♡Brian♡
Aku dan Amel sudah sampai di Amerika. Aku kembali negara ini lagi, 5 tahun yang lalu aku tinggal disini cukup lama.
Aku dan Amel sedang dalam perjalanan menuju rumah Amel. Amel terdiam hanya mendengar lagu lewat earphonenya. Aku menyandarkan punggung dan kepalaku memejamkan mataku.
Tak lama mobil berhenti, aku buka mataku. Aku melihat seorang penjaga membuka pintu mobil. Aku keluar dari disusul Amelia. Aku mengikuti Amelia masuk dalam rumahnya, bukan main. Rumah besar, dan kemewahan di dalamnya. Vas dan gucci berkilauan.
Amel: lo, ikut gue (menatap tajam)
Aku mengikuti Amel, kami berhenti di sebuah kamar
Amel: ini kamar lo. Kamar gue disana. Di depan lo ini ruang kerja gue. Sekarang lo istirahat aja. Gue juga capek mau tidur.
Brian: oke, thanks boss!!
Amel tak menjawab, aku melihatnya berjalan ke arah kamarnya. Aku tak peduli, aku masuk dalam kamarku. Kamar yang besar dan rapi. Aku duduk di sofa.
Aku mendengar suara pintu diketuk. Aku dengan cepat membuka pintu, aku melihat pelayan memberiku secarik kertas. Aku tersenyum dan kembali menutup pintu kamar. Aku buka kertas itu.
"Gigo, ini no handphone gue. Lo save ya, kalau ada apa apa lo bisa hubungi gue atau langsung ke kamar gue"
-Amelia Putri-
Aku menyalin nomor nya ke handphone ku. Aku mengirim pesan untuknya.
Ini nomor gue Brian
(Kirim)
°°°°°
My Boss❤
Oke. Sudah gue save.
♡Amelia♡
Aku bangun dari tidurku. Hoaaammm.. nyenyak sekali. Aku melihat jam ku di meja. Sudah jam 6. Aku cepat mandi dan bersiap.
Aku berjalan keluar kamar dan menghampiri kamar Brian. Aku mengetuk pintu berkali kali tak ada jawaban. Aku membuka pintu, tidak dikunci. Aku masuk tanpa ijin. Aku tutup kembali pintu saat aku didalam kamar Brian. Kamarnya masih terlihat rapi. Aku melihat Brian tidak ada di kamarnya.
Brian: lo cari siapa?
Aku kaget dan berbalik,
Amelia: aaaaahhhhh... lo gila ya? \Dengan cepat berbalik lagi) lo tuh nggak tau sopan santun.
Brian: elu yang nggak tau sopan santun (memakai kimono handuk) masuk kamar orang nggak ijin, ketok kek, hallo kek, diem diem kayak maling lo.
Amelia: lo udah pake baju belom?
Brian: udah pake kimono, udah nggak kelihatan lagi. (Membuka lemari mencari baju ganti) ada apa?
Amelia: ada acara, loe ikut gue pergi. Lo pake baju formal ya. Ini acara penting soalnya.
Brian: sekarang?
Amelia: taun depan, ya sekarang lah. Gue tunggu 10 menit cepet turun.
Aku cepat berbalik, karena ceroboh aku tersandung kakiku sendiri dan jatuh. Dengan cepat Brian menolong. Jatuh nya nggak kelantai, tapi ke pelukan Brian.
Brian: lo jalan gimana sih? Kayak anak kecil jatuh jatuh an.
Amelia: (mendorong) berisik lo, cepetan ganti baju.
Aku berlari cepat keluar kamar, aku malu. Aku kembali ke kamarku untuk bersiap juga.
♡Brian♡
Aku sudah dibawah menunggu.
Amelia: lo udah siap?
Suara Amel,dengan cepat aku memalingkan wajahku. Woow, aku langsung jadi patung. Amelia memakai gaun indah dan terlihat sangat cantik.
(Dalam hati Amelia)
Astaga, ini sungguh Brian? Ganteng banget. Nggak salah pilih nih gue, Owen lo liat aja, sebentar lagi lo bakal nyerah ngejar ngejar gue.
Brian: lo cantik.
Amelia: thanks. Lo juga, ganteng. \\(tersenyum\\)
Aku dan Amelia masuk ke dalam mobil, ntah Amelia ingin mengajakaku kemana. Aku sedikit gugup dan cemas. Jangan jangan aku dijual ke tante tente.
Amelia: ntar lo ikutin instruksi gue. Disana gue bakal kenalin lo sama orang orang penting. Lo kan lulusan sini, jadi nggak perlu kaku gitu lah. Se enggak nya loe bisa komunikasi dengan baik sama mereka.
Brian: oke, semoga gue nggak ngecewain lo mel.
Amelia: Gue percaya lo nggak akan ngecewain gue.
Aku kaget, segitu percayanya Amelia? Mungkin pendengaranku yang salah. Mobil berhenti di sebuah lobby hotel. Aku dan Amelia keluar dari mobil. Amelia langsung merangkul lenganku erat.
Seyumnya mengembang cantik, sudah cantik semakin cantik. Kami masuk ke dalam sebuah ruangan. Mataku melotot, ini pesta kelas atas. Aku melihat dari penampilan mereka.
Amelia: (berbisik di telinga Brian) gue kenalain lo sebagai calon suami gue. Lo harus bisa kerja sama. Meski lo nggak suka, lo harus bisa mesra ke gue. Ok?
Brian: tenang aja, soal itu beres (berbisik lembut di telinga Almelia)
(Dalam hati Amelia)
Aduh, kuping gue panas. Sial nih cowo!
Amelia: cowok rambut pirang jas item sebelah kiri, itu mr.Charles koneksi bisnis gue paling lama. Sebelahnya mr.White dia licik, mau untung nggak mau rugi. Lo jangan sampai ketipu. Yang lagi asik sama cewek cewek mr.Burneo dia keliahatanya jahat, tapi aslinya baik. Dia udah kayak orangtua buat gue.
Brian: tua tua keladi, makin tua makin menjadi. Untung lo nggak disikat
Amelia: diem lho.
Semua tamu menatap pintu masuk, begitu juga aku dan Amelia.
Si pangeran berkuda putih datang.
Amelia: dan itu.. (kata kata terputus)
Brian: Owen Alexander (merangkul pinggang Amelia erat)
Owen berjalan melewati kami, matanya tertuju pada tanganku yang melingkar di pinggan Amelia, aku tidak peduli. Sandiwara kami dimulai.
Owen: siapa dia?
Amelia: kenalan aja sendiri (kesal)
Brian: Hallo Mr.Alexander, aku calon suami Amelia (tersenyum)
Owen: (tersenyum dingin) kamu cari pria bayaran lagi? Sebarapa banyakpun kamu cari, tidak akan bsrpengaruh padaku.
Brian: sembarangan, siapa yang pria bayaran? (Kesal)
Amelia: sudah, ayoo kita ke lain tempat.
Amelia dan aku berjalan melewati Owen. Owen memegang tangan Amelia erat. Langkah Amelia terhenti.
Amelia: lepas (berontak)
Owen: kamu adalah wanitaku, jangan acuhkan aku seperti ini. (Marah)
Aku menepis jauh tangan Owen dari Amelia, aku merangkul Amelia pergi menjauh dari Owen. Cowok gila! Umpatku dalam hati.
Aku melihat tangan Amelia merah, bekas tangan Owen.
Brian: apa sakit? (Mengusap lembut langan Amelia)
Amelia: nggak papa kok, Owen memang gitu. Makanya gue takut. Kasar ke cewek.
Aku mencium kilas tangan Amelia yang berbekas merah.
Amelia: eh apaan sih
Brian: kenapa? Nggak salah kan cium tangam calon istri?
Amelia: (mendekat dan berbisik) itu hanya Akting tau nggak! Apa lo ngarep bakal jadi calon suami gue? (Meniup telinga Brian)
(Dalam hati Brian)
Hmm.. kuping gue panas! Ni cewek godain gue? Gue makan tau rasa ntar.
♡Amelia♡
Aku berjalan keluar dari kamar kecil. Aku melihat Owen berdiri bersandar pada diding mata nya menatapku penuh amarah. Aku takut sebenarnya. Tapi ketakutanku tidak boleh terlihat di depan Owen si Physco ini.
Owen: sayang, ikutlah denganku ke Inggris.
Amelia: tidak, aku punya rumah!
Owen: ayolah, kenapa kamu begitu keras kepala? (Mendekat dan meraba wajah Amelia)
Amelia: (menepis tangan Owen) singkirkan tanganmu dari wajahku.
Owen tersinggung, tangannya menarik kuat lenganku. Aku didorongnya menempel ke dinding. Owen meremas bahuku kuat.
Amelia: oucch.. (kesakitan) kamu menyakitiku Owen. Ini sakit (berusaha melepas tangan Owen)
Owen: aku tidak peduli. Kamu selalu menguji kesabaranku. Kesabaranku ada batasnya. Jika kamu tidak bisa aku dapatkan jangan harapkan laki laki lain mendapatkanmu juga.
Aku merasa sakit, bahuku tertarik. Aku benar benar membenci Owen. Ingin rasnaya aku membunuhnya.
Brian: lepaskan tanganmu Owen!
Owen menatap Brian yang berdiri dikejauhan. Owen melepaskan cengkramannya dan berjalan mendekati Brian.
Owen: kamu memerintahku? Kamu punya kuasa apa? Lelaki bayaran sepertimu tidak panatas berada disini.
Brian: oh ya? Tempat ini juga bukan tempat penampungan orang Psycho sepertimu.
Owen geram mendengar kata kata Brian. Owen memukul Brian, Brian menahan pukulan Owen dan melempar tangan Owen.
Brian: kamu meragukanku bukan? Aku akan buktikan jika aku memang benar benar calon suami Amelia.
Aku melihat Brian mendekatiku, Brian melingkarkan satu tanganya ke pinggangku dan satunya lagi meraba lembut wajahku. Brian mencium bibirku lembut. Aku kaget, Brian sungguh menciumku? Brian mengalungkan tanganku pada Lehernya. Matanya berkedip. Apa dia memberi kode padaku?
Aku membalas ciuman Brian. Bibir kami saling beradu. Ciuman kami semakin memanas. Owen tidak ada pergerakan. Brian mendorongku ke dinding dan menciumi leherku.
Emmhhh.. desaku ku perkeras agar Owen mendengar. Brian memang jahil, dia berani memegang sesuatu tanpa perintah.
Brian kembali mencium bibirku. Tangan Brian menurunkan lengan gaunku. Brian mencium bahuku. Aku meremas rambut Brian kuat, kurang ajar, beraninya bermain api. Aku kesal Owen tak kunjung pergi juga. Apa trikku ini juga sia sia?
Cowok mesum ini menggunakan kesempatan dengan baik, sial!! aku sepertinya terjebak dalam permainanku sendiri. risih banget, aku sudah tidak tahan lagi. Dengan cepat aku mengubah posisiku, aku mendorong Brian ke dinding, aku melepas daai dan membuka beberapa kancing kemejanya. Aku masukan tanganku dan meraba dada Brian.
Brian: sayangku, jangan lakukan itu disini, lebih baik di rumah (tersenyum tampan)
Amelia: aku tidak tahan, kita lakukan saja (pura pura, kesal melihat kelakuan Brian)
Brian: sungguh? Ada dua mata penuh kecemburuan dibelakangmu. Apa kamu ingin membuatnya mati kepanasan? (menatap Owen)
Amelia: aku tidak peduli, cepat buka celanamu (meraba ikat pinggang Brian)
Owen: kalian gila? ini tempat umum! Pasangan gila!! kali ini aku melepaskanmu Amelia, tidak untuk lain waktu. (Pergi meninggalkan Amelia dan Brian)
Aku menghela nafas dan melempar dasi ke muka Brian.
Amelia: lo gila ya? Ngapain lo nyium gue kayak gitu?
Brian: lo lihat kan? Ciuman panas aja nggak mempan apa lagi yang cuma nempel nempel doang.
Amelia: dasar Owen Psycho (kesal) pengen gue bunuh tu orang. Kita pulang aja, gue nggak mood lagi.
Aku melangkah meninggalkan Brian, tanganku tertahan. Brian menarikku dan merangkulku.
Amelia: lepasin (menghindar)
Brian: ayolah, gue udah nolongin lo tadi. Jangan galak galak. Ntar cowok pada kabur semua.
Amelia: bodo amat!!
Aku dan Brian kembali ke rumah. Hari ini hari yang membuatku stress tingkat dewa. Satu sisi menghadapi si Owen Psycho. Satu lagi mengahadapi Brian si mesum.
•Jangan lupa like dan isi kolom komentar•
•Terimakasih•
•Beri ☆ juga yaa•
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 233 Episodes
Comments
Ririe Handay
maju salah mundur salah
2022-01-26
0
⃟Ꮓus_ℛιηι🌿
astaga naga.. pasangan yg cocok 😂
2022-01-21
0
Cicilia Bieber
Kayaknya aku prnh baca cerita ini tp dmn yah???
2021-06-13
2