Kami bertiga bekerja keras enam bulan berikutnya dalam pelatihan tim elit Daniel Aegis. Kami tidak akan membiarkan kesempatan emas kami lewat untuk masuk divisi utama.
Pelatihan Mitsuki dan timnya berfokus pada strategi pertarungan dan penyerangan, strategi dasar militer, pendalaman kekuatan aura, dia adalah salah seorang penyihir muda brillian dalam stategi militer dan pemahaman terhadap karakter manusia. Dia adalah seorang psychologist sekaligus ahli strategi.
Kami mendapat bantuan untuk melewati semua ini. Sofia adalah keluarga yang akrab dengan dunia militer, sepupunya Evan adalah salah satu komandan region dan penyihir stategic militer utama di klan. Kami banyak mendapatkan bantuan dari Evan untuk belajar. Jika tiga bulan kemarin kami mati-matian menguatkan tubuh kami, sekarang kami berjuang memeras otak kami dan meningkatkan kekuatan aura kami.
Dan Daniel Aegis, percayalah dia adalah pria yang aneh. Dia meluangkan waktu untuk terlibat pertarungan pedang rutin denganku tiap minggu. Dia sekarang tidak terlibat dalam latihan pertarungan group, tapi di tiap akhir minggu dia datang ke evaluasi pelatihan dan mengajar di beberapa kelas.
Sekarang aku tidak takut lagi untuk membalas perkataannya. Dia hanya bersenang-senang dengan latihan tandingnya denganku. Walau aku tetap menganggap latihan tanding itu serius tentu saja, dan menjadikanku terobsesi mengalahkannya, aku mendapat giliran terakhir, kami saling mengejek dalam bahasa Mandarin dan saling membalas menyerang satu sama lain. Dan anehnya dia tidak tersinggung dengan sikapku yang seenaknya.
Suatu sore di penghujung latihan yang sudah enam bulan kami jalani.
"Sampai sekarang tampaknya kau belum bisa membuat pedangku jatuh. Kelihatannya kau tak punya kemampuan melakukannya heh! Ayolah aku akan bosan Aurora."
"Aku hanya menahan diri agar tidak mempermalukanmu Guru..."
"Benarkah? Jangan sungkan, bagaimana jika kita bermain lebih serius, kali ini dengan serangan aura sihir. Sekaligus evaluasi kekuatan auramu." Aku hanya diam berpikir mendengar perkataannya.
"Kau takut ?" Dia berkacak pinggang dan menyeringai menang. Kurang ajar siapa bilang aku takut.
"Disini tidak memungkinkan latihan serangan aura guru. Kita di lokasi terbatas." Serangan aura yang salah arah bisa menyebabkan kerusakan pada bangunan pelatihan disekeliling kami.
"Tidak disini tentu saja. Aku bisa membuka vortex ke tempat aman untuk latihan."
"Aku tidak takut ..." aku agak ragu mengatakan itu. Level Auraku sudah dilatih cukup tinggi, walaupun aku belum pernah mengukur batas kemampuan auraku, karena itu dilakukan oleh para penyihir jiwa di tiga bulan pelatihan terakhir, tapi melawan orang yang bisa membuka vortex pemindah. Berarti levelnya sama dengan penyihir tingkat tinggi yang jumlahnya mungkin tidak sampai tiga ribu orang di klan.
"Bagus." Matanya berkilat senang. "Mitsuki! Aurora ikut bersamaku sebentar." Guru Mitsuki hanya mengangkat jempolnya.
Daniel merapal mantra. Tak lama kemudian dia mengambar rune diudara dan perlahan sebuah lubang vortex terbuka.
"Masuklah." Aku membawa pedangku dan masuk ke dalam vortex. Aku tiba disebuah lapangan luas dengan rumput rata dibatasi oleh pohon-pohon dikejauhan. Udara terasa cukup dingin.
"Dimana ini Guru?" Aku di antah berantah hanya berdua dengan Daniel Aegis. Jika para pengemarnya tahu hal ini. Mereka akan menjadikanku sasaran tembak.
"Faselitas pelatihan kekuatan aura klan di Swedia. Ada tabir sihir di tempat ini." Swedia. Aku pernah mendengar seorang penyihir muda dari Swedia dengan kekuatan hebat. Aku lupa namanya. Tapi dia adalah satu dari 33 penyihir utama klan. Mungkin ini faselitas pelatihan para penyihir jiwa.
"Ayo mulai. Kita akan memakai bola serangan tingkat satu. Tapi dengan jumlah tidak terbatas sesuai kemampuanmu."
"Baik Guru." Aku memberi hormat dan segera kami terlibat pertarungan pedang sengit. Level staminaku yang sudah meningkat pesat memberiku banyak kesempatan untuk mengimbanginya dalam pertandingan lebih panjang dan kali ini ditambah serangan cepat bola energi aura.
Aku bisa memgimbanginya membentuk lima bola energi sekaligus ditanganku. Tapi pembentukan bola energi juga berarti menguras tenaga lebih banyak dan kau juga harus membentuk perisai energi dengan pedang untuk menghalangi serangan yang tak bisa kau hindari.
Satu waktu aku tidak berhati-hati dengan pijakanku dan ada sebuah batu yang membuat aku terpeleset, kakiku tertekuk begitu rupa, seketika aku berteriak dan berakhir terjerembab. Aku meringis menahan sakit. Terkilir! Begitu bodoh, dan kenapa ada batu sialan itu.
"Aurora! Kau tak apa?" Daniel dengan cepat mendatangiku.
"Ini mengelikan, aku tak melihat pijakanku." Ini sakit sekali, aku tak bisa mengerakkan pergelangan kakiku.
"Kita lepas sepatumu,... " untuk melepasnya perlu perjuangan. Aku meringis kesakitan setiap kali pergelangan kakiku bergerak. Guru Daniel sudah berusaha melakukannya dengan pelan.
"Ini akan baik-baik saja. Duduk diam sebentar. Biar aku menanganinya." Aku menghela napas lega saat kaus kakinya sudah terbuka. Dia duduk bersila dan menaruh kakiku didepan naik didepan
Dia memegang kakiku dan melakukan teknik dasar energi penyembuhan. Rasa sejuk mengalir di kakiku sedikit meredakan sakitnya.
"Ini perlu diperiksa dokter nanti. Tapi sepertinya tidak terlalu parah. Ototnya mungkin hanya tertarik, jika ototnya robek ini akan langsung bengkak." Sial! Kenapa aku menjadi berdebar-debar. Dia hanya melakukan teknik penyembuhan. Gosh, jika dilihat dari dekat, dia memang tampan, tak heran gadis-gadis itu tergila-gila padanya. Matanya menatap ke arahku sambil meluruskan telapak kakiku keatas pelan pelan.
"Masih sakit?" Aku mengangguk sambil meringis. "Ini akan memerlukan sedikit waktu." Dia melemaskan kembali kakiku dan kembali mengurutnya.
"Kenapa kau membenciku? Kau sepertinya punya obsesi untuk melukaiku kan?" Daniel mengajukan pertanyaan tiba-tiba sambil tersenyum menatapku. Aku jadi salah tingkah. Mungkin dia bisa mengerjai meninggalkanku di tempat pelatihan ini sendiri jika aku salah bicara.
"Aku bukan membencimu. Aku hanya tak suka tipe sepertimu." Aku akhirnya bicara tentu saja dengan nada rendah.
"Tipe sepertiku?"
"Popular, banyak dikelilingi wanita, kadang mematahkan hati banyak wanita, sombong, berkelakuan sebagai pengatur dunia, bossy, punya segalanya hanya dengan satu perkataan, ... " Baiklah itu terlalu banyak. Aku akan dapat masalah dengan menyebutkan apa yang ada dikepalaku.
"Wow! Stereotype yang sangat buruk. Hahaha... " sekarang dia tertawa keras.
"Apa aku seburuk itu. Kau mungkin harus berada di posisiku dan merasakan beban yang kutanggung sebagai pewaris utama, kadang apa yang kulakukan adalah kompensasi semua beban itu. Dan gadis-gadis itu, well... itu hanya previllage yang tak bisa kuhindari saat aku berada di posisi pewaris utama, kau tak sadar akan itu." Dia masih mengurut kakiku.
"Aku tahu, tapi aku tetap membencinya karena aku lebih senang bergaul dengan nerd yang low profile. Ja..." kalimatku terputus dengan teriakan kesakitan ketika dia menarik kakiku untuk menormalkan ototnya.
"Gosh!" Aku bernapas cepat karena sakit yang tiba-tiba.
"Sudah tidak apa-apa, ini hanya otot tertarik. Tetap duduk diam sebentar. Untungnya besok akhir pekan. Aku akan bilang ke Mitsuki untuk memberimu istirahat dua hari." Dia melepas kakiku. Dan duduk disisiku. Pemandangan disini cukup memanjakan mata. Hamparan pegunungan dan rumput hijau yang memanjakan mata.
"Pelatihmu Elena Wang, dia Ibumu bukan?"
"Iya, kau mengenal Ibuku Guru?"
"Aku pernah bertemu beberapa kali dan aku pernah ikut kelasnya, dia petarung yang sangat hebat. Tak heran putrinya mewarisi bakatnya." Aku cuma tersenyum mendengar itu. Nama Ibu memang tersohor sebagai salah satu petarung hebat di Klan Wang.
"Kau akan terus tidak menyukaiku?" Dia melihatku dengan alis naik. Aku binggung harus menjawab apa.
"Itu bukan personal. Cuma stereotype..."
"Well, kita berteman kalau begitu."
"Hahaha,... Guru Daniel, aku hanya seorang muridmu. Kenapa kita harus berteman?" Dia menatapku, aku menjadi jengah ditatap begitu lama. Tapi dia sama sekali tidak menjawab pertanyaanku.
"Tidak selamanya kita guru dan murid bukan." Dia menjawab setelah lama diam. Well, dia benar, pelatihan ini hanya setahun. Lalu jalur kami akan ditentukan, tim utama kemungkinan besar akan terus berada di lingkungan utama organisasi. Berarti aku akan sering bertemu dengannya. Aku tak memikirkan itu sebelumnya.
"Kita kembali? Kau bisa berpegangan denganku. Aku akan memapahmu. Aku akan membuka vortex dekat ruang perawatan, penyembuh akan membebat kakimu." Dia mendekat dan merangkulku.
"Jangan memberi tekanan pada kaki yang sakit. Kau bisa memakaiku sebagai penyangga." Aku merangkul bahunya dan dia membantuku berdiri. Jantungku berdebar-debar kencang seketika. Parfumnya tercium ketika dia begitu dekat. Aku belum pernah sedekat ini sebelumnya dengan seorang pria. Dan mukaku langsung panas. Ini memalukan. Aku berdoa semoga dia tidak melihatnya.
Daniel membuka vortex pemindah. Aku melangkah masuk bersamanya. Ini sulit, aku harus tetap menekan kakiku yang sakit untuk berjalan.
Kami sampai didepan ruang perawatan, dia menutup vortex, dan aku berjuang lagi berjalan di selasar sambil berpegangan ke dinding.
"Ini sulit. Aku akan memapahmu."
"Apa! Tidak u..." Dia tidak menghiraukan protesku. Dan aku berakhir harus berpegangan di lehernya, Sang Pencipta tahu ini sangat memalukan. Hawa panas langsung terasa di mukaku.
"Dr. Maggie, tolong aku. Gadis ini terkilir karena latihan." Seorang dokter penyembuh melihat Daniel dan segera mendatangi kami.
"Letakkan di bed ini." Dia menaruhku di bed, sementara dokter Maggie langsung menaruh tangannya di pergelangan kakiku. Rasa sejuk langsung terasa.
"Ini cuma tertarik, tidak apa-apa. Kau sudah memberikan terapi penyembuhan sebelumnya Daniel? Aku akan membebatnya dengan obat, kau harus istirahat dua hari." Dr. Maggie langsung bekerja cepat dengan perban elastis. Sementara Daniel memperhatikan disampingnya.
"Done, aku akan memberimu obat penahan sakit. Dan ingat jangan membebani kaki yang ini. Aku akan datang ke asramamu nanti sore dan besok untuk terapi. Pakailah kursi roda itu untuk kembali ke kamarmu."
"Terima kasih Guru, aku merepotkanmu dengan kecerobohanku sendiri." Aku tersenyum canggung karena merasa sungkan saat dia mendorongku menuju asrama, sementara puluhan pasang mata menatapku tak suka. Aku akan diinterogasi oleh gadis-gadis pengemarnya setelah ini.
"Tidak apa, aku yang mengajakmu latihan disana." Kami sampai ke depan kamar. Dia membuka pintu dan mendorong kursiku masuk. Sofia yang ternyata sudah selesai latihan sedang duduk di kursi santainya.
"Ara!?" Sofia tentu saja terkejut melihatku.
"Sofia, dia terkilir waktu latihan.Tidak apa, dia hanya perlu istirahat dua hari. Baiklah, aku pergi dulu."
"Terima kasih Guru." Aku sedikit membungkuk untuk mengucapkan rasa terima kasih. Dan dia segera meninggalkan kami.
Sofia menatapku. Sebuah seringai terbentuk dibibirnya.
"Latihan seperti apa yang diberikan Guru Daniel secara pribadi yang bisa membuatmu cedera seperti ini?"
"Aku hanya terkilir karena terpeleset oleh batu sialan yang entah mengapa ada disana! Kau jangan menduga yang macam-macam Sofia." Aku menghindari tatapannya.
"Ohhh, batu ... Nakal sekali batu itu. Setelah itu, apa ada adegan selanjutnya... pijatan mungkin ... dan bagaimana kau berjalan, apa dia memapahmu sampai ke ruang perawatan?"
Sofia tersenyum lebar. Aku menyembunyikan senyumku, tapi mukaku sudah panas duluan
"Huahahaha.... lihat mukamu sudah merah. Sekarang siapa yang bilang membencinya, baru satu kali dia menyentuhmu kau sudah memerah." Sofia tertawa sambil memegang perutnya. Sementara aku merasa ingin memplester mulutnya tapi tidak bisa karena kakiku sakit.
"Hentikan... ini bukan seperti yang kau pikirkan. Omonganmu tidak masuk akal..." Aku melemparnya dengan bantal.
"Benarkah?" Dia kembali tertawa dengan kencang.
Tidak! Ini hanya reaksi gadis innocent saja, aku dan dia bukan personal hanya guru dan murid. Dan tidak aku tidak menaruh hati kepada Daniel. Dia dan aku, bahkan kami berbeda 10 tahun. Mana mungkin dia mau punya hubungan dengan gadis ingusan sepertiku.
Tapi sekarang mungkin aku tidak membencinya lagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 144 Episodes
Comments
yuyun beute and Aloevera Adryansyah
thorr...Sofia kalo ngakak nggak ada akhlak🤣
2021-10-15
0
Anggi Shelfianty
Batu.. Oh... Batu... 💕💕💕💕
2021-10-03
0
Nacita
untung ada yg rekomendasiin novel ini d fb 😁
2021-09-14
1