Danke, Häschen !!!
Matahari sudah menunjukkan diri. Teriknya menyinari sejumlah anak-anak yang sedang bermain-main di taman. Di tengah-tengah taman itu tampak seorang anak kecil berlari kencang. "Tangkap aku pangeran!" kata anak perempuan itu dengan lantang.
Kaki-kaki kecilnya dengan lihai melewati beberapa batu. Ia berlari sekuat tenaganya sambil sesekali melihat ke belakang.
Tak jauh darinya terdengar seseorang bersuara keras. "Berhenti!" ujarnya. Dengan napas naik turun dan tersengal, seorang pemuda mencoba mengejar anak perempuan itu.
"Tuan Putri, berhentilah!" kata pemuda itu lagi dengan wajah merah menahan kekesalannya. Suaranya bercampur dengan suara-suara anak-anak kecil lain yang ada di sana.
Pemuda itu cukup kelelahan dan napasnya sudah terengah-engah. Lebih dari 15 menit ia menyusuri hampir semua jalanan di taman demi mengejar sang gadis kecil. Meskipun sudah menggunakan seluruh tenaganya, namun, hasilnya nihil. Gadis kecil itu benar-benar pelari yang handal. Usianya memang empat tahun di atas sang gadis dan juga ia memiliki kaki yang jauh lebih kuat dengan langkah yang lebar. Tapi kenyataannya pemuda itu tidak juga bisa menangkap gadis yang sangat nakal dan pengganggu serta suka mencuri permen miliknya itu.
Sang pemuda berhenti. Ia menarik napas dalam dan menghembuskannya. Ia menunduk dan memegang lututnya. Sesekali ia menyeka keringat yang terus menetes dari pelipisnya dan membasahi wajahnya. Rambut-rambut pendek yang tumbuh di kepalanya juga basah karena keringatnya yang banyak. Jika akan seperti ini kejadiannya, ia tidak mungkin menyetujui perkataan anak perempuan itu. Menyesal, mungkin kata itu yang bisa mendeskripsikan rasa yang ada di dalam hatinya kini.
Pemuda itu memutuskan untuk beristirahat setelah melihat beberapa bangku taman di sebelahnya. Ia menjatuhkan bokongnya di salah satu bangku yang terbuat dari batu itu. Lalu, pemuda itu duduk santai sambil mengibas-ngibas kaosnya agar angin segar dapat menyejukkan tubuhnya yang basah karena keringat. Setelah mengatur napasnya, ia menyandarkan tubuhnya di sebuah batang pohon besar. Dedaunan rindang yang melindungi tubuhnya dari sengatan panas sinar matahari ditambah hembusan angin yang datang, memberi kesejukan tersendiri untuk pemuda itu. Ia memandang ke depan, ke arah anak-anak lain yang bermain di taman itu. Beberapa dari mereka juga bermain hal yang sama dengannya. Kejar-kejaran sambil saling mengejek. Pemuda itu tertawa kecil. Tampaknya bukan hanya dirinya saja yang mendapatkan penganiayaan dan kejahilan dari gadis-gadis kecil di sana.
Tak lama kemudian, perlahan-perlahan, rasa kantuk menyergapnya. Pandangan yang awalnya sangat terang, kini mulai buram dan gelap. Tak terasa ia memejamkan matanya.
"PANGERAN!!!" teriakan lantang di sebelah telinganya membuat pemuda itu tersentak. Ia terkejut dan nyaris saja terjatuh dari bangku batu itu.
"Hahaha!" Lagi, suara keras mengisi telinganya. Itu adalah suara dari gadis kecil yang ia kejar tadi. Bukan hanya membuatnya kelelahan, bahkan gadis itu berhasil membuat pemuda itu hampir terkena serangan jantung karena teriakannya. Bukannya merasa kasihan atau sekedar prihatin dengan keadaannya, sang gadis justru tertawa senang. Dan lihatlah tawanya, ia seperti sangat menikmati penderitaan pemuda itu. Huh! Gadis jahil itu memang harus diberi pelajaran.
Pemuda itu membenarkan posisi duduknya ke posisi semula. "Aku akan berhenti menjadi pangeranmu!" katanya sambil membuang muka ke arah lain. Ia melipat kedua tangannya di dadanya.
Sang gadis terkejut. "Kenapa?" tanyanya mendekati pemuda itu.
"Karena kau sangat nakal. Aku tidak mau bermain denganmu lagi."
"Tapi kau adalah pangeranku."
"Mulai hari ini aku berhenti jadi pangeranmu!" ujar pemuda itu tegas sambil terus mengabaikan wajah gadis itu.
"Hiks..." Suara tangisan secara tiba-tiba membuat sang pemuda yang awalnya membuang muka, kini mengalihkan pandangannya menatap sang gadis. Ia melihat kedua mata cokelat di depannya sedang berair. Pemandangan itu menyentak kesadarannya dan membuatnya terkejut. Ia menggaruk-garuk kepalanya bingung. Tampak sekali ia tengah kegelagapan dengan kondisi itu. Selama ini, selama tinggal bersamanya, gadis itu tidak pernah menangis. Setiap hari, hanya senyuman yang selalu mewarnai wajahnya. Dengan senyuman itu jugalah, membuat pemuda itu terpengaruh hingga rela menjadi pangeran milik gadis itu. Jangan sangka pangeran yang dimaksud bukannya pangeran yang baik hati seperti cerita-cerita dongeng tentang kisah kerajaan yang selalu mereka dengar dari Ibu Tere, namun pangeran yang mudah diatur dan tergila-gila pada sang putri. Kejam sekali memang imajinasi dari gadis kecil itu.
Tapi sekarang apa yang telah ia lakukan? Sang pemuda merasa bersalah telah membuat gadis itu menangis. Bahkan air mata yang mengalir deras dari kedua bola mata gadis itu sukses meluluh lantahkan perasaan pemuda itu.
Pemuda itu mendekati sang gadis. Ia mengulurkan kedua tangannya ke wajah gadis di depannya. "Hey, kenapa kau menangis?" katanya sambil menyentuh kedua pipi gadis itu yang basah.
"Kakak tidak mau jadi pangeran," jawab gadis itu dengan napas tersengal karena tangisannya.
Sang pemuda kembali terkejut. Masa hanya karena itu ia menangis? Itu tidak masuk akal dan menurutnya gadis itu sangat cengeng.
"Hhuaaaa," suara tangisan gadis itu kembali pecah dan kini semakin menjadi-jadi. Beberapa anak melihat ke arah mereka dan mencoba mendekat, namun, tatapan pemuda itu membuat mereka mengurungkan niat dan kembali ke permainan seru mereka.
Sang pemuda berusaha untuk bersabar. Ibu Tere sungguh keterlaluan karena selalu menitipkan gadis itu kepadanya. Ia memang kesal tapi ia juga senang dapat merawat gadis yang menurutnya adalah gadis tercantik yang ada di sana.
Dengan berat pemuda itu menghirup udara dan menghembuskan napasnya. Ia mengelus-elus kepala sang gadis dengan lembut dan pelan. Ia berkata lagi.
"Baiklah, baiklah. Aku akan menjadi pangeranmu. Sekarang berhentilah menangis ya," tawarnya.
"Kakak bohong!"
"Aku tidak bohong. Aku akan menjadi pangeranmu selamanya."
Gadis itu menghapus air matanya. Ia membenahi anak-anak rambutnya yang menutupi wajahnya dan dalam keadaan basah karena terkena air mata dan keringatnya. Ia menatap pemuda di depannya. "Kakak tidak akan marah jika aku nakal?"
Pemuda itu mengangguk. "Aku tidak akan marah," ujarnya pelan.
Kedua mata gadis itu tiba-tiba berbinar-binar. Ia mengangkat tangan kanannya. Ia menyodorkan jari kelingkingnya ke depan pemuda itu. "Janji?" ucapnya.
Sang pemuda itu mengikuti yang dilakukan gadis itu. Ia juga mengangkat tangan kanannya dan menautkan jari kelingkingnya dengan jari gadis itu.
"Janji," katanya kepada sang gadis.
Anak perempuan berusia 11 tahun itu tersenyum. Senyuman indah yang seakan-akan mengalahkan keindahan dari ratusan bunga yang bermekaran di taman itu. Sang gadis menggoyang-goyangkan tangan kanannya yang berhias gelang sebagai petanda bahwa mereka telah melakukan kesepakatan.
"Aku akan memberitahu satu rahasia pada pangeran," ujar gadis itu sambil melepaskan tautan jemarinya.
Sang pemuda menanggapinya dengan polos. "Apa?" katanya.
Sebuah senyuman merekah dari gadis itu diikuti gerakannya yang sedikit menjauh dari sang pemuda. Hal itu justru membuat pemuda di depannya merasa curiga. Ia mengerutkan keningnya saat melihat gadis itu bertingkah seolah akan kabur darinya.
"Aku telah menghabiskan agar-agar yang Ibu Tere buat untuk kakak. Jadi, hari ini kakak tidak akan mendapat cemilan," katanya sambil terus menjauh.
"KAU!!!" teriak pemuda itu dengan sangat geram. Ia bangkit berdiri dan mencoba mengejar gadis itu. Tapi tampaknya terlambat karena gadis itu sudah berlari menjauh darinya.
"Tangkap aku pangeran!" ucap sang gadis. Ia menjulurkan lidahnya sambil tertawa dengan menampilkan pipinya yang bergelembung menggemaskan. Tawa dari sang gadis membuat pemuda itu tersenyum walaupun ia sedang kesal. Pemuda itu berlari lagi untuk mengejar gadis itu. Ia berteriak keras untuk memanggil nama gadis itu. "VALLERIE!!!"
XXXXXX
Vallerie Leontyne adalah nama gadis itu. Gadis yang berambut coklat dengan paras cantik. Kulitnya putih mulus. Senyumannya yang manis membuat ia begitu disukai oleh banyak orang. Tapi sayang, senyuman memikat yang dulu selalu menghiasi wajah Vallerie, kini perlahan-lahan hilang entah kemana.
Erie. Begitu orang-orang di sekitarnya memanggil gadis itu. Sejak kecil Erie harus merasakan kepedihan. Tanpa orang tua dan keluarga, membuat Erie diasuh dan dibesarkan di suatu tempat di mana semua anak memiliki nasib yang sama sepertinya. Tempat yang sederhana namun cukup untuk menampung banyak anak. Tempat itu adalah panti asuhan.
Awalnya Erie adalah anak yang sangat aktif dan lincah. Akan tetapi, beragam peristiwa yang menimpanya, akhirnya menghilangkan keceriaan gadis kecil itu. Hal itulah yang membuat beberapa orang tua yang datang ke sana untuk mengangkat anak, sama sekali tidak ingin memilih Erie.
Satu per satu anak-anak panti beransur-ansur pergi dari panti asuhan milik Ibu Tere. Tapi seberapa banyak pun anak yang telah diangkat oleh orang tua mereka, panti asuhan itu tidak pernah sepi. Anak-anak lain dari berbagai daerah akan selalu datang ke sana.
Hari silih berganti. Pada usia ke 12 tahun, ada sepasang suami istri datang ke panti asuhan Ibu Tere. Dari pakaian mewah dan cara berbicara mereka, Erie bisa menduga bahwa keduanya adalah orang berkelas, mungkin orang yang sangat kaya. Erie tahu, orang kaya seperti mereka pasti akan memilih anak-anak yang aktif dan baik agar bisa menghibur mereka. Dan pilihan itu tidak akan jatuh kepada Erie yang begitu pendiam.
Semua anak dipanggil satu per satu. Ibu Tere menjelaskan kepribadian dan latar belakang dari anak-anak yang ada di panti asuhan miliknya. Erie juga ikut mendapatkan giliran. Ibu Tere tidak menjelaskan banyak hal tentang Erie. Wanita paruh baya itu tidak tahu dari mana asal usul Erie. Dulu, ia menemukan Erie tergeletak di depan pintu rumahnya dengan sebuah amplop di saku jaketnya. Di dalam amplop itu berisi sepucuk surat yang bertuliskan sedikit deskripsi nama dan usia Erie beserta uang tunai berjumlah 100 USD.
Setelah mendengar ucapan Ibu Tere yang selalu didengarnya itu, Erie keluar dari ruangan pertemuan. Ia berjalan menuju taman belakang dan kembali duduk di depan sebuah kandang yang berisi seekor kelinci putih. Ia memberi makan kelinci itu dengan wortel dan beberapa dedaunan yang ada di dekat kandang.
"Erie!"
Sebuah suara rendah memanggil Erie. Itu adalah suara miliki Ibu Tere. Suara yang selalu menemani Erie setiap hari. Tidak hanya Erie, tapi semua anak di panti itu.
Tujuan Ibu Tere untuk memanggil Erie karena hanya anak itu saja yang tidak berada di sekitar ruangan pertemuan. Ibu Tere sangat mengenal Erie. Ia mengerti dengan sangat baik akan sikap Erie. Jika sehabis dipertemukan dengan calon orang tua angkatnya anak-anak lain akan menunggu di sekitar ruangan, tapi Erie tidak seperti itu. Bocah kecil itu akan keluar dan pergi ke halaman belakang untuk menemui kelinci putih di sana. Ia seolah tahu bahwa tidak akan ada orang tua yang mau mengangkatnya. Itulah sebabnya Ibu Tere saat itu sengaja tidak meminta pengurus panti lain untuk memanggil Erie karena ia tahu hanya padanya saja Erie akan patuh.
Erie menggenggam tangan ibu Tere dan melepaskannya ketika ia sudah sampai di tempat duduknya. Inilah saat-saat di mana Ibu Tere akan mengumumkan anak yang akan diadopsi oleh pasangan kaya itu. Erie awal bersikap acuh tak acuh. Akan tetapi, ketika nama Vallerie Leontyne disebut, seketika itu juga Erie terkejut. Itu adalah namanya, satu-satunya hal pemberian yang ditinggalkan oleh orang tua Erie.
Di tengah-tengah keterkejutannya, nyonya kaya itu tiba-tiba memeluknya. Dengan jarak sedekat itu, Erie dapat mencium wewangian segar dari parfum yang wanita itu gunakan. Aromanya seperti kombinasi aroma bunga lili, bunga sedap malam dan daun hijau. Aroma yang memberikan ketenangan ditambah dengan dekapannya yang lembut.
Hangat. Itulah hal pertama yang Erie rasakan ketika secara resmi menjadi seorang anak yang memiliki orang tua. Sebenarnya ada berbagai rasa yang bercampur saat namanya dipanggil oleh Ibu Tere. Ia merasa senang sekaligus sedih. Ia senang karena akan memiliki keluarga baru, tapi ia sedih harus meninggalkan teman-temannya, terutama meninggalkan Ibu Tere, wanita yang tidak hanya sebagai pengasuh, namun sudah Erie anggap sebagai ibu kandungnya.
Orang tua Erie sekarang adalah orang yang sangat kaya. Daddy dan mommy, begitulah ia memanggil ayah dan ibu barunya. Daddynya adalah seorang CEO dari perusahaan furniture Eduard Company. Perusahaan yang dinamai dengan nama asli pria itu, merupakan salah satu perusahaan besar di negara ini dan memiliki beberapa anak perusahaan yang menyebar di seluruh negeri. Sedangkan sang mommy adalah seorang mantan desainer yang beralih menjadi istri dan ibu rumah tangga yang sangat cantik dan baik setelah menikah dengan Eduard.
Erie amat beruntung karena mendapatkan orang tua seperti daddy dan mommynya. Mereka adalah orang-orang yang sangat baik. Mereka menyayangi Erie tanpa menganggap Erie bukan darah daging mereka sendiri. Malah, Tuan dan Nyonya Eduard mencurahkan semua perhatiannya kepada Erie. Erie memang bukan anak kandung dari keluarga Eduard, tapi Erie bisa berbangga diri karena keluarga barunya itu menyematkan nama Eduard di belakang nama Erie. Tidak hanya itu, Erie juga disekolahkan di tempat yang sangat baik dan mendapatkan beberapa tambahan pendidikan lain untuk membekali kehidupan Erie kelak.
Namun sayang, kebahagiaan Erie hanya berlangsung sebentar saja karena dua tahun kemudian, orang tuanya yang sedang melakukan perjalanan bisnis ke Jerman harus mengalami peristiwa naas. Pesawat yang mereka tumpangi mengalami kebakaran mesin, jatuh dan meledak. Kecelakaan itu menewaskan semua yang ada di dalam pesawat, termasuk pilot, awak pesawat dan para penumpang.
Keluarga Nyonya Eduard menentang keras atas rencana pengangkatan Erie dan tidak pernah menganggap Erie sebagai bagian dari mereka. Sedangkan Tuan Eduard tak memiliki siapa-siapa kecuali seorang adik perempuan kandungnya. Hal itulah yang membuat Erie yang kembali menjadi anak yatim piatu, mau tak mau harus tinggal dan diasuh oleh bibinya, Betty Eduard. Wanita yang cantik namun sangat kejam.
By: Mei Shin Manalu
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 135 Episodes
Comments
Nurma sari Sari
mampir, mudah2n ceritanya bagus
2022-11-20
1
Reiva Momi
mampir thor
2022-11-16
1
Aqua_Chan
baru mulai nih
2022-09-30
1