Flash back on
Tiba di alamat yang di berikan ayah Tiyo. mereka bertiga takjub melihat rumah besar dam mewah, ternyata di kota kecil ini ada juga rumah sekeren ini Batin mereka.
"Mak benar gak ini rumahnya gede banget, ini mah bukan alakadarnya, kayak yang ayah Tiyo katakan. kata arwan
"Entahlah Ar, coba cek lagi alamat nya bener kagak kata Radha tak kalah takjubnya melihat rumah keluarga Bramantyo.
Si Jenny juga udah melongok sampe ilernya mau keluar.
"Bagus banget, sejuukkk kata Jenny.
Bukannya mereka bertiga tidak pernah liat rumah mewah di ibukota, tapi mereka tidak menyangka di sebuah kota kecil yang orang ibukota bilang kota ini kampung, ada rumah sekeren ini. walau rumah itu sebagian besarnya terbuat dari kayu.
Arwan dan Radha tidak menyangka ayah Tiyo dan bunda Nita serta Endita yang terlihat sangat sederhana ternyata bukan orang biasa, mereka keluarga kaya yang sederhana.
Dari luar pagar yang tidak terlalu tinggi, dapat di lihat halaman yang luas, penuh dengan tanaman hijau, ada kolam dan air mancur sejuk sangat asri rumah besar itu.
Tok... tok...tok suara kaca mobil di ketuk dari luar mang Ujang Sopir keluarga Bramantyo menyambut kedatangan mereka, membuyarkan lamunan ketiganya.
Mang Ujang Sopir keluarga Bramantyo menghampiri mereka bertiga.
flash back of...
"Assalamualaikum... Ketiganya mengucap salam. Sambil berjabat tangan menunjukkan rasa hormat mereka.
Diruang tamu Ayah Tiyo sudah menunggu karena sebelumnya Arwan sudah memberi kabar bahwa mereka sudah menuju ke rumah ayah Tiyo.
"Waalaikumsalam... jawab ayah Tiyo, Mari-Mari masuk, langsung aja kita keruang keluarga biar lebih nyaman.
Di ruang keluarga Endita di temani bunda Anita sedang sibuk dengan peralatan menggambarnya langsung berdiri menghampiri Arwan.
"Ye ye... Bang Arwan udah datang, oh ya bang Arwan, aku manggilnya Abang aja ya biar kayak temen aku manggil kakak laki-lakinya Abang, aku kan juga pengen punya kakak laki-laki kayak temen aku, pliiiss boleh ya bang,..
sambil mengatupkan kedua telapak tangannya di depan dada dan menunjukkan senyum termanisnya.
"Endita, Kak Arwan kan baru datang, biar duduk dulu, kok sudah di hadiahi banyak pertanyaan sih sayang. kata ayah Tiyo
"Gak pa pa kok ayah.
"Ok Queen, mulai sekarang aku jadi Abang kamu, jadi kamu boleh manggil kamu Abang.
"Endita, Salim dulu dong sama kakak-kakak nya. oh iya kalian berdua Ayah susah kenal, yang ini, kata ayah sambil menunjuk dengan jempolnya kearah Jenny.
"Maaf pak, sampai lupa, Saya Jenny teman Arwan dan Radha dari ibukota, saya juga dokter umum seperti Arwan, tapi saya sama seperti Radha kakak tingkat Arwan waktu kuliah.
"Nak Jenny manggilnya Ayah saja biar lebih akrab, anggap saya dan bundanya Endita Orang tua kalian di sini. sering- sering saja kesini, biar rumah ini ramai. kata ayah.
"Maaf ayah, apakah Endita tidak punya saudara? Tanya Radha.
"Endita sebenarnya punya Abang, tapi... Mungkin andaikan Abang Endita masih ada, usianya juga seperti Arwan, tapi Allah lebih sayang sama dia, dia meninggal sesaat setelah dilahirkan, saat itu Abang En lahir prematur.
dan setelah itu, kami menunggu bertahun-tahun Alhamdulillah, Allah beri kami kepercayaan lagi Endita kecil kami lahir dengan selamat dan sehat.
Ayah Tiyo bercerita dengan mata berkaca-kaca, sedangkan bunda Anita yang duduk di samping suaminya sudah mulai meneteskan air mata. Ayah Bramantyo, lalu merengkuh bahu istrinya sementara tangan satunya mengusap tangan istrinya menangkan.
"Maaf Ayah, pertanyaan ku membuat Ayah dan bunda sedih, Arwan merasa bersalah dengan pertanyaannya.
"Gak pa pa kok Ar
"Endita pingin sekali punya saudara tapi hingga kini, Allah belum izinkan kami memiliki bayi lagi. makanya, saat kami bilang Arwan akan tinggal disini menjadi abangnya dia senang sekali, iya kan En, kata ayah sambil melirik kearah Endita yang duduk di Arwan dan Radha.
"Iya dong ayah, sekarang En dapat Kakak banyak, Ada Abang Arwan, Kak Radha, Kak Jenny, Kakak berdua tinggal sini juga dong, biar rame. kata Endita menatap Radha dan Jenny bergantian.
"Maaf sayang, kakak berdua tidak bisa tinggal di sini. biar kak Arwan saja ya, yang tinggal disini bareng Endita. kata Radha Sambil mengusap kepala Endita dengan penuh sayang.
Keseruan obrolan ringan mereka dan camilan serta minuman hangat yang disediakan tuan rumah, membuat perjalanan waktu menjadi begitu cepat, sebenarnya Radha dan Jenny sudah pamit pulang dari tadi, tapi Bunda Anita dan ayah Tiyo, mengajak mereka makan malam bersama, setelah selesai Shalat magrib dan makan malam, Mang Ujang mengantar kedua dokter cantik itu pulang atas perintah majikannya.
Mang Ujang dan Istrinya Bi Inah sudah lama bekerja di rumah keluarga Bramantyo. keluarga Bramantyo sangat menyukai kejujuran dan cara kerja mang Ujang dan Bi Inah. Begitu pun sebaliknya Mang Ujang dan Istrinya juga sangat menyukai majikannya, yang sangat baik. Meraka sudah seperti keluarga.
Untuk urusan kamar buat Arwan dan mengatur baju kedalam lemari semua sudah beres di lakukan oleh Bi Inah. Sebenarnya Arwan menolak tapi Ayah, bunda, dan Bi Inah memaksa.
setelah selesai makan malam dan shalat isya mereka berempat kembali berkumpul di ruang keluarga.
"Arwan, kamu dari ibukota kok tugas mau tugas ke kota kecil ini. apalagi kamu milih tugas di puskesmas. kata ayah.
"Sebenarnya di kota saya dapat tawaran di beberapa Rumah sakit besar, tapi karena saya menyukai kota kecil ini, saya pilih kesini. di sini udaranya masih segar, suasana nyaman, bebas polusi, tidak macet, dan ada satu lagi, di kota kecil ini, ada gadis, manis, cantik, imut, lucu, tapi cengeng... hahhaha kata Arwan sambil mencubit hidung mancung Endita.
"Bang Ar, sakit tau. kata Endita sambil mengusap hidungnya.
"Maaf becanda. kata Arwan menaikkan jari tengah dan jari telunjuknya membentuk huruf V.
ayah dan bunda tersenyum melihat ulah Arwan yang mulai jahil.
" Oh ya Arwan sudah kabari orang tuanya kalau pindah dari rumah dinas ke sini? tanya Bunda.
"Sudah Bun, tadi mama sama Abang titip salam dan ucapan terimakasih banyak untuk keluarga Ayah dan bunda. kata Arwan.
Sebelumnya Arwan juga sudah menceritakan. Bahwa papa Arwan sudah meninggal sejak usianya 2 tahun dan kala itu usia abangnya 8 tahun. Ayahnya punya usaha konveksi yang sekarang di kelola oleh Abang nya, di tangan Si Abang, usaha konveksi nya berkembang pesat.
Setelah obrolan itu, mereka semua Masuk kamar masing-masing di lantai dua, kamar Ayah bunda, lalu kamar Endita dan di samping kamar Endita, kamar Arwan.
Bersambung....
Maaf masih berantakan. di tunggu kritik dan saran yang membangun. terimakasih
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
Sukrana Ana
Next
2021-11-18
1
MeSe
Next
2021-07-17
3
N_Mi_Saja
makasih dukungan nya
2021-07-16
3