Joanne Ostrander, seorang wanita cantik yang sekaligus cerdas, terpancar dari caranya berbicara. Disisi lain Ibu angkat Alexander ini adalah seorang wanita yang berpembawaan ramah secara alami, ia sangat pandai membuat seseorang nyaman saat berbicara dengannya. Dia berkeras memaksaku memanggil namanya tanpa memakai embel embel apapun. Aku boleh memanggilnya Ibu hanya diacara resmi klan.
Alexander meninggalkanku bersama Ibunya setelah sarapan pagi. Ayah Alexander tidak terlihat, Joanne bilang Ketua Klan sedang tidak ada di Mansion.
"Bersenang-senanglah bersama Joanne. Aku akan menjemputmu jam delapan" Alexander aku cuma tersenyum mendengar kata-katanya.
"Tentu, terima kasih Alex ..."
"Joanne... aku pergi sekarang. Jaga dia untukku" kata-katanya manis sekali.
"Tenang saja Alex, kau tak usah khawatir padanya."
Joanne mengajakku berkeliling Mansion Ostrander yang terletak di pinggiran kota Paris. Sebuah mansion besar bergaya klasik seperti Mansion Aegis. Aku familiar dengan pengaturannya, hampir terasa seperti dirumah. Ruangan-ruangan bernuasa coklat keemasan dengan hiasan ukiran yang klasik, plafon bercahaya terang yang indah dan megah, chandelier kristal yang mengantung di setiap ruangan, wallpaper coklat putih keemasan hangat. Ditambah kebun-kebun luas yang dipenuhi mawar dan tertata rapi gaya Victorian.
Kami berbicara tentang kebiasaan keluarga kami. Dan Joanne juga menceritakan beberapa kebiasaan keluarga Ostrander, diantaranya berkumpul setiap Jumat malam. Ia mengatakan Jumat malam di minggu pertama setiap bulan, nanti aku dan Alexander akan menghadiri perkumpulan keluarga ini.
Joanne bercerita tentang Klan Keluarga Ostrander yang merupakan klan tua dan terkuat secara finansial maupun kekuatan.. Klan Ostrander beranggotakan hampir 500 orang, selain itu ada ratusan klan lainnya baik kecil maupun besar. Ostrander telah memegang jabatan utama pemimpin para vampire selama hampir 300 tahun, dan ayah Alexander Valerie telah menerima jabatan Ketua selama 60 tahun, sedangkan Alexander telah menjadi putra utama selama hampir 30 tahun.
Bisnis mereka adalah investasi dan keuangan , mereka bergerak secara terselubung dan mengendalikan perusahaan perusahaan besar dan bank di berbagai belahan dunia dalam jaringan mereka dengan memakai berbagai macam nama.
Anggota Klan mereka tersebar di berbagai penjuru dunia. Alexander sebagai putra utama keluarga adalah pemimpin utama bisnis keluarga yang dihormati dan membawahi pengawasan semua aktivitas bisnis klan Ostransder.
Ternyata Alexander adalah seorang jenius dengan gelar Phd bisnis dari Oxford. Di tangan dinginnya, bisnis klan Ostrander mencapai titik tertinggi. Walaupun di dunia nyata dia tak pernah menyebutkan gelarnya untuk menghindari pelacakan anonim terhadap asalnya. Semua anggota klan memakai nama alias yang berbeda dengan nama sebenarnya. Alexander adalah Jonathan Devereaux dan beberapa indentitas palsu lainnya.
Aku menjadi kagum dengan Alexander. Dibalik sikapnya yang memang tak bisa dibantah, ia mempunyai karakter dan kapasitas mengagumkan sebagai seorang pemimpin.
Setelah makan siang, Joanne mengajakku ke sebuah butik langganannya. Sebuah boutique besar mewah di Boulevards St. Germain di 7 arrondissement, tak jauh dari Mansion Alexander.
Butik mewah itu berisi sejumlah besar koleksi busana pesta yang sangat cantik dan mewah dari beberapa perancang dunia, berhiaskan kristal kristal swaroski yang berkilau. Mataku berbinar mengagumi desain-desain extravaganzanya, walaupun bagiku sepertinya beberapa desainnya sedikit agak berlebihan. Aku lebih menyukai desain simple tanpa bling bling atau mungkin aku menerima detail sederhana yang manis.
"Alexa, lihat ini ... ini sempurna. Akan terlihat cantik padamu. Kau suka? Aku sangat menyukai ini. " Ia menunjukkan sebuah gaun putih panjang dengan ekor mermaid dengan taburan swaroski menghiasi hampir seluruh bagian atas gaun, berbelahan dada cukup terbuka. Aku membelalak melihatnya, gaun itu sexy dan jelas sangat mengundang. Aku tidak akan nyaman mengunakan gaun seterbuka itu.
"Terlalu banyak kulit terlihat ..." aku memberanikan diri berpendapat.
Joanne melihatku, lalu tertawa.
" Hahaha ..., aku mengerti, ternyata kau cukup konservatif, padahal kau punya tubuh yang bagus. Para wanita kami rata-rata punya gaya yang cukup berani. Tapi jika itu bukan kau, jangan kau lakukan."
"Benarkah .... " bisa dimaklumi, mereka mahluk dengan ego yang tinggi karena kemampuan mereka. Memamerkan diri adalah suatu keharusan bagi mereka.
"Nanti kau akan melihatnya di pertemuan keluarga.Hahaha ..." ia melanjutkan melihat beberapa gaun.
"Apa aku harus mengikuti gaya mereka ?" aku lebih baik bertanya daripada aku selalu salah kostum.
"Ohhh tidak sayang, kau adalah dirimu. Kau akan menjadi istri resmi Alexander, pilihanmu akan dihormati bahkan nanti akan menjadi panutan. Kau bebas menentukan pilihanmu sesuai kehendak hatimu, karena kau adalah tunangan putra utama."
Aku tersenyum. Untunglah aku tak menyinggungnya. Dan untunglah aku bisa menjadi diriku sendiri. Mataku terpusat ke sebuah gaun panjang biru dengan detail bunga bunga kecil yang sangat cantik. Aku mengambilnya untuk melihat lebih jelas dan dengan cepat aku jatuh cinta pada gaun ini.
"Itu cantik, terlihat hampir angelic... akan cocok padamu. Kau harus membawanya jika kau menyukainya."
"Iya aku menyukai gaun ini." aku mengangguk puas.
Kami memuaskan diri memilih beberapa gaun. Aku membeli sebuah gaun panjang elegan berwarna peach kemerahan dengan detail kristal swaroski cantik bertaburan diseluruh gaun. Dan satu buah lagi gaun A Line panjang melambai berwarna peach dengan detail ornamen keemasan cantik pada bagian atasnya.
"Sayang, aku akan membelikanmu ini... " Joanne menunjukkan sebuah gaun hitam dengan details bordir bunga yang sangat indah dengan tulle transparan dibawahnya. Gaun itu akan memperlihatkan bahu dan leher jenjang pemakainya. Harus kuakui pilihan Joanna sangat bagus. Gaun itu terlihat elegan, tapi disaat yang sama juga sexy walau tak berlebihan.
"Ini sexy...tapi tetap elegan, aku menyukainya. Joanne matamu sungguh jeli menemukan ini."
"Ini akan membuat Alexander menatapmu sepanjang malam ... " sekarang aku memerah mendengarkan penilaian wanita yang sudah berpengalaman ini. "Pakailah ini saat malam perkenalanmu dengan seluruh klan vampire."
"Perkenalan klan?" aku belum mengerti itu acara apa.
"Setelah pertunanganmu diresmikan, akan ada pesta pengumuman pertunangan untuk memperkenalkanmu sebelum upacara pernikahan. Aku akan mengundang semua perwakilan klan untuk memperkenalkanmu." aku cuma mengangguk mendengar penjelasan Joanne.
"Alexa, apa Alexander memberimu kartunya untuk berbelanja." tiba-tiba Joanne bertanya.
"Ehhh.... iya, dia memaksaku, tadinya aku berkeras menolaknya... "
"Jangan menolak sayang, aku cuma memastikan dia melaksanakan kewajipannya terhadapmu. Kau tamu kami disini. Aku malah akan mengomelinya jika melupakan hal penting seperti itu." aku tersenyum mendengar Joanne, tampaknya Alexander tidak akan bisa membantah otoritas ibu angkatnya ini.
Kami menunggu sambil staff membungkus belanjaan kami ketika seorang masuk. Suara langkahnya ketika masuk menarik perhatianku. Seorang gadis tinggi seperti model, berwajah sangat cantik berambut pirang bergelombang panjang. Memakai gaun pendek keemasan pas badan yang memamerkan kaki indah dan tubuh langsing berlekuknya, berjalan anggun dengan stilleto memasuki butik.
Dia melihat kearah kami, aku tidak mengenalnya. Tapi dia melihat ke arahku, mungkin dia mengenal Joanne. Dia berjalan menghampiri kami.
"Madam Ostransder, lama tidak bertemu. Bagaimana kabarmu. Senang bertemu Anda disini " gadis itu ternyata mengenal Joanne. Dan dia memanggil Joanne madam, berarti dia vampire. Dia mengulurkan tangannya ke Joanne. Joanne berdiri dan akupun ikut berdiri.
" Julia Declaroix, kau sedang diParis rupanya. Aku baik. Terima kasih. Bagaimana kabar ayahmu. Sampaikan salamku untuknya." mereka bersalaman resmi.
"Baik Madam. Akan kusampaikan. Alexander sudah di Paris? Aku sudah sangat merindukannya, kuharap kami bisa segera bertemu lagi. " gadis cantik itu tersenyum, sebilah pisau dingin terasa ditancapkan ke punggungku. Ini pasti salah satu pasangan Alexander. Wanita cantik sexy didepanku ini sangat cocok untuk menjadi pasangan Alexander.
Aku merasa seperti seorang gadis sekolahan yang kalah bertanding dengan wanita dewasa. Aku membandingkan bajuku sendiri yang adalah sebuah blouse renda putih nyaman yang dipadu dengan rok A-Line sopan berwarna peach, serta pump shoes warna peach senada. Aku dan wanita ini bagai langit dan bumi.
"Iya dia sudah di Paris sekarang." Joanne menjawab singkat.
"Ahh ... siapa ini, aku belum pernah melihatnya." dia melihatku dengan tersenyum berbasa-basi, pandangan meremehkan seakan aku hanya seorang yang tidak penting.
"Dia tamuku." Joanne kembali menjawab singkat. "Kami akan segera pergi dari sini. Sampai jumpa lagi Julia." Joanne menarik tanganku.
"Oh tamu madam Ostrander. Hai dear, aku Julia... senang bertemu denganmu" dia mengulurkan tangannya sambil tersenyum. Aku terpaksa menyambut tangannya yang dingin. " Aku Alexa, terima kasih Julia." dia mengerutkan kening saat menyambut tanganku. Dia mengetahui aku adalah manusia dari suhu tubuhku.
Dia sekarang memandangku dengan tatapan penasaran, sementara aku dan Joanne mengambil belanjaan kami.
Joanne dan aku masuk ke mobil kami. Sejak bertemu Julia dia tampak diam memikirkan sesuatu. Mungkin dia binggung bagaimana menjelaskan kata-kata Julia yang begitu mesra terhadap Alexander.
"Alexa... kau pasti kaget mendengar kata-kata Julia tadi. Aku minta maaf belum menjelaskan sesuatu padamu..." dia berhenti sebentar. Aku menghela napas, aku memotong pembicaraannya.
"Aku mengerti kondisinya Joanne... Alexander adalah pria dengan kekuasaan besar dan seorang pewaris. Wanita akan mengerubunginya seperti dia adalah sebuah mangsa buruan. Dan dia bukan laki-laki yang hidup selibat sebelumnya. Tak ada yang perlu dijelaskan. Aku bisa menerimanya... " aku hanya berdoa semoga pernikahan politik ini tidak membunuhku. Aku harus mati-matian bertahan tidak jatuh cinta pada suamiku sendiri, agar aku tak terperosok ke penderitaan lebih dalam. Entah bagaimana aku akan menjalaninya.
"Alexa... " Joanne tampak kehabisan kata-kata mendengar perkataanku. Aku mengatakan kebenaran yang sulit dibantah.
"Alexa...Alexander tidak mencintai mereka, mereka hanya pasangan sex-nya. Dan itu bukan satu atau dua orang, kau harus tau itu... Selama puluhan tahun ini, aku belum pernah melihatnya jatuh cinta selain pada cinta pertamanya." Joanne mengengam tanganku.
"Cinta pertamanya... ?"
"Iya, istrinya yang sudah meninggal, saat dia masih mortal dan itu sudah berlalu hampir 70 tahun yang lalu. Aku tak berhak mengungkapkan kisah hidupnya. Tapi di balik sikapnya yang dingin atau mungkin sikap hangatnya ke semua wanita , dia adalah pria yang kesepian. Dia belum pernah membuka hatinya untuk sebuah cinta baru. Entah kenapa.... aku merasa kau adalah orang yang bisa membuatnya jatuh cinta kembali, aku tak tau bagaimana menjelaskannya, tapi perasaanku berkata begitu. Dan kau tau, intuisiku tak pernah salah Alexa." Aku tertegun, seperti apa rasanya hidup sendirian selama puluhan tahun tanpa seseorang yang kau sayangi. Apa dia begitu mencintai istri pertamanya.
"Aku benar-benar tak tau Joanne ...aku hanya menjalaninya saja hari demi hari sekarang, dan berharap aku beruntung." aku tertawa menguatkan diri sendiri, aku juga tak tau perasaanku padanya. Apakah aku akan jatuh cinta padanya. Apa setiap debaran jantungku saat bersama Alexander adalah tanda bahwa aku akan mencintainya. Joanne menatapku, tampaknya dia kasihan melihatku. Bagaimanapun ini adalah sebuah pernikahan politik awalnya tanpa embel-embel cinta.
"Alexa... ingatlah hal ini. Siapapun wanita yang memprovokasimu, entah dari sesama klan kami atau klan lain , kau tak boleh kalah. Mereka semua boleh merasa lebih cantik darimu, atau mungkin bersikap merendahkanmu, tapi kau tak boleh kalah. Kau adalah istri resminya. Aku akan selalu membelamu, jika ada yang mencoba macam-macam padamu, dia akan berhadapan denganku." aku tersanjung dan sekaligus tertawa mendengar Joanne berbicara berapi-api. Aku beruntung Ibu angkat Alexander ini tampaknya menyukaiku.
"Aku akan berusaha Joanne, terima kasih telah mendukungku. Aku jadi tak merasa kesepian lagi sekarang, tadinya aku merasa aku sendirian disini." Sekarang Joanne memelukku. Kami saling berpelukan dan kemudian kami berdua tertawa bersama.
"Kau tahu ... rasanya aku seperti mempunyai putri sendiri yang tak pernah kumiliki. Berjanjilah kau akan menceritakan apapun padaku." aku terharu Joanne bersikap begitu baik padaku. Kami melanjutkan kesenangan hari itu, berjalan-jalan, berbelanja, makan hingga kami melupakan waktu. Tampaknya aku tak akan begitu kesepian disini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 312 Episodes
Comments
Dede Dahlia
kan..kan..kan Alex mantan player karna merasa kesepian.
2023-03-23
0
Hani Hanifah
baca lagi... lagi.. dan lagi...
2022-01-13
0
Nur Yanti
bukan satu dua perempuan... yaa... secara hidup sudah 100thn berapa banyak??? Rattussan.. 😂
2021-12-03
0