Sepulang sekolah Orzie gak punya pilihan lain selain naik bus sekolah yang harganya jauh lebih murah daripada naik angkot, dengan syarat ia harus cepat-cepat ke halte bus.
Di depan ada Mike!
Orzie girang sendiri melihatnya, beberapa kali cowok itu tersenyum membalas sapaan orang-orang lalu bertos ria dengan teman-temannya.
"Ah, calon imamku..."
"Alay."
Orzie berpaling muka menatap Galaksi–yang entah sejak kapan berada di belakangnya, cowok itu sibuk memerhatikan jam hitam di pergelangan tangan yang nampak kontras pada kulit putihnya.
"Gaya-gayaan liatin jam, udah kek orang sibuk lo."
"Daripada lo liatin kulit," ketus Galaksi sukses membuat Orzie melotot kesal. Tangannya jadi panas pengen lemparin buku berat dalam di tasnya agar mengenai wajah menyebalkan itu.
"Alah, tau lah yang jamnya sejuta!" sindir Orzie membuat Galaksi mengangkat wajah tampannya perlahan.
"Lima puluh enam juta lebih tepatnya." Galaksi menjawab lempeng, sedangkan Orzie hanya ternganga. "H-hah? Lima enam jete? Kagak salah gue?"
Padahal dia tahu kalau jam tangan cowok itu bermerek Gucci yang terkenal harganya bikin meriang, tapi gak tahu bakal semahal itu.
"Oi."
Orzie mendongak malas, "Apaan?"
"Tungguin gue pulang."
"W-what? Oi kagak salah denger gue? Lo bilang apa tadi?"
"Tungguin.gue.pulang." cowok itu menggumam ketus dengan wajah gak bersalah. "Enak aja lo! Lo tuh pulangnya pake mobil, ngapain suruh gue nungguin lo? Orang gue pulang naek angkot atau gak busway!"
"Mobil gue dibengkel."
"Gamaliel rusakin?"
"Hm," jawabnya mendengus, rambut hitam pekatnya terembus angin pelan dengan tatapan mata bak lorong gak berujung membuat Orzie jadi gelagapan menanggapi cowok itu.
"I-iya.... Wat te fuk?! Oi! Lo yang ngajak bicara elo yang pergi duluan yah? Okeh! Ngajak war elo ternyata."
Galaksi menulikan telinganya, Orzie semakin mengomel-ngomel di belakang dengan kaki menghentak beberapa kali.
Hingga dari kejauhan cewek itu berteriak kesal.
"Terus gue di sini ngapain woooi!!!!!!"
Sepersekian detik sudut bibir cowok itu tertarik melengkung hingga kemudian menghilang saat Gisel menghampirinya. Si Waketos yang bodinya super perfect depan belakang, wajah pun cantik. Prestasi? Jangan ditanya lagi.
Senyum Gisel mengembang menyapa Galaksi hangat, "Anggota Osis udah ngumpul semua," ujarnya dengan nada lembut bak putri Keraton.
Hanya angin.
Gisel merasa menjelma jadi angin aja, cowok itu gak menjawab konon lagi meliriknya. Ia mendengus dongkol dengan iris mata menatap Orzie tajam.
Dan yang ditatapnya tertawa menyembur dengan wajah dibuat ngenes-ngenesin. Lagi-lagi Gisel mencebik kesal melongos pergi.
"Partnernya roh jahat! Nenek lampir! Hahahhahahhahahahahah!!!!" Orzie tertawa panjang kayak orang gila di tengah halaman sekolah yang mulai ramai.
Lalu ia terdiam dan menutupi mukanya dengan tas.
Malu-maluin anjenk!
.
.
.
Hampir jam setengah lima, Galaksi keluar dari ruang Osis dengan wajah kalemnya, matanya menatap lurus sekali-kali bergerak mencari seseorang. Mungkin Orzie udah pulang duluan?
Tidak mungkin Orzie mau menunggunya sampai sore begini, jadi Galaksi tidak perlu merasa bersalah membuat cewek itu menunggu sampai berjam-jam.
Sesampainya di depan pagar ternyata yang dicari Galaksi lagi bermain dengan kucing di depan halte menggunakan tali jaketnya. Wajah Orzie menunduk tersenyum kadang menjerit ketika kucing liar itu menggaruk punggung tangannya.
Bayangan seseorang yang menutupinya membuat Orzie mendongakkan kepala. Ekspresi cemberut plus dongkol tercetak jelas di wajahnya dengan helaan napas kasar.
Galaksi hanya menatapnya lama membuat Orzie harus terpaksa senyum, "Udah pulang?"
"Hm."
Galaksi pergi meninggalkan Orzie.
"Woe kampret! Gue capek daritadi nungguin elo yah!"
"Emang gue maksa?"
"Arrrghhh Galaksi kampret! Dasar manusia mainstream! Ibu tiri! Gak berperasaan!!! umpatnya kesal setengah mati sampai sesak napas. Yang diteriaki hanya cuek dan menjauh dari sekitarnya.
Hingga umpatan Orzie berhenti ketika angkot yang akan mereka tumpangi berhenti.
Naik angkot merupakan kali pertamanya bagi Galaksi dan itu cukup membuatnya misuh-misuh menjauhkan dari dari Mak Emak ganjen yang terus mengomentarinya, belum lagi berbagai aroma dengan varian bau ketek lepas, jenggot kebakaran, ikan sambel terasi dan kaus kaki naga membuat hidungnya gatal. Cowok itu tidak terbiasa dengan udara kotor yang dihirupnya kali ini, Orzie tertawa puas.
"Besok-besok lo pulang pergi sekolah sama gue aja deh, hahah!" ejeknya tertawa iblis. Mata cowok itu mendelik datar.
"Besok gue tunggu di depan lorong," gumamnya sembari memijit pelipisnya pelan.
"H-ha? A-apa lo bilang?!" jeritnya kaget, sumpah dia cuma bercanda doang! Kalau cowok itu ngikut terus kedamaiannya selama datang sampe pulang sekolah bakal terancam bahaya.
"Tadi lo ngajak."
"Gue gak serius Bambang Suharjo!"
"Gue serius."
Ia menarik napas pelan-pelan, mengembus berat. "Masalahnya gue gak mau lo ikut gue naik angkot, paham? Mobil lo paling besok udah beres dibengkelin okeh? Lagian lo gak baik naik angkot Gal... Ntar sakit, kena tetanus, sekarat, bangkotan, berjenggot masuk rumah sakit, meninggal terus dead end. Dan gue baru bisa tenang."
"Gue gentayangin elo nanti," jawab Galaksi sambil menggaruk hidungnya gatal, mencoba bernapas.
"Terjun aja gue dari Everest sekarang juga." Orzie dongkol setengah mati.
"Ngapain dari Everest? Di balkon rumah gue sekarang boleh juga. Gue temenin."
Orzie makin gondok dibuatnya, ia mencoba sabar berulang kali. Udara pengap dengan aroma gak enak membuat suasana semakin menjengkelkan, berkali-kali pula Orzie mengatur posisi duduknya karena Ibu-ibu di sebelahnya punya bokong super bohay yang bikin pantatnya kempes di tempat.
Alamahoy! Bohay! Gue kalah duel!
"Bisa jangan ngedempetin gue terus gak?" cibir Galaksi sewot, hidungnya tambah memerah gatal.
"Ck, makanya gak usah naek angkot kalo didempet dikit sewot!" caci Orzie marah-marah.
Galaksi membalas dengan tatapan gak kalah sengit.
"Apa lo?"
"Ongkosnya," kata cowok itu datar.
"Jangan bilang gue yang bayarin?" cewek itu panik, bahaya juga nih roh jahat. Udah ngeselin, bikin cepat tua, tukang porotin uang lagi!
Udah kek tuyul, asli!
"Emang udah kodratnya gitu."
"Tau ah!" serunya memutuskan kontak dengan cowok beriris mata hitam pekat itu. Merogoh isi tas dan mengambil uang lima belas ribuan, gak habis di situ uang kesayangannya direbut oleh tuan Crab–Galaksi.
"Apa-apaan sih lo?" hardik Orzie mencoba merebut uangnya kembali. Galaksi menjulurkan tangannya—lagi.
"Mau minta uang lagi ama gue? Kagak! Kagak akan gue kasih!" marahnya sewot abis.
<><><><>
<><><><>
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
Flying-pan
Ga kuadd🤣🤣🤣
2021-06-09
0
Nunuy
hahahahaha ...... kampret bener2 bikin ngakak
2021-01-24
0
Ayuokik
Si galaksi ini emg kampret🤣🤣 dan si orzie lebih kamvrettt😅😂
2020-11-11
1