Berbagi Ala Aqeela

Mereka pamit pulang kepada Pak Kyai dan Bu Nyai, setelah dilihatnya Aqeela keluar dari area pesantren putri.

Tak lupa Aqeela juga pamit pada Pak Kyai dan Bu Nyai.

Aqeela mencium tangan Bu Nyai dengan santun sebagai tanda pamit dan izin dan permohonan restu meninggalkan pesantren.

pada Pak Kyai , Aqeela hanya menelungkupkan kedua tangan ke depan dada dan menundukkan kepalanya.

“ Kita pulang sekarang, Yah.” Pinta aqeela.

“Boleh. Tapi, barang kamu mana, Qee?” Tanya Ibu keheranan melihat Aqeela keluar tanpa membawa barang apapun. Hanya tas kecil yang mungkin hanya berisi bedak dan dompet Aqeela.

“Qeela bagi-bagiin ke teman-teman se pesantren, Bu. Buku-buku ama kitabnya, Qeela sumbangkan ke perpustakaan.” Jawab aqeela dengan polosnya dan senyum tanpa dosa. Bikin siapapun yang ngeliat gemesnya gak ketulungan.

Ibu hanya bengong, bingung dan rada takjub dengan sikap putrinya itu.

“Qeela salah ya, Bu? Maafkan qeela ya, Bu. Tapi, kebiasaan di sini kalau ada santri yang pulang biasanya mereka akan membagikan barang-barangnya kepada teman-temannya sebagai kenang-kenangan. Qeela pikir, kan bisa beli lagi di Surabaya kapan saja. Sedangkan teman-teman yang disini mereka banyak yang berasal dari daerah. Dan tidak banyak yang bisa membeli barang seperti milik Qeela. Terus perpustakaan pesantren buku-bukunya sedikit sekali jadi Aqeela sumbangin deh, biar agak keliatan banyak gitu…” Cerocos Aqeela seenaknya.

Sebenarnya Aqeela gak bohong dan gak salah tapi juga tidak seratus persen benar. Yang ada Aqeela sebenarnya emang gak mau bawa semua barangnya pulang. Makanya dia bagi-bagikan pada semua temannya di pesantren putri. Teman-temannya sih seneng-seneng aja, apalagi barang-barang Aqeela termasuk barang yang harganya lumayan mahal sa branded. Siapa juga yang nolak.

Padahal sebenarnya di dalam otaknya, Aqeela udah menyusun banyak rencana surprise.

Jadi, gak bawa pulang barang apapun dari Pesantren adalah masuk bagian rencana terprogramnya.

( Cantik-cantik bengalnya gak ketulungan. Haa haa... , kata authornya )

" Ya sudahlah , Bu. Biarkan saja. Toh barangnya Aqeela di rumah se abreg. " Kata Ayah seolah tidak pusing dengan barang-barang Aqeela.

"Yessss... " Sorak Aqeela dalam hati

" Ya.. kalo Aqeela sudah ikhlas. Ibu gak Pa-pa juga."

"Aqeela..." Teriak seseorang dengan lantang membuat Aqeela, Ibu dan Ayah menoleh ke belakang bersamaan.

"Dinda... bentar ya, Ayah, Ibu. Aqeela ke teman Aqeela dulu." Tanpa menunggu persetujuan dari Ayah maupun Ibunya Aqeela langsung menemui Adinda.

"Aqeela... Selamat ya... perjuanganmu tak sia-sia. Setelah nyampe Surabaya jangan lupain aku ya..." Kata Adinda sambil memeluk Aqeela.

"Dinda, dari mana sj. aku cariin gak ketemu."

"Back stage"

Aqeela keheranan mendengar jawaban Adinda.

" Aku gak sanggup harus kehilangan kamu. " Lanjut Adinda sambil melepas pelukan dari Aqeela.

"Aku janji gak akan lupa sama Adinda."

"Aku janji nanti di Surabaya juga rajin belajar." Bertubi-tubi Aqeela menyelesaikan kalimatnya sambil mengangkat jari telunjuk dan jari tengahnya ke atas. sebagai simbol janjinya.

Adinda menunduk, " Aku masih di sini Qee... menyelesaikan Madrasah Aliyahku."

"Nanti, kalo aku ada waktu luang. Aku akan mampir ke sini." Kata Aqeela.

Tiga tahun dalam kamar yang sama, di sekolah yang sama walaupun tidak pernah sekelas. Kecuali di Sekolah Diniyah tentunya. Adalah waktu yang panjang bagi mereka.

Adinda santri dari Solo, jadi orang tua nya sangat jarang nengokin. Jadi, pas Aqeela pulang ato di tengokin Adinda sering diajak pulang.

Sehingga persahabatan mereka bisa dikatakan solid diantara teman-teman yang lain.

Aqeela memeluk Adinda sekali lagi, sebelum meluncur ke Surabaya.

perpisahan, bagaimanapun tetap menyisakan kesedihan.

Tapi tetap tak bisa dipungkiri, karena perpisahan akan tetap terjadi.

Dan diantara Aqeela dan Adinda persahabatan mereka tetap ada di hati. Dan mereka akan tetap menjalani kehidupan yang baru. Dan bertemu teman-teman yang baru pula.