"Cium aku... "
"Apa?!"
"Sebagai rasa terima kasih..."
"Uhhh ... kau licik ... "
"Di pipi saja ... aku tidak minta dibibir." aku tergelak dengan kata-katanya.
"Tidak ..., kau tidak boleh meminta imbalan atas kebaikan, itu namanya mengambil keuntungan" aku menghindar.
"Kemari dan cium aku ... atau aku yang akan kesana." dia mengancam dengan muka pura pura serius dan membuat alisku berkerut, sementara dia tersenyum menang.
"Kau selalu mengunakan kekuatanmu untuk mengancam ? Kau vampire licik." aku mengumpat dari seberang meja.
"Sudah bawaan alam " ia menjawab sekenanya. Aku terpaksa maju dengan cemberut.
"Pejamkan matamu, " sebuah rencana terpikir di kepalaku.
"Kenapa ... " alisnya sekarang bertaut.
"Kau mau ciumannya atau tidak... " aku mengancam.
" Baiklah, ..." ia memejamkan matanya. Aku memajukan wajahku, tapi aku menggunakan dua jariku untuk menempelkan ciuman dengan singkat di pipinya.
" Sudah... " aku segera melangkah pergi.
" Gadis licik, kemarilah" ia menangkap tanganku.
" Aku sudah menciummu ... " Alexander menangkap tanganku sebelum aku menjauh , aku menariknya lagi, tapi tentu saja tak bisa karena tenaganya tak bisa kulawan.
"Kau pikir aku akan tertipu... " jadi dia tahu tipuanku. Aku cuma meringis lebar.
"Kau tak bisa ciuman dengan benar. Aku akan menghukummu. " sekarang matanya berkilat dan membuat jantungku berdebar.
"Apa...?" Terlambat ! dengan cepat dia menarikku berjalan ke arah sofa besar, dan dengan kekuatannya dia menarikku ke pangkuannya.
"Alex ..." aku terkunci di pangkuannya, dengan posisi terhimpit dipelukannya, sosoknya yang besar mendominasiku. Degup jantungku menggila.
"Hmm ..?" Ia menaikkan alisnya dengan ekspresi kejam.
"Aku minta maaf, akan kuulangi ...." sekarang aku memohon karena sudah belajar bahwa aku tak akan menang melawannya.
"Baik, tapi kali ini lakukan dengan benar, disini... " dia menunjuk bibirnya sementara aku membelalak.
"Tadi di pipi..." aku protes dengan cepat.
"Kau sudah bersalah, terima hukumanmu... atau aku yang akan menghukummu lebih berat. " Laki-laki ini mempermainkanku, membuatku tak bisa melawannya.
"Lakukan!" dan perintah adalah mutlak.
Aku meraih lehernya, menariknya mendekat dan menciumnya singkat. "Itu bukan ciuman, tapi kecupan. Kau mau aku mengajarmu cara berciuman sekali lagi?" aku memerah, dia benar-benar mengerjaiku.
Aku menyapukan bibirku kebibir Alex. Menariknya lebih mendekat. Memejamkan mataku, membuka bibirku untuk memangut bibirnya dan merasakan napasnya yang harum. Aku terlena dan mengigit lembut bibir atasnya. Membuat Alex membuka bibirnya dan lidahku menyerbu masuk. Aku menyudahi ciumanku dengan mengecupnya sekali lagi.
Aku membuka mataku. Alex memandangku "Gadis pintar, kemarilah ... " dia menarikku bangkit dan mendudukkanku berhadapan. Aku tercekat, dengan cepat dia menyerbu bibirku dan melanjutkan ciuman itu. Aku menyambutnya, kami saling ******* dan memberi dalam ciuman dalam itu.
Tangannya berlari di punggungku menarikku lebih menempel ditubuhnya. Sementara ciumannya berpindah ke area leherku, menggoda titik sensitifku. Aku mendesah atas sentuhannya. Alarm bahaya berdentang di kepalaku. Ini tidak akan terjadi di malam pertama kami bersama, aku perlu lebih banyak waktu untuk mengenalnya. Jika aku tak mundur sekarang, dia tak kan bisa kuhentikan.
"Alex ... kumohon."
"Apa Alexa... " suaranya rendah, sementara ia terus melarikan bibirnya di sepanjang leherku.
"Jangan lakukan ini sekarang, aku belum siap." aku berkata dengan sungguh-sungguh dan mendorongnya menjauh dengan semua kontrol yang kumiliki. Tidak ini tidak boleh terjadi. Walaupun dia begitu menggoda, tapi hatiku belum siap.
Dia menjauh dan memandangku. Dan terdiam cukup lama sebelum tersenyum kecil.
"Kau benar, ... aku melakukan ini terburu-buru." akhirnya dia melepasku, aku melangkah turun dari pangkuannya dan bergeser duduk ke samping.
Dia memegang tanganku dan menciumnya.
" Maaf,aku harusnya tak terburu-buru . Aku terbawa suasana ... ingatkan aku jika kau merasa tak nyaman. " sekarang ia membelai lembut rambutku.
"Terima kasih." hatiku menghangat atas permintaan maafnya. Aku senang dia menghargai keinginanku.
"Besok bergembiralah bersama Ibu, aku akan mengantarmu jam sembilan ke Mansion Ostrander. Ibu meminta kita sarapan disana. "
"Iya baiklah, .... "Kami berdiam diri. Tampaknya dia harus menguasai dirinya kembali.
"Apa pelayan disini tau kau seorang vampire ?" aku mencari bahan pembicaraan.
"Tidak, hanya Martin yang tau. Dia sudah melayani keluarga Ostrander dari sejak muda. Kau bisa percaya padanya. Aku juga sudah memberitahu dia bahwa kau adalah klan penyihir." aku menganguk mengerti.
"Kapan kau minum darah, bagaimana kalian melakukannya?" Ia menatapku, lalu tersenyum. Ia mengeluarkan sesuatu dari sakunya, sebuah case hitam besi seukuran telapak tangan. Kotak itu mempunyai mekanisme kunci otomatis, dengan sidik jari. Dia menempelkan jarinya dan kotak itu terbuka dengan suara klik. Didalamnya terdapat banyak kapsul bewarna keemasan dengan cairan yang berwarna gelap karena tersalut kapsul coklat gelap bening.
"Kapsul Ini adalah intisari darah, ilmu pengetahuan berkembang pesat, begitu juga kami, kami tidak minum darah dengan mengigit seperti yang kau bayangkan atau meminum langsung darah, walaupun di upacara ritual tertentu masih ada kebiasaan itu. Aku cukup mengambil ini 3-4 kapsul tiap hari."
"Ohhh... " aku mengambil salah satu. "Terlihat seperti obat biasa, kupikir kalian masih mengigit untuk minum darah, atau meminumnya langsung "
"Mengigit sudah lama ditinggal. Itu berantakan... tapi kadang itu dilakukan untuk ritual." Sekarang dia menyeringai lucu dan bersandar di sofa sambil memandangku. Aku ngeri membayangkan Alexander mengigit sesorang, membuatku memegang leherku yang terasa gatal.
"Apakah kau takut sebelumnya padaku." dia bertanya pertanyaan yang tak pernah kuduga.
"Hmm, sedikit. Aku tak tau banyak tentang kalian, hanya mendengar cerita-cerita... " sebenarnya aku sangat tak nyaman. Bayangan seseorang akan memangsaku begitu lekat sebelum aku bertemu langsung dengan Alexander.
"Awal kita bertemu. Kau pasti tertekan memikirkan perjodohan kita?" Aku memandang Alexander, ia ternyata memperhatikanku disaat-saat awal kami bertemu. Dia seorang pengamat yang jeli.
"Hmm..." aku tak menjawabnya, aku takut dia tersinggung. Walaupun tentu saja dia sudah tahu.
"Apa sekarang aku menakutkan bagimu?" Dia mengambil tanganku. Dan menciumnya. Dia meletakkannya tanganku dirahangnya merasakan jambangnya yang mengelitik dan membuatku harus menahan napas.
"Tidak terlalu... " ciuman di tanganku membuatku merinding. Apakah dia terbiasa bersikap seperti ini sebelumnya kepada semua wanita. Dia tampaknya sangat ahli membuat wanita menurut padanya.
"Alex... apakah kau punya pasangan sebelum bertemu denganku." dia menegang, pegangannya mengeras di tanganku. Pertanyaanku telah membuatnya terganggu.
"Aku bukan orang yang hidup suci sebelumnya." pernyataan yang jelas. Dia memang mempunyai pasangan. Mungkin juga sekarang mereka masih berhubungan, karena dia adalah putra pewaris klan, mungkin juga bukan satu tapi beberapa wanita. Seperti aku pasangannya pasti dari klan klan keluarga kuat.
Dia pecinta ulung karena pengalaman, semua sikapnya yang membuatku meleleh adalah hasil dari pengalaman puluhan tahun dengan sejumlah besar wanita yang memujanya. Kenapa tiba tiba hatiku menjadi sakit. Aku gadis muda yang mengharapkan cinta suci? Aku terlalu naif. Sadarlah bahwa ini pernikahan politik Alexa. Sekarang aku menertawakan diriku sendiri di kepalaku.
"Kau memikirkan sesuatu..." tampaknya dia menyadari perubahan sikapku.
"Tidak... aku cuma mengantuk dan ingin istirahat." aku tersenyum pada Alex dan hanya mencoba menghindar sekarang. Pertanyaan tadi mungkin telah membuka semuanya. Tapi tak ada yang bisa dilakukan dengan fakta yang telah jelas.
"Baiklah ... istirahatlah. Kita akan berangkat besok jam sembilan kemansion Ostrander." aku mengangguk, dia beranjak dari sofa dan melangkah. Entah kenapa sekarang aku merasa sendirian. Aku berjalan mengikutinya ke pintu kamar untuk mengantarkannya dan mengunci pintu.
" Alexa... " tiba-tiba dia berbalik dan menatapku.
" Iya... ?" aku menatapnya, dia nampaknya ingin mengucapkan sesuatu, sebelum kemudian sesuatu membatalkannya.
"Tak ada lupakan... Tidurlah. Selamat malam" dia menatapku sambil membuka pintu untuk keluar.
"Selamat malam Alex." aku menutup pintu dan menguncinya. Kemudian berjalan dan melemparkan diri ke tempat tidur besar empuk didepanku.
Apakah aku akan menemukan cintaku. Atau mungkin aku hanya akan menjadi wanita yang dipakai sebagai alat pembayaran sebuah kesepakatan? Atau aku akan jatuh cinta, kemudian menemukan bahwa dia tidak mencintaiku. Atau aku akan menemukan diriku disebuah hareem seperti wanita-wanita dijaman dahulu. Aku takut dan kesepian sekarang, dunia ini ternyata tetap menakutkan bagiku.
Haiiii semua
Gimana, setelah 10 part ini apa kalian menyukainya
Komen sesuatu dong ^_^ 😁
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 312 Episodes
Comments
💜Ilalang Senja💜
darii awal sudah jatuh sejatuh jatuhnya...sama karya Mak Othor...
2025-03-03
0
anisa edi
suka. awalnya blm terbiasa semakin berlanjut semakin asik
2024-06-15
0
bunga cinta
suka
2024-04-01
0