Butuh enam jam untuk men-settle rencana operasi di Nubl. Menetapkan jalur utama yang akan kami lewati, beserta jalur alternatifnya. Daniel harus menelepon klan Pollux untuk meminta bantuan citra satelit Rusia di Syria, tidak sulit karena Rusia memang terlibat konflik kepentingan di perang Syria dan berseberangan dengan AS.
Kami berangkat hampir senja untuk memanfaatkan kegelapan untuk menyelinap di blokade ketat jalan-jalan berdebu dan rusak di Syria. Tiga buah bis besar dengan lambang palang merah internasional disiapkan walaupun kami akan berupaya agar sama sekali tidak terlihat. Dua puluh lima orang anggota tim, 4 orang level komandan bintang tiga ikut mengawal. Neil Lambert seorang komandan militer berpengalaman dan timnya yang memimpin misi kali ini.
Perjalanan empat jam pertama kami tak menemui halangan berarti, kami sudah menempuh setengah lebih perjalanan saat jam menunjukkan pukul sembilan malam.
Dari Tartus kami mengambil jalan memutar ke selatan melalui Hama, meneruskan ke jalan alternatif utara Rahjan dan lurus ke selatan melewafi Khanasar dan Safira, daerah yang masih dikuasai tentara pemerintah Syria kemudian akan berhati hati memutari Allepo dari barat untuk ke Nubl. Jalanan tandus penuh dengan debu gurun yang membuat kami tak bisa berjalan dengan cepat dalam gelap malam.
Khanasar dan Safira relatif aman, tapi perjalanan setelah kota Safira memerlukan pengawasan ekstra hati-hati. Vortex akan digunakan saat terdesak, kami harus menghemat tenaga karena perlu membuka vortex besar seukuran bis saat perjalanan pulang ke Tartus dan vortex sebesar itu harus memakai tenaga dua orang penyihir penyerang yang menguasai vortex pemindah. Hanya ada pas empat orang yang bisa membuka vortex di tim ini.
Kami berhenti untuk memeriksa jalur didepan. Dua orang legiun mengunakan mantra penghilang dan akan terbang sepanjang rute yang kami lewati didepan.
Lima jam selepas melewati Safira, jam sepuluh malam. Kami putuskan untuk istirahat satu jam, setelah ini kami harus berusaha menembus Allepo, akan banyak tenaga dikeluarkan untuk mantra penghilang , menjaga rombongan kami tidak terlihat.
" Nona Alexa, telepon untukmu" seorang legiun memberikan telepon satelitnya.
" Alexa" itu suara Daniel. " Alexandre menelepon dari Brussel, dia mendesakku menyambungkannya denganmu. Satu lagi... dia terdengar sedikit gusar.... " aku menghela napas, Tuan Martin kenapa dia harus memberitahukan Alexander sekarang. Ini akan sangat menganggu.
"Baiklah, sambungkan dia" aku mendengar suara peralihan
" Alexa!" suara Alexander tinggi. Aku sudah menduganya. Tentu saja dia akan marah marah. Aku pergi dari rumahnya tanpa memberitahunya dan menentang bahaya di daerah konflik. Tentu saja dia akan mengamuk sekarang.
" Apa Alex? Aku bisa menangani ini. Kau tak usah marah-marah padaku. " aku mencoba memotong kemarahannya.
" Kau tau, kau perempuan paling nekat yang pernah kukenal. Kau gila menembus bahaya di Allepo sendirian! Tanpa persetujuanku! Kau itu sedang berada dibawah tanggung jawabku! Jika terjadi apa-apa aku yang akan disalahkan! Apa yang ada dalam otakmu! Kembali sekarang juga ! " Aku harus menjauhkan speaker telepon saat dia berteriak kencang sambil memerintah. Dia benar-benar marah! Aku menyeringai puas membayangkan dia bolak-balik disuatu tempat sambil marah-marah tanpa bisa melakukan sesuatu. Entah kenapa ini terasa sangat menyenangkan. Sekarang aku tersenyum lebar. Sebentar lagi nampaknya aku akan tertawa. Aku sangat menikmati bisa membuatnya marah.
Seakan aku sedikit bisa membalas dendam perlakuannya kemarin, walaupun aku tak pernah bermaksud seperti itu. Aku melakukannya murni untuk menyelamatkan anak-anak dan relawan yang terjebak.
"Alexa, kau dengar aku ?!" aku mengikik tanpa suara sekarang. Sepertinya aku sedikit sakit jiwa, aku sekarang berani bermain-main dengan kemarahan seorang Alexander Ostrander. Ohhh aku takut! Tapi seringaiku tambah lebar.
" Oke kau sudah selesai, Alexander. Aku harus berangkat sebentar lagi. Kau tak usah kuatir, kami bisa menangani ini. Kami akan segera mendekati Allepo. Aku akan menutup teleponnya. "
" Kau dengar aku Alexa Aegis, jika kau berani bergerak dari tempatmu tanpa menunggu tim bantuan dariku. Kau akan merasakan akibatnya! Aku akan tiba dimarkas London dalam satu setengah jam dan kau harus membuka vortex ke London dan membiarkan timku menanganinya . Kau harus kembali ke London." sekarang dia memberikan perintah padaku untuk menunggunya. Dan tentu saja aku tidak ada niat sama sekali tak ingin menuruti kata-katanya.
" Kau yang dengarkan aku Alexander Ostrander, aku bisa menyelesaikan ini tanpa bantuanmu! Dan perlu kau tau, tenagaku dibutuhkan untuk membuka vortex besar ke Tartus untuk 200 orang itu, dan dengan atau tanpa kau aku bisa mengatasi ini sendiri, kau jelas! Aku bukan orang yang bisa kau ancam seenaknya! Dan satu lagi, jika kau memarahi Tuan Martin , ingat dia melakukan itu demi keselamatan anaknya. Kau tau dia tidak punya kesalahan apapun selain melindungi anaknya. Jika kau memecatnya, aku yang akan membuat masalah denganmu ! " aku berhenti dan sekarang merasa puas dengan kata-kataku.
" Aku harus pergi sekarang!" aku mematikan sambungan telepon sepihak dan malas mendengar konfrontasi lebih lanjut. Alexander pasti kesal karena aku memutuskan sambungan teleponnya. Aku harus menghentikan diriku untuk tersenyum lebar sekarang. Komandan Neil sudah bersiap-siap memberi tanda untuk berangkat.
Tim kami harus menempuh sekitar 80 km lagi. Daerah ini mulai rawan, Neil sudah memerintahkan dua orang peninjau untuk terbang mendahului jalur yang akan kami lewati didepan. Sementara seluruh penampakan rombongan akan dihilangkan dengan mantra penghilang. Enam orang bergantian menggunakan mantra energi mereka di atas tiga bis untuk menjaga kami tidak terlihat. Semangkin kami mendekati Allepo, suara suara tembakan dan mortir terdengar membelah langit malam. Sementara disepanjang jalan bangunan-bangunan yang hancur dan rumah rumah yang tak berpenghuni menjadi pemandangan yang terus kami lihat. Perang tak pernah membawa kebaikan.
Halangan pertama terlihat, blokade militer ada di 5km ke depan! 50km dari tujuan kami. Menurut informan banyak sniper gelap beroperasi di daerah ini sehingga kami harus mematikan semua lampu dan bergerak lambat dengan hanya bantuan kacamata khusus.
"Dengar semua , ada pasukan kurang lebih 30 orang di pos depan, kita akan mengunakan mantra penidur. Delaney akan memimpin 10 orang tim penyerang. 4 org bergerak mengamankan penembak gelap radius 3 km dari daerah ini. Jika kalian sudah menyelesaikan tugas kalian, laporkan. 3 tetap di atas untuk mantra penghilang , 3 di kendaraan , sisanya berjaga disekitar sementara menunggu. Nona Alexa, kami butuh Anda di tim penyerang." kami semua menganguk mengerti. Aku, pimpinan tim bersama 8 orang lainnya bergabung dalam tim penyerang.
"Area utara clear. " lima menit kemudian kami mendengar tanda dari pencari penembak gelap.
"Area selatan clear. " menyusul tanda agar tim penyerang maju.
Kami terbang maju ke depan. Sekitar lima kilometer, kami melihat barikade dipasang. Masing masing anggota harus memastikan semua penjaga ini tidur. Setelah kami tiba diatas. Kami segera memulai mengurung daerah itu dan memulai membaca rangkaian mantra. Dalam sepuluh menit mantra kami menampakkan hasil, mereka semua tertidur lelap.
"Oke, kalian bisa jalan. " Kami mempertahankan membaca mantra sampai bis kami lewat sekitar 1 km. Dan kemudian serentak meninggalkan area menyusul rombongan. Masih sekitar lima menit lagi mereka akan terbangun. Rintangan pertama terlewati.
Lebih ke utara, kami mendeteksi semangkin banyak sniper-sniper gelap mengawasi. Ketua tim memerintahkan menbuat pingsan mereka yang terlalu dekat ke jalur kami. Walaupun mereka tak bisa melihat , tapi mereka bisa mendengar suara cukup jelas dari tiga bis yang lewat.
Aku mengawasi GPS, harus nya sudah dekat, tinggal sekitar 30km lagi kami akan sampai ke target. Sudah jam satu malam kami menempuh jalanan Allepo dengan sangat hati-hati rata rata kecepatan cuma 20 km per jam dari jam 11 malam.
" Blokade lagi 5 km didepan! Kali ini serius, mereka membangun kamp militer dengan ratusan orang tentara di samping jalan." pengintai memberi berita. Aku dan Neil berpandangan. Gawat disekitar sini sama sekali tak ada jalur alternatif. Jalur memutar sangat jauh di barat dan lagi jalur itu belum tentu bisa dilalui bis selebar ini.
" Kita tak bisa menghadapi ratusan orang. Mau tidak mau kita harus memakai vortex. Tidak ada pilihan. " Neil akhirnya bersuara.
"John , kalian harus mencari lokasi aman untuk vortex disana, minimal sejauh 5 km dari blokade mereka. Pastikan diradius 3 km bersih. Aku akan mengirim tambahan pemantau. Dean, Louis bawa 3 orang bersamamu , bersihkan landasan vortex bersama John dan pastikan tidak ada orang di radius 3km. Victor bawa 5 orang pastikan tidak ada aktivitas disini, kita akan segera membuka vortex besar. Cahayanya akan terlihat mencolok dimalam hari. " Neil memberi perintah.
"Alexa, Dean, Vincent kita perlu semua tenaga aura untuk pembukaan vortex. Bersiap-siap lah. Kita harus bertahan 1 menit untuk memindahkan 3 bis ini minimal " kami semua mengangguk mengerti.
Pembukaan vortex semangkin besar, akan cepat menghabiskan energi bagi penyihir level penyerang seperti kami. Jika kami tidak bisa menahan level energi kami stabil akan ada bahaya kematian bagi objek yang kami pindahkan. Bayangkan tubuhmu terpisah di dua tempat. Berbeda untuk vortex pemindah pribadi, biasanya singkat dan hanya sebesar diri kami diameternya.
Kami berbeda level dengan penyihir pikiran, level kekuatan aura mereka jauh diatas kami, bahkan selevel Ourinko dan Aurora bisa membuka beberapa vortex sekaligus tanpa memikirkan batas waktu seperti kami. Dan karena misi ini rahasia, kami tidak bisa meminta bantuan penyihir jiwa.
Beberapa saat kemudian, landasan vortex sudah diamankan. Dean dan Vincent pergi ke landasan didepan untuk membuka vortex . Neil dan aku akan menangani vortex ke Tartus.
Gabungan energi dari dua orang penyihir, membuka vortex hampir selebar enam meter. Dan penyihir lain harus bekerjasama menggunakan energi pemindah untuk melayangkan bus itu kedalam vortex. Dan satu orang di dalam mobil untuk menjalankan mobil itu segera ketika mobil sudah keluar dari vortex.
Dan selesai, selamat. Kami berhasil pindah melewati blokade didepan kami. Semoga tidak ada blokade lain didepan, tinggal 20 km lagi dari titik temu.
Tapi kali ini sial, baru 10 km kami berjalan ada lagi blokade besar. Kali ini aku dan Neil harus turun tangan membuat vortex, dua penyihir lain sudah mencapai batas kemampuan mereka.
"Alexa, Neil, bisakah kalian membuka dua kali vortex ke Tartus. " Daniel bertanya di saluran komunikasi. Aku dan Neil berpandangan, aku tidak yakin, aku harus mengukur kemampuanku dulu di vortex pertama. Neil juga sepertinya tidak bisa memastikan.
"Kami harus mengukur dulu level kami di pembukaan vortex pertama. Kurasa dengan meditasi satu jam, kami bisa mengisi kembali energi kami untuk pembukaan kedua. " Neil mengangguk mengiyakan perkataanku. Ini jam 2 lebih. Kurasa sebelum fajar jam empat kami harusnya bisa melakukannya.
" Baik, aku akan meminta legiun di Tartus mengosongkan area untuk kalian jam 4.30. Kalian ambil waktu lebih untuk meditasi. Neil perintahkan wakilmu untuk mempersiapkan mantra penidur segera kepada para pengungsi begitu mereka siap. Kau dan Neil harus konsentrasi pada meditasi aura." Neil mengiyakan saran Daniel. Semoga setelah ini tidak ada halangan lagi. Jika ada lagi, kami mungkin harus tertahan satu hari lagi dan itu sangat beresiko.
" Ayo kita lakukan. Landasan sudah bersih." Kami segera terbang 5 km ke utara setelah menghafal baik-baik penampakan lokasi kami.
Vortex pertama kami berjalan mulus. Aku merasa aku masih mempunyai energi tersisa, walaupun aku harus bermeditasi dahulu. Untungnya Neil merasakan hal yang sama.
Kami tiba ke lokasi pengungsian, 1 km terakhir kami sudah mengabarkan kami akan segera tiba. Oscar dan tim nya bertahan di sebuah gudang tua besar dipinggir jalan yang setengah atapnya sudah hancur akibat altileri.
Bangunan tua itu gelap gurita saat kami tiba. Prajurit komunikasi segera menelepon Oscar, dan mereka dengan hati-hati segera keluar dari tempat persembunyian mereka.
Kondisi mereka tidak baik, banyak anak-anak yang sakit dalam rombongan. Tim kami segera membagikan makanan dan susu untuk menenangkan anak-anak itu.
Kami meninggalkan mereka untuk mempersiapkan diri. Tiga bus itu harus masuk semua orang. Pasti sangat penuh, sampai mereka harus duduk dilorong lorong. Banyak anak bayi diantara mereka, dan balita yang sudah mulai menangis. Daerah ini harus segera diamankan.
Neil meminta tim penyerang berpencar untuk berjaga, sementara semua orang harus diatur oleh relawan agar bisa masuk ke bus.
Aku dan Neil bermeditasi agak jauh dari mereka. Sudah setengah jam, ketika tiba tiba radio kami berbunyi.
" Lapor komandan, ada dua truk pasukan sedang dalam perjalanan melewati daerah ini . Posisi mereka sekitar 7 km dan mendekat dengan cepat. ETA 15 menit lagi " meditasi kami langsung berakhir.
" Siapkan landasan Tartus segera, Daniel. Kai dengar kami tidak bisa menunggu. Kalian sudah bisa memasukkan semua orang ke bis Victor ? "
" Copy ! , landasan Tartus akan siap dalam lima menit !" Daniel langsung bersiap.
" Hampir selesai ketua" ?Victor melapor
" Siapkan tidak lebih dari 3 menit. Mulai pembacaan mantra penidur. Alexa bersiaplah, kita harus berusaha sebisa kita."
Dalam lima menit kemudian kami bergerak menjauh ke utara. Menyusuri jalan, sambil menunggu mantra penidur kamu bekerja seluruhnya. Tim sudah berada dalam satu rombongan. Kami berhenti di sebuah belokan lapang yang agak tersembunyi oleh bukit disampingnya. Tak ada waktu lagi memeriksa daerah sekitar. Aku dan komandan Neil langsung membuka vortex pribadi ke Tartus. Dan dari sana kami membuka gabungan dua vortex besar.
Aku melihat beberapa penyihir sudah membuat tembok penghalang pandangan. Semuanya sudah siap, kami merapal mantra dan mengambar rune vortex dan menggabungkan kekuatannya.
Tiga puluh detik pertama, aku masih baik baik saja. Tapi kemudian tenagaku mulai terpengaruh. Vortex yang kami buka mulai mengecil. Sisi vortex yang mengecil menyebabkan bagian atas kiri bis terpotong dengan menimbulkan percikan api.
"Alexa, bertahanlah tinggal 1 bis lagi. "
Aku berupaya semampuku mempertahankan level tenagaku. Bis ketiga akhirnya lewat 15 detik kemudian. Aku langsung terduduk lemas, saat vortex tertutup. Kepalaku langsung berat. Aku telah melewati batas kemampuanku.
"Alexa! Kau kenapa... " Alexander tiba-tiba sudah disampingku. Dia ada disini?
"Alex?Kau disini..." aku mencoba mengenali sosoknya di tengah cahaya samar samar.
"Nona Alexa harus segera istirahat, dia melewati batas kemampuannya. Sebentar lagi dia akan pingsan. Dia harus segera ditangani penyembuh di London. Aku akan segera membuka vortex ke Pusat Operasi London. Para penyihir penyembuh siaga disana. " Neil memberi penjelasan ke Alexander.
" Kau memang pencari masalah ...aku akan menggendongmu! " aku mendengar Alexander menggerutu. Tapi aku tak perduli, aku rasanya sangat lelah, aku sudah memejamkan mataku dan mulai kehilangan kesadaran saat dia menyelipkan tangannya ke belakang punggungku.
" Alexa!!? " setelah teriakan itu aku tak ingat apa-apa lagi. Semuanya gelap.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 312 Episodes
Comments
Dede Dahlia
sumpah aku masih kesel sama si Alex yg kebangetan brengseknya 😡 kalau ga lagi ada hubungan sama Alexa si,
aku ga masalah kalau engga,lagi ga bersama Alexa di tempat yg sama juga masih di maklum lah ini lagi bareng Alexa mana baru memperkenalkan sebagai tunangan lagi bener²brengsek yg kebangetan aku masih dendam kesumat sama si Alex sialan 🤭
2023-03-23
0
❤ $he ¥ ❤
emak serasa ikut mereka....😐😐😐
2021-09-30
0
Windy Veriyanti
suka banget waktu Alexa bikin Alexander marah-marah 👍😁😆
2021-09-25
0