Mimpi buruk itu datang di hari Rabu. Setelah beberapa minggu tak pulang ke rumah, Bapak tiba-tiba pulang dengan basah kuyub. Mamah menyambutnya dengan wajah kesal dan tak lama mereka adu mulut. Firli sama sekali tak mengerti apa yang mereka bicarakan, hanya saja perasaan gadis itu begitu perih apalagi Bapak bertengkar sambil merapihkan pakaiannya ke dalam koper.
Hampir satu jam lebih pertengkaran itu terjadi hingga kalimat terakhir Mamah semakin menghujamkan belati yang telah tertusuk di hati Firli. "Jika kamu lebih memilih wanita itu, pergilah! Jangan pernah cari aku atau anakmu!" Setelah itu Bapak benar-benar pergi. Bahkan untuk terakhir kali jangankan memberi pelukan, dia tak menatap Firli sama sekali.
Gadis yang baru berusia sepuluh tahun itu menangis sambil menenggelamkan wajahnya di sandaran kursi. Mamah mengurung diri di kamar. Gadis kecil itu hanya bisa memandangi dinginny pintu kamar ibunya yang tertutup. Hari itu baik hingga malam semakin larut, Mamah tak memberikan penjelasan apapun pada Firli. Hanya ada dirinya sendiri di ruang tamu sesekali menatap pintu keluar dan pintu kamar ibunya bergantian.
Keesokan harinya Firli berusaha melakukan kebiasaannya. Ia bangun pagi, memasak nasi lalu mandi dan berangkat sekolah. Firli berusaha tersenyum di depan teman-teman SDnya. Ia main kelereng, main lompat tali dan memberi makan kelomang kesayangannya. Mamah belum keluar dari kamarnya. Keadaan itu bertahan selama satu minggu. Setidaknya ia lega melihat bekas piring tanda ibunya sempat keluar untuk makan. Firli hanya bertahan hidup dengan beras dan air keran serta gas elpiji yang masih tersisa.
Tak lama Mamah keluar dari kamarnya dengan pakaian rapi. Firli tersenyum, dia sedikit bahagia apalagi Mamajnya menatapnya dengan hangat. Tak ada lagi mata sembab terlihat tanda ia sudah berhenti menangisi takdir.
"Firli mau main dengan Andrean?" tanyanya. Firli mengangguk. Tentu dia ingin main dengan Rean, sahabat yang paling dekat dengannya. Sejak bayi mereka dititipkan pada pengasuh yang sama sehingga hubungan keduanya sudah seperti saudara. Mereka saling mengunjungi setiap akhir pekan sehingga hari Minggu mereka rayakan sebagai hari mereka berdua. Sekarang bukan akhir pekan, ia bisa bertemu dengan Andrean.
"Mamah kamu kenapa nangis?" Andrean memberikan Firli segelas susu coklat ketika ia telah duduk di ruang tamu kamar anak laki-laki itu. Firli menggeleng. Ia tak mengerti masalah keluarga. Yang jelas ada seorang wanita yang membuat Bapak meninggalkannya ia dan Mamah.
"Rean, Bapak Firli sepertinya gak akan pulang selamanya," jawab Firli sambil menangis tersedu-sedu. Ia berusaha menahan nafas agar air matanya berhenti tapi ia gagal. Rean memeluknya. "Kan ada Rean," ucap Rean hangat. Firli mengusap air matanya sambil mengangguk-angguk. Tangan Rean begitu lembut membelainya dan tangan lainnya menepuk-nepuk pundak Firli seakan memberikan serangan kekuatan batin.
firli tahu, hidupnya akan lebih baik karena Andrean bersamanya. Ayah, Bunda dan Mamah juga berpikir seperti itu.
Keesokan harinya Firli dibawa ke rumah keluarga Freiz. Mamah mendandaninya dengan gaun putih yang bagus serta tatanan rambut yang cantik. Mamah juga yang memakaikan sepatu putih di kaki Firli, membuat gadis kecil itu berubah seperti tuan putri.
Sebuah pesat digelar di rumah keluarga Freiz, pesta perayaan ulang tahun Andrean yang ke sebelas yang artinya sebulan lagi Firli juga akan berusia sebelas tahun.
Pesta ulang tahun yang dihadiri orang-orang penting mulai dari pejabat, investor, pengusaha hingga artis. Firli sempat tak ingin masuk karena ia belum menyiapkan kado untuk Rean. Ia kira seharusnya ulang tahun sahabatnya itu dirayakan lusa bertepatan dengan tanggal kelahiran Rean.
Mamah juga tak terlihat membawa kado apapun. Hingga akhir acara Firli mendapat jawaban dari semuanya. Mamah membawa kado untuk Andrean, Firli. Hari itu Firli merasakan perih yang lebih dalam lagi. Ternyata ia bukan hanya tak berharga untuk Bapak tapi juga untuk Mamah. Buktinya hari itu ia diserahkan pada keluarga Freiz.
Seluruh tamu di pesta itu menjadi saksi saat Andrean memasangkan cincin mas putih berhiaskan berlian berwarna biru. Nama belakang Firli berubah dari Suprapto menjadi Freiz. Firli memiliki orangtua baru, orang tua Andrean. Dibandingkan menjadi diri sendiri, para tamu di sini mengenalnya sebagai Nyonya Andrean. Iya, Tannggal 4 april 2014, Firli resmi menjadi istri Andrean Petter Freiz.
Firli tak pernah pulang ke rumahnya semenjak hari itu. Mamah meninggalkanya di rumah besar bangsawan asal Eropa itu. Tapi Firli percaya ia masih memiliki Mamah. Setidaknya sampai keesokan harinya ketika ia mendengar kabar bahwa Mamah telah tiada. Wanita yang melahirkannya ditemukan gantung diri di rumah. Satu-satunya hal yang ia tinggalkan sebelum itu hanya sebuah tulisan di kertas putih.
Bunda Anita akan melindungimu. Dengan mereka Firli tak perlu takut kekurangan apapun. Mulai sekarang Firli akan terus main dengan Andrean. Firli tak memerlukan Mamah ataupun Bapak lagi. Jadi jangan pernah mencari laki-laki itu dan jangan akui dia sebagai Bapakmu lagi. Mamah dan Bapak Firli sudah tiada.
Firli berurai air mata di atas makam Mamanya. Mama salah, sampai kapanpun seorang anak akan membutuhkan orangtuanya. Hari itu Firli hanya mengandalkan pelukan Bunda Anita dan Ayah Abellard. Dia sadar tak memiliki siapapun lagi. Kenyataan semakin hitam karena Bapak tak datang sama sekali untuk mengantar Mamah menuju peristirahatan terakhir meski Ayah Abellard sempat mencarinya tapi tak ia temukan.
Firli hancur. Ia hanya bisa menatap kosong ke arah jendela kamarnya sambil terduduk di atas kasur. Terdengar suara Andrean membuka pintu kamar, suami kecilnya itu berjalan lalu duduk di sampingnya sambil memegang tangan Firli erat.
"Andrean, Bapak memang begitu benci dengan Mama dan Firli, ya? Kenapa Bapak tidak datang. Mama pasti menunggu Bapak," lirih Firli. Andrean bingung harus melakukan apa.
"Sekarang Firli gak punya siapa-siapa. Firli hanya sendirian. Kakek juga nenek gak suka dengan Firli karena benci pada Bapak. Firli harus bagaimana?" Pipinya basah karena tersiram air mata.
"Semua akan baik-baik saja, Rean ada di sini," ucapnya hangat. Lagi-lagi Firli merasa lebih baik ketika Andrean bersamanya.
Benar, Firli tak akan khawatir jika Andrean ada di sini. Hanya saja dua bulan setelah itu Andrean pergi ke London untuk melanjutkan sekolah. Setelah ia pergi tak pernah sekalipun Ayah dan Bunda memberikan Firli izin untuk menghubungi suaminya. Enam tahun Firli tak pernah bertemu Andrean lagi sekalipun. Enam tahun begitu lama hingga Firli lupa seperti apa wajah suaminya, sehangat apa Andrean memeluknya. Bahkan tak ada satupun foto Andrean di rumah.
Firli menangis sendirian sambil memeluk bantalnya. "Semua tak terasa baik-baik saja karena kamu tak pernah di sini, Andrean."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
Mylla
nyesek bngt😭😭
2022-07-11
0
Sukhana Lestari
Kasihan Firli.. masih kecil udah gk bebas bermain seperti anak" yg lain.. walapun hidup gk kekurangan sandang pangan.. tapi masa kanak" hilang di renggut keadaan.. 😭 nyesek Thor.. sampai masa remaja pun demikian udah harus mengikuti semua peraturan mertuanya yg notabene Sultan (horang kaya)
harusnya masih bermanja" di masa kecil dapat limpahan kasih sayang malah penderitaan.. semoga kedepan Firli hidup bahagia lahir bathin..
2022-02-19
0
Susi Susilawati
😭😭😭😭😭😭😭😭
2021-09-03
0