Aku baru beberapa selesai meninggalkan Alexander dikamar tamu mansion utara ketika seseorang anggota legiun memanggilku.
"Alexa, Ketua Rudolft memanggilmu, di ruang pertemuan pribadi Ketua Aegis, dia juga menitipkan pesan untuk membawa seseorang yang bernama Alexander."
"Baik, terima kasih..." Aku terpaksa berbalik arah ke kamar Alexander lagi yang baru beberapa saat kutinggalkan.
Aku membuka pintu tanpa mengetuk.
"Alexander! kita dipanggil ke ....." kata-kataku terhenti, dan tebak apa yang kulihat. Sebentuk otot-otot kokoh punggung Alexander topless karena dia sedang berganti pakaian.
Aku tak akan berbohong padamu, aku mengagumi apa yang aku lihat, dan membayangkan bagaimana jika aku menyentuhnya. Walaupun itu cuma bagian belakangnya khayalanku langsung menjadi liar. Ia berbalik kepadaku, aku tertegun melihat semua bayangan tubuhnya didepanku, ia melihatku yang tertegun memandang tubuhnya. Sebuah seringai kecil di bibirnya terbentuk.
"Alexa, ada apa ?" Alexander menyadarkanku yang masih fokus pada pemandangan otot liat berlekuk dan tersesat di imajinasiku sendiri.
"Gosh,.... maafkan aku, kita dipanggil diruang konferensi... aku menunggumu diluar... " Aku harus mengutuk diriku sendiri yang tidak beradap sekarang. Wajahku panas menyadari Alexander mendapati aku memandangi tubuhnya seperti wanita ****** saat pertemuan pertama kami. Dengan cepat aku keluar dari kamarnya untuk menyelamatkan diriku sendiri dari adegan memalukan ini.
Aku menyender di dinding samping kamarnya. Menaruh tanganku dimukaku. Menepuk-nepuk wajahku yang terasa panas.
Apa yang aku lakukan. Alexa kau benar-benar harus mengontrol pandangan matamu. Jantungku berdetak kencang. Dia punya lekukan panas yang membuat andrenalin dan edorphin beredar dengan cepat! Kurasa jika lama-lama dekat dengannya aku akan memerlukan jantung baru. Dia calon suamiku! Shit kau seperti wanita ****** Alexa!
Ia keluar tak lama kemudian. Ia berganti ke sweater wol panjang berleher tinggi berwarna gelap yang tampaknya nyaman baginya. Dan tentu saja sweater seperti itu memperlihatkan bentuk tubuh pemakainya. Jika dia tadi membuka celananya juga..... Ya Tuhan, aku benar-benar wanita mesum!
"Ke mana?" ia memutus lamunanku.
"Ikuti aku." Kami tidak berbicara apapun sepanjang perjalanan keruang pertemuan. Tampaknya ia cukup sopan untuk mengacuhkan insiden barusan. Tapi disisi lain tanggapannya yang dingin juga membuat aku merasa kurang nyaman.
Memasuki ruang konferensi. Aku melihat ayah dan kakek bersama seorang pria tua berwajah ramah dan beberapa orang yang tidak kukenal di ruang pertemuan.
"Kakek...kau memanggil kami?" Dengan ekor mataku, aku tahu Alexander melihatku dengan pandangan menyelidik. Aku menanggil Ketua Aegis dengan kakek, dia mungkin menyadari kemungkinan aku yang akan dijodohkan dengannya.
"Alexa, ini ketua Klan warewolf Ketua Watapio, ketua ini cucuku Alexa dan ini putra tertua Lord Valerie, dan Alexander putra pertama klan vampire." Kakek mengenalkan kami kepada Ketua Klan Warewolf, dengan sopan kami menyalami ketua Watapio.
"Kakek bercerita kepada Ketua Watapio kesulitan kalian melacak markas markas terpencil musuh, Ketua Watapio bersedia membantu kita, klan mereka mempunyai kemampuan berkomunikasi dengan mahluk mahluk hutan, mereka bisa dengan cepat menyingkap tabir sihir dan menemukan tempat tempat tersembunyi. " Kakek menjelaskan lebih lanjut pertemuan itu.
"Benar, wilayah hutan adalah tempat kekuatan kami, teritorial utama kami. Kau bisa bekerja sama dengan para pemburu kami, mereka bisa menemukan apa yang kau cari dengan cepat " ketua Watapio menyetujui.
"Kami sangat terbantu Ketua Watapio, aku sangat berterimakasih." Aku sedikit membungkuk untuk mengucap terima kasih.
"Besok akan kukirim beberapa kelompok pemburu untuk membantu kalian. Dan putraku sebagai penghubung khusus, kau bisa meminta bantuan apapun padanya." Kakek berwajah ramah tersenyum padaku dengan tulus, dia tampaknya orang yang sangat ramah. Senyumnya bisa membuat hatimu sehangat matahari. Aku langsung menyukai keramahannya.
"Kau sangat murah hati Saudaraku Ketua Watapio, kami sangat berterimakasih atas bantuan kalian " Kakekku menepuk nepuk Ketua Watapio.
"Ahhh ... dan putra Lord Valerie, aku sudah lama tak bertemu ayahmu, sampaikan salamku padanya. Ketua Aegis, kita harus berkumpul dengan Lord Valerie bersama sama, sudah lama kita tidak mengobrol bersama." Ketua Watapio berbicara kepada Alexander.
"Kau benar Ketua, aku juga menantikannya" kali ini kakekku ikut menimpali.
"Ketua Watapio, aku akan menyampaikan salammu. Ayahku berada di Perancis saat ini, tak jauh dari London. Jika Ketua berdua mau bertemu tak akan sulit, aku akan segera menyampaikan pesan, supaya beliau bisa ke London."
"Benarkah , Ketua Watapio menginaplah disini beberapa hari. Kami sangat senang jika kau bisa berada disini. Kita disini sambil mengawasi operasi dan menunggu Lord Valerie."
"Hahaha ...baiklah ..... for old times sake" Ketua Watapio langsung menyetujui usul kakekku.
"Alexander, jika tak merepotkan beritahukanlah ayahmu, teman lamanya menunggunya disini."
"Baik Ketua, akan segera saya sampaikan."
"Terimakasih Alexander, Alexa kalian boleh pergi... " kami berdua mengundurkan diri dari ruangan itu.
"Kau ... " dia berhenti sebentar. Dia pasti sudah menduga aku adalah orang yang dijodohkan padanya. Kegugupan yang kutunjukkan padanya harusnya sudah cukup baginya untuk mengetahui semuanya.
"Ya ...?" aku menoleh menatapnya, dia tampaknya mau bertanya jelas soal siapa aku?
"Lupakan ... " Alexander batal mengatakan apa yang ada dipikirannya.
Syukurlah, setidaknya aku masih bisa menghindari topik ini di hari pertama pertemuan kami.
"Aku mau kembali ke ruang kontrol utama. Kau mau ikut? " Aku ingat pesan kakek untuk bersikap baik padanya. Setidaknya aku tak membiarkannya sendirian di Mansion.
"Oke, aku ikut , aku bisa membantu Evan kembali." Ia mengikutiku berjalan ke ruang kontrol utama dalam diam. Dia terlalu kaku, tak bisakah dia bersikap ramah dan mengajakku sedikit mengobrol. Apa aku akan menghabiskan hidupku dengan orang yang pelit bicara.
🌙🌙🌙🌙🌙🌙🌙🌙
Aku tak bertemu Alexander dari kemarin siang setelah aku meninggalkannya dengan Evan. Aku harus bertanggung jawab dengan pekerjaanku sendiri. Pencarian markas Ashleen diseluruh dunia terus berlangsung. Siang malam harus ada pengawas utama yang bertanggung jawab.
Evan bilang dia sudah tak ada di Mansion sejak siang kemarin, dia pergi mengurus kedatangan legiunnya yang akan segera bergabung dengan tim penyerang kami.
Dan aku kedatangan tamu penting sejak pagi. Putra utama klan Warewolf bernama Ahiga Austenaco. Saat pertama melihatku dia sudah tersenyum padaku. Rasanya sama seperti melihat kakeknya, hanya tentu saja dia lebih muda dan masih tampan. Mereka sama ramahnya dan bersinar hangat seperti matahari. Aku langsung menyukai pribadinya yang bersemangat. Bertemu dengannya membuatku seperti menemukan cahaya dari tekanan pekerjaan dan perjodohan ini.
Dia bergabung denganku di ruang kontrol divisi mata-mata. Kami dengan cepat bisa bekerjasama menentukan tugas-tugas pencarian. Dia segera menugaskan beberapa group pemburu untuk bersiap-siap membantu kami. Ada tambahan tujuh group pemburu masing berkekuatan delapan per tim orang yang sudah datang membantu legiun mata-mata kami.
Dan kemudian anggota legiun mata-mata kami menjemput mereka dengan vortex ke lokasi pencarian untuk berbagi tugas. Kami dengan cepat menjadi akrab dan bekerja sambil mengobrol seperti sahabat yang sudah lama berteman.
Menjelang sore tiga buah bus besar berdatangan ke Mansion utama. Aku melihatnya. Operasi penyerangan akan dimulai. Aku juga melihat Ourinko dan Aurora, dua penyihir utama kami dalam perang ini, sudah disini sejak siang.
Komandan komandan legiun juga sudah datang. Komandan utama penyerangan kali ini tampaknya dari klan Pollux. Mereka adalah klan terkuat di militer di Klan Penyihir Cahaya.
Panggilan briefing komandan tim dan penyihir utama diumumkan jam tiga sore. Aku mengajak Ahiga untuk ikut berkenalan dengan komandan-komandan kami. Kami mengobrol akrab sepanjang perjalanan ke ruang pertemuan utama.
Aku melihat Alexander. Dan dia dari jauh juga melihatku datang bersama Ahiga. Dia datang bersama Evan dan membawa beberapa komandan legiunnya.
"Bagaimana kabarmu ... "
"Baik, aku kemarin mengatur legiunku yang tiba di London. Aku tidak menginap disini..."
" Oke, Evan sudah memberitahuku. Maaf tidak menemanimu kemarin, legiun pengintaian memerlukan pengawasan terus menerus ... "
"Oke, ... " pandangannya beralih ke sampingku.
Ahiga langsung memperkenalkan dirinya sendiri.
"Aku Ahiga Austenaco, putra pertama Klan Warewolf , kau pasti Alexander putra klan Ostrander, senang bertemu denganmu." seperti biasa senyum ramahnya dengan cepat mengembang kepada siapapun.
"Alexander Ostrander. Senang kita bisa bekerja sama... " Alexander membalas uluran tangannya dengan formal.
"Ahiga ... aku akan mengenalkanmu kepada para komandan timku." dengan cepat aku menariknya ke arah Evan , Daniel adikku, Ourinko dan Aurora. Sementara Alexander mengikutiku dengan pandangan matanya.
Ahiga dengan cepat menjadi akrab dengan semua orang yang ada diruangan. Kalau boleh dikatakan Ahiga dan Alexander adalah dua kutub yang berseberangan. Ahiga adalah orang yang bersemangat dan ramah. Sementara Alexander tenang dan dingin. Aku berandai andai jika dijodohkan dengan Ahiga, keadaan akan lebih mudah bagiku.
Pertemuan dimulai. Evan memulai menjelaskan strategi penyerangan kami. Sementara tim Alexander dan komandan-komandannya klan Penyihir mendengarkan dengan serius pengarahan kali ini.
Aku dan Ahiga duduk dibelakang sebagai pengamat, karena timku dan Ahiga memang tidak ikut dalam penyerbuan ini. Dengan berbisik aku menjelaskan kondisi medan pertempuran kepadanya. Alexander yang duduk didepan kami melihat keakrapanku dengan Ahiga. Aku sedikit tak memperdulikannya, setidaknya aku bisa keluar dari tekanan pikiranku sendiri saat bersama Ahiga.
Malam menjelang, setelah masing-masing komandan memberikan briefing kelompok, 400 orang legiun penyerangan berkumpul di aula utama untuk briefing akhir gabungan sebelum berangkat ke Austria. Alexander ikut sebagai komandan utama tim vampire.
Aku memyempatkan diri menemuinya sebentar sebelum bergabung dengan Evan di ruang kontrol utama.
"Kau sudah siap?" Aku menghampirinya, Ia dan legiunnya sudah berganti ke pakaian operasi gelap seperti legiun kami. Sosoknya terlihat gagah dengan pakaian itu.
"Iya." ia menjawabku singkat. Ia memeriksa beberapa peralatan GPS dan senjata yang dibawanya. Sama sekali tak melihatku.
"Berhati-hatilah, semoga beruntung," aku datang untuk mengucapkan itu saja. Aku sendiri tak tau harus bicara apa padanya. Aku beranjak pergi.
"Terima kasih Alexa." dia akhirnya mengucapkan sesuatu yang lebih panjang dari ya dan memperhatikan kepergianku. Aku menoleh dan memberikan senyumku.
Kenapa dia tidak pernah tersenyum ramah seperti Ahiga. Rasanya akan lebih mudah bagiku untuk menerimanya. Tapi nampaknya aku harus menjadi badut terlebih dahulu untuk bisa membuatnya tersenyum. Dan aku tidak punya bakat untuk melucu saat ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 312 Episodes
Comments
💜Ilalang Senja💜
baca yg ke 3× tp ini dg akun baruku...
Loppp youuuu....Kak Margaret
2025-03-03
0
@$YUR@H✨💫☀☄️🌞❄
maaf thor aku blom like , soalnya belum ada yang menarik, trus msih bingung, kayak ada yang belum aku pahami.
2022-10-09
0
SAYA MALAS RISET
Kok bisa ya itu pipi jadi merah pas malu? Aku merahnya kalau lagi marah atau nangis doang.
2021-10-26
0