Aku dan Joanne berkeliling Paris sampai malam dan melupakan waktu. Joanne akhirnya mengantarku pulang lewat jam sepuluh malam. Alexander sudah kembali ke mansion. Dia menggeleng-gelengkan kepala melihat aku dan Joanne masuk dan tertawa-tawa seperti sahabat, sambil menenteng belanjaan kami.
Aku lelah, tapi jalan-jalan, merawat diri dan berbelanja bersama adalah sebuah kesenangan yang sangat sulit dilewatkan oleh wanita. Jadi untuk kali ini aku sangat menikmatinya setelah sekian lama aku disibukkan dengan pekerjaan dan pelatihan di pusat Operasi.
Aku langsung pamit ke kamarku membersihkan diri. Dan ingin beristirahat karena kelelahan. Dan tentu saja membongkar belanjaan, itu adalah hal yang sulit dilewatkan jika kau selesai berbelanja.
Saat aku menyusun belanjaanku di lemari, seseorang mengetuk pintu. Apakah Alex pikirku, ini sudah lewat jam dua belas. Aku membuka pintu. Dan dia berdiri disana.
"Kau bersenang-senang hari ini." dia masuk begitu aku membukakan pintu dan langsung duduk di sofa nyaman dikamarku.
"Sangat ..." aku tersenyum lebar. Aku membereskan beberapa sepatu dan aksesories kedalam lemari.
"Aku senang kau menikmatinya... " dia membalas senyum lebarku.
"Terima kasih untuk semuanya. Aku sudah lama tidak berjalan-jalan seperti ini, kejadian belakangan membuat jam kerja kami diluar batas normal." aku masih membereskan kotak terakhir belanjaanku ke lemari. Untung dia datang saat aku sudah membereskan semua gaun. Aku ingin gaunnya menjadi kejutan.
" Kau ingin berterima kasih. Kemarilah... " aku memandangnya merentangkan tangan.
" Kau meminta ciuman lagi..." aku menyeringai.
" Iya, tetap di pipi. Aku tak akan bersikap nakal. Asal kau melakukannya dengan benar. " My Lord , kenapa dia bersikap seperti beruang besar yang manis padaku. Bagaimana kalau aku benar-benar jatuh cinta padanya.
Aku maju. Dia langsung memeluk pinggangku. Kenapa aku begitu nyaman dalam pelukannya, padahal kami dekat baru beberapa hari.
Dia tidak pernah jatuh cinta lagi. Kata kata Joanne terngiang di telingaku. Seperti apa rasanya hidup abadi dan kesepian selama puluhan tahun. Aku mengasihaninya, aku terbawa perasaan, tanpa kusadari menangkap wajahnya. Dan aku mencium keningnya lembut.
Tampaknya Alexander terkejut dengan ciumanku, seperti aku sendiri terkejut dengan keberanianku. Saat aku mengakhiri ciumanku dia memeluk pinggangku dengan erat. Aku menangapinya lebih jauh, aku membalas pelukannya, membiarkan diriku mengelus rambutnya yang harum dan menempelkan pipiku di puncak kepalanya. Aku bermain api!
"Apa Joanne mengatakan sesuatu tentangku." dia masih memelukku.
"Sedikit... " aku sesak. Pelukan ini terasa sangat nyaman, tapi aku begitu takut karena menyadari bagi Alexander mungkin ini hanya sekedar kedekatan nafsu, sikap alami yang sudah terbentuk untuk mendekati dan membuat nyaman setiap wanita.
"Kau ingin menanyakan sesuatu padaku. " dia mendongak memandangku dengan matanya yang begitu dekat. Aku selalu tak bisa melepaskan diri dari mata abu-abu misterius itu. Dan setiap aku berdekatan dengannya degup jantungku menggila.
"Hmm... tidak." Bagaimana aku bisa lolos dari lubang jarum ini. Aku pasti akan hancur lebur karena mencintainya, tapi tak bisa memilikinya seutuhnya.
"Alex,... kenapa kau bersikap begitu manis padaku ?" aku memberanikan diri bertanya.
"Entahlah, ... karena kau manis kurasa. Aku tak merencanakan apa-apa. Apa kau berpikir aku akan meminta imbalan padamu, seperti membawamu ke ranjangku dan membuatmu menjadi seorang wanita?" dia membaca pikiranku dan mengatakannya dengan begitu vulgar.
Alexander menarikku duduk dipangkuannya. Dia menatapku begitu intens sampai aku tak berani menatap matanya. Aku tercekat dengan rona panas terasa menjalar dipipiku.
"Aku tak akan menyentuhmu sampai hari pernikahan kita, gadis perawanku yang selalu merona malu. Aku memberikan janjiku padamu sekarang. Walaupun saat ini aku melawan dorongan besar untuk bisa menyentuhmu dan membuatmu mendesah sambil menyebut namaku. " sekujur tubuhku merinding mendengar dia perkataannya. Aku tak bisa mengalihkan mataku dari matanya.
"Alex... " kenapa dia melakukan ini padaku.
"Kau tak perlu takut padaku. Aku tidak sebrengsek yang kau kira, aku masih tahu cara menghargai seorang gadis perawan dan berhati tulus sepertimu. Dan aku sungguh-sungguh menghargai pengorbananmu untuk klanmu." Alexander bersungguh-sungguh atas kata-katanya. Intonasinya suaranya tenang hampir dingin membuatku takut atas kekuatan mentalnya. Namun disaat yang sama dia seperti sebentuk gairah gelap yang membuatku semangkin menginginkannya.
"Kau ingin mengatakan sesuatu... " sekarang aku kenapa merasa seperti anak murid yang ketahuan bersalah. Aku hanya mengelengkan kepalaku.
"Sekarang giliranku bertanya... Kenapa kau menciumku seperti tadi. Apa yang ada di pikiranmu. Joanne bilang apa padamu tentangku ?" mata Alexander mencari jawaban.
"Aku ... " aku benar-benar tak siap menjawab pertanyaannya. Haruskan kubilang aku kasihan padanya. Itu penghinaan. Pria sepertinya tak akan menerima dikasihani. Atau aku mulai jatuh hati padanya. Aku belum siap atau yakin mengakui perasaan itu.
Matanya mengunci mataku untuk mencari jawapan. Aku salah tingkah dan bergerak gelisah. "Aku hanya terbawa suasana ... " itu jawaban terbaik yang bisa kutemukan, aku menyeringai lebar berharap dia mempercayaiku, walaupun aku sendiri jelas tidak mempercayai perkataanku.
"Hmm .... benarkah " jelas dia tidak percaya apa yg kuucapkan, tapi tampaknya dia tidak akan memaksaku.
"Tidurlah, ini sudah lewat tengah malam. Besok aku akan mengurus pekerjaan dan meninggalkanmu agak pagi, kau tak usah bangun pagi .. istirahatlah, tapi jam tiga aku akan pulang dan kita akan berjalan-jalan." aku langsung tersenyum.
"Benarkah ..." mataku berbinar senang.
"Iya ...lusa kita harus ke tempat Joanne, ada pertemuan keluarga, tamu-tamu akan mulai berdatangan jam lima sore." aku mengangguk, Joanne sudah bercerita tentang hal itu sebelumnya.
"Baik... " aku masih duduk dipangkuannya sambil memegang bahunya.
"Sekarang turunlah dari pangkuanku, atau kau ingin aku mengendongmu ke ranjang dan menyanyikan mu lagu pengantar tidur. Atau aku bahkan bisa melakukan lebih baik ... aku akan membuatmu mendesahkan namaku sampai kau tertidur kelelahan..." ia mulai lagi menunjukkan sisi brengseknya sekarang.
"Dasar mesum ... keluar dari kamarku sekarang. " Aku segera berdiri. Alexander tertawa puas. Dan aku berkacak pinggang sambil menunjuk pintu keluar.
"Good night Alexa..." dia masih menyeringai lebar saat keluar.
"Good night Alex." aku menutup pintu dan menyenderkan diri ke pintu. My Lord, Aku tidak akan bisa bertahan atas godaan ini. Cepat atau lambat aku pasti akan jatuh ke pelukannya. Apa yang harus kulakukan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 312 Episodes
Comments
Dede Dahlia
Alexa yg harus kamu lakukan yg menyerah berada di pelukan Alex 🤔
2023-03-23
0
Hani Hanifah
syukaaaa banget cara penulisannya... makasih othor..
2022-01-13
0
❤ $he ¥ ❤
like it..........❤❤❤❤❤❤❤❤
2021-09-30
0