjemahan
●That *****! She is devil who turn my mom like this.... Why I must stay calm Ethan******** itu! Dia setan yang mengubah ibuku jadi seperti ini...Kenapa aku harus tenang Ethan
● Witch or *****!Hell, here you're... We need serious talk right now woman."Penyihir atau ******! Neraka, ini dia...Kita perlu bicara serius perempuan ( woman adalah bahasa merendahkan di sana, sexist type )
●"You're out of order man .. Kau melewati batasmu man
●Gentlemen we need to sit. Do yourself a favour William, calm down or we not going anywhere here. Follow me."Tuan-tuan kita perlu duduk. Berikan dirimu sendiri bantuan William. Tenanglah atau kita tidak bergerak kemanapun. Ikuti aku
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments
Jjlynn Tudin
😭😭 sedih
2022-12-06
0
✨viloki✨
Sekian lama nahan kepahitan
2022-06-14
0
Alexa
selalu menyentuh
2022-04-08
0