Sebuah perjalanan bersama ke Paris!?
Aku terbelalak saat Alexander menyebutkan ide itu saat kedua keluarga kami berkumpul di Minggu sore sebulan kemudian setelah aku benar-benar telah pulih.
Pencarian sudah dihentikan menjadi pelatihan intensif penguatan energi aura bagi semua penyihir. Kami tidak bisa lagi mendeteksi aura gelap dengan cara biasa.
Otomatis semua tingkatan dari kami harus berlatih menghadapi perang besar tujuh bulan lagi saat Blood Moon. Keluarga Keturunan utama, wanita hamil, menyusui dan mempunyai anak balita dan tua, anak-anak akan dikecualikan dalam persiapan perang ini.
"Aku pikir itu ide yang bagus, jadi mereka bisa saling mengenal." Ibu Alexander menyetujui usul anaknya.
"Alexa, bagaimana menurutmu. " Ibuku menyerahkan padaku.
"Ayolah sayang, kalian bisa lebih saling mengenal. Alexander lebih banyak di Perancis mengurus bisnis Ostrander di Paris. Lagipula Paris itu sangat indah dan romantis. Kau akan menyukainya. Dan kalau dia bersikap tidak baik padamu, kau laporkan saja dia padaku, aku akan mengurusnya." Aku tersenyum dengan sopan saat Ibu Alexander dengan pintar merayuku, tampaknya mereka berdua sudah bekerja sama.
Sebulan ini sejak operasi berakhir kami otomatis jarang bertemu. Alexander kembali ke Perancis beberapa hari setelah serangan terakhir. Ia menyempatkan diri mengunjungiku di akhir pekan. Dua minggu bersama aku masih dikontrol oleh dokter dan kami hanya mengobrol sebentar, sisanya dia berbincang dengan keluargaku. Dua minggu kemudian aku berlatih di faselitas pelatihan suci pegunungan Pyreness di Perancis untuk memulihkan kondisiku dan sama sekali aku tak bisa bertemu dengannya. Kurasa dalam sebulan ini aku memperoleh keuntungan dari cederaku dan terlepas dari tekanan pengaturan perjodohan ini.
Dan jika keluarganya telah meminta begini, aku tak bisa menolaknya, dia tahu itu. Dan dia sekarang memandangku dengan tatapan kemenangan, atau setidaknya itu yang aku pikirkan tentangnya.
"Baik, aku akan ke Paris bersama Alexander." aku merasa digiring masuk ke kandang macan.
"Kalau begitu aku akan menjemputmu Selasa sore, besok aku masih ada beberapa pertemuan di London." dia mengakhiri pembicaraan tentang perjalanan dengan mudah.
Jika legiun membantu perang ini dengan berlatih dan bertarung tujuh bulan kedepan. Aku memberikan diriku dan seluruh hidupku untuk menjadi istri vampire sebagai ganti bantuan dari mereka. Kenapa aku selalu merasa sebagai neraca pembayaran disini.
"Alexa, ... kau bisa menerima pengaturannya? " Alexander memutuskan lamunan melankolisku.
"Ohh..Iya... aku akan bersiap Selasa sore." jalani saja, toh dia tidak akan berani bersikap memaksa padaku. Atau mungkin aku harus memastikannya dulu.
"Alex..." aku menghampiri sosoknya saat dia memeriksa notifikasi di ponselnya. Sendirian terpisah dari ayah dan Ibu kami yang sedang mengobrol santai.
"Iya, ada apa" dia menjawab tanpa melihatku. Dia orang yang terbiasa bersikap praktis dan tidak memperhatikan lawan bicara. Kekuasaan akan membuatmu terbiasa bersikap praktis. Aku tidak akan bicara sampai dia menatapku.
"Ada apa..." akhirnya dia berhenti dari handphonenya dan menatapku.
"Kenapa kau mengusulkan ini"
"Kau tidak menyukai ideku, kurasa calon suami istri perlu saling mengenal? Jalan satu satunya adalah mencoba tinggal bersama. Jika tidak kau akan selalu mencoba menghindariku."
"Aku tidak menghindarimu..." sebenarnya iya, aku selalu senang saat bisa melewatkan pertemuan dengannya.
"Begitukah... kalau begitu tak ada masalah, lebih cepat kita mengenal satu sama lain akan lebih baik." dia membicarakan ini seolah membicarakan kesepakatan bisnis.
"Berjanjilah padaku.... "
"Berjanji apa?" Alis Alexander naik, aku berhenti, apakah aku harus mengatakan ini, aku akan terlihat bodoh saat mengatakan sesuatu yang naif seperti ini.
"Bahwa kau tak akan menyentuhku dengan pemaksaan ..." aku merasa muka ku panas, Alexander terdiam mendengar perkataanku disaat yang sama dia memperhatikan wajahku yang sudah memerah.
"Hahaha...." dia tertawa terbahak-bahak. Memang apa yang lucu, kurang ajar. Aku diam menunggu dia berhenti tertawa dengan sebal.
"Kau aneh ... kau bicara seperti gadis perawan 17 tahun." wajahku tambah panas sekarang, memang salah jika aku perawan?! Aku anak pertama tetua klan, menyentuhku berarti harus bertanggung jawab padaku. Dan belum ada yang berani melakukan macam-macam padaku. Posisi anak pertama membawa keuntungan sekaligus kutukan bagi kehidupan percintaanku.
Alexander menghentikan tawanya dan memandangku serius. Tampaknya dia menyadari sesuatu dengan kediamanku.
"Jadi ...kau benar-benar ... " dia tak melanjutkan. Aku menatapnya garang, aku akan membuat perhitungan dengannya jika dia berani melanjutkan kata-kata selanjutnya.
"Ini menarik..." sekarang mungkin aku mainan yang menimbulkan ketertarikan baginya sekarang.
"Aku rasa aku tak akan memaksamu, itu bukan caraku. Tapi bagaimana kalau kau sendiri yang memaksaku ..." dia mendekat dan berbisik ke telingaku. Sial, jantungku langsung berdebar -debar kencang menangapi kedekatannya. Dia pasti punya banyak stok feromon yang membuat wanita tergila-gila padanya. Ditambah sosoknya yang tenang dan postur bak dewa Yunani seperti itu. Sekarang malah aku yang membayangkan saat aku melihat tubuhnya kemarin. Aku pasti sudah gila sekarang!
Kami saling menatap, dia memang menarik, mata abu-abunya bisa menghipnotismu seakan itu punya magnet sendiri.
Aku mengalah, aku melepaskan pandanganku. Aku tak akan menang melawannya. Untuk pertama kalinya dalam hidupku aku menghadapi laki-laki punya otoritas lebih dariku. Biasanya aku merasa aku yang memegang kendali. Tapi kali ini tampaknya kendali itu tidak berada ditanganku sama sekali.
\=\=\=\=\=\=
Kami tiba di Heatrow jam tujuh dan langsung menuju private jetnya yang sudah menunggu. Kami duduk berseberangan di kursi VIP.
Aku tidak banyak bicara. Dan Alexander tampaknya juga sedang fokus pada sesuatu. Aku mendengarnya bicara dalam bahasa Perancis, aku mengerti tidak terlalu banyak pengalan kalimatnya. Aku biarkan dia dengan dunianya, sementara aku mencari kesibukan sendiri.
Aku masih berhubungan baik dengan Ahiga. Dan saat ini tampaknya aku dengan senang hati menyapanya di chat.
Kegiatan kami berdua terhenti ketika kru pesawat meminta kami berhenti karena pesawat akan take off.
"Maaf, ada masalah bisnis yang harus dibereskan."
"Tak apa ... "
"Kau mau aku mengajakmu makan malam di Paris malam ini. Kita akan sampai jam delapan lebih, besok Ibu berkata dia akan membawamu berbelanja di Paris, dia akan menjemputmu di rumah. Aku ada pekerjaan di kantor besok dari pagi. Aku akan menjemputmu mungkin jam delapan atau jam sembilan malam tergantung selesainya meeting."
"Aku sebenarnya tidak terlalu lapar. Lagipula aku harus merapikan bawaanku. Mungkin lain kali . Kita bisa memesan burger atau apapun untuk makan malam. Aku tak mau makan di restoran formal."
"Baiklah, ..." ia melihatku dengan handphoneku. "Kau ada pekerjaan di London sebelum aku mengajakmu."
"Aku salah satu dari enam komandan regional Eropa, seharusnya aku memberikan pelatihan, dan terlibat dalam tim utama dalam tujuh bulan ini walaupun tak bisa terlibat pertempuran utama. Aku tidak terlibat kegiatan bisnis klan jika kau ingin tahu." ia mengangguk kecil.
"Bagaimana lenganmu, sudah pulih sepenuhnya. "
"Sudah, walaupun dokter bilang mungkin ada efek sampingan seperti kesemutan dan kekuatannya berkurang, tapi karena ini tangan kiri tidak terlalu bermasalah." kali ini aku ingin bertanya.
"Kau lahir tahun berapa Alexander." aku langsung bertanya umurnya, hal yang sangat penting bagiku. Ia nampak terdiam sebentar sebelum menjawabku.
"1920..." Jadi dia hampir berusia 100 tahun.
"Kenapa kau memutuskan menjadi vampire?" aku melanjutkan pertanyaanku, aku tau itu pertanyaan sangat pribadi, tapi bukankah kita harus saling mengenal. Dia duduk bersender di sofa menatapku.
"Aku akan memberitahumu alasan dan semua ceritanya, jika kau dan aku siap dan kita sudah saling percaya." cukup masuk akal, kau tak bisa menceritakan cerita hidupmu kepada orang baru yang baru kau kenal.
"Kenapa kau masih perawan, kau tak pernah berpacaran sebelumnya?" aku membelalakkan mataku tak percaya. Itu topik yang tidak kau sebutkan secara terang-terangan . Itu pelecehan namanya.
"Pertanyaan macam apa itu. Kau menggangapku tidak normal atau semacamnya." nadaku meninggi.
"Aku cuma bertanya. Jika kau tak suka pria lebih baik kau katakan, supaya kita berdua tidak terperangkap dalam hubungan tidak jelas."
"Tentu saja aku menyukai pria. Cuma tak ada yang berani macam-macam dengan konsekuensi menyentuhku. Itu saja." Ia menatapku dengan lekat, kupikir dia punya kemampuan membaca orang lain dengan menatap seintens itu.
" Kau pernah berciuman ... " sekarang dia memajukan wajahnya dan meletakkan dagunya bertopang didepan meja kami, sehingga aku dengan otomatis menjauh. Sekarang parfum musk itu tercium kembali.
"Tentu saja pernah. Kau, apa yang sebenarnya kaupikirkan." wajahku memanas mendapat pertanyaan seperti itu.
"Benarkah, bukan ciuman selamat tinggal, french kiss?" dia melanjutkan kalimatnya bersama senyumnya sebuah kilatan berbahaya muncul dimatanya. Alexander bergerak melepas sabuk pengamannya. Jantungku berdebar kencang. Dia maju kebangku yang kududuki dan menjangkau lepas seat beltku.
"Apa yang kau ingin lakukan ... " Ia menarik tanganku sehingga aku terpaksa berdiri dan dengan cepat merengkuh pinggangku membawaku duduk ke sofa besar disamping meja kami. Aku terpojok di ujung sofa.
Tangannya yang besar memegang tengkukku. Sementara tangannya yang lain memegang pinggangku. Aku berontak, mendorong dadanya.
"Apa .... yang a..." aku membelalak menatapnya
"Sttttt.... rileks dan nikmati saja Alexa..." tangannya bergerak ke bibirku, menghentikan kata-kataku. Dan matanya abu-abunya mengunci mataku. Aku rileks!? dia pasti gila, jantungku sudah mengila sekarang. Napasnya menyapu wajahku, sebelum bibirnya menyentuh bibirku, aku mendorongnya, tapi tenagaku tak ada artinya. Matanya tertutup menikmati ciuman pertama kami. Dia psychopat!
Wangi parfum maskulinnya menyerbu penciumanku , dan untuk sekian kalinya membuatku tenang. Dia bergerak menyapukan bibirnya menyusuri bibirku, membuatku terlena. Ketika aku tidak mendorongnya lagi, dan mataku mulai terpejam, ia memiringkan kepalanya mendorong lidahnya lebih jauh menyapu bibir atasku dan membuat bibirku mendesah terbuka pasrah. Tangannya tidak lagi menekan kepalaku, tapi berada disisi rahangku merasakan kelembutan sentuhannya. Tanpa kusadari aku membalas ciumannya dan lilitan lidahnya yang panas.
Ciuman itu membuat napasku habis. Ketika ia melepasku dengan lembut, dan kami sama-sama terengah.
"Kenapa kau melakukannya ... " aku memandangnya sambil menutup bibirku. Jantungku masih berdebar dengan liar.
"Aku calon suamimu, tak bisakah aku mendapatkan ciumanmu? Bukannya aku melakukannya cukup baik? Dan aku bukan tipe orang yang sabar menunggu... " ia tersenyum lembut dan memegang tanganku. Sekarang dia tampak begitu menawan dengan senyumnya. Ya Tuhan, apakah secepat ini aku jatuh ke pelukannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 312 Episodes
Comments
💜Ilalang Senja💜
/Drool//Kiss//Heart/
2025-03-03
0
❤ $he ¥ ❤
😍😙😍😙😍😙
2021-09-30
1
Nacita
haduhhh bahaya jantungkuuuu 😂
2021-09-12
2