Taruhan

Yasmine sedang duduk di sofa ruang tamu nya. Ia sedang menonton Tv. Ia membalikan badan nya ketika mendengar seseorang berjalan dari arah belakang.

"Abang mau kemana?" Yasmine bingung melihat penampilan Miller yang rapi. Miller mengenakan kaus putih oblong, Jaket jeans army, Celana jeans berwarna hitam dan sepatu sneakers berwarna putih.

"Abang mau keluar dek, ada perlu" Miller mengambil kunci motor nya di atas meja.

"Serius?" Yasmine seakan tidak percaya dengan ucapan Miller.

"Iya serius" Miller menatap serius pada Yasmine.

"Pulangnya jangan malam banget ya bang, nanti papa marah lo" Yasmine berjalan mengikuti Miller dari belakang.

"Iya dek. Abang pergi ya " Miller melajukan motor sport nya itu keluar dari halaman rumah mewah nya itu.

Di lain sisi, Arsen tengah memakai sepatu nya. Ia berpenampilan santai, hanya mengenakan kaus berwarna hitam, celana jeans sobek berwarna hitam dan tak lupa memakai Jaket kebanggaanya yang bergambar kepala Serigala itu. Kaki panjang nya itu berjalan menuruni anak tangga di rumah mewah bernuansa putih itu.

"Mau kemana Sen kok rapi banget?" Tania selaku mama Arsen berjalan mendekati anak tunggal nya itu.

"Mau keluar ma, mau nongkrong" Arsen menatap santai pada wanita yang ia panggil mama itu.

"Jangan bilang kamu mau nongkrong sama geng motor brandal kamu itu ya!" Tania menuding Arsen.

"Arsen males debat sama mama" Arsen berjalan mendekati papa nya dan menyalami tangan Bram.

"Arsen pergi dulu ma, pa" Arsen meninggalkan kedua orang tua nya.

"Hati - hati ya. Semoga menang" Bram melihat Arsen dari belakang yang sudah menaiki motor sport nya itu.

"Sebenernya ada apa pa?! Menang apa?!" pekik Tania.

"Arsen itu mau balapan ma. Biasa lah anak muda" Bram tersenyum sumringah.

"Apa?! Arsen mau balapan?! Kok di izinin sih pa?!" Tania menyeringai tajam pada suami nya itu.

"Santai aja ma. Doa kan aja si Arsen menang. Aku muda dulu juga anak motor, suka balapan. Mama mau juga kan sama anak motor" Bram tersenyum kilas pada istri nya itu.

"Itu dulu pa. Aku gak mau lagi sampai ada yang jadi anak motor di keluarga kita!" Tania pergi meninggalkan Bram yang masih berdiri di depan pintu rumah mewah itu.

Arsen sudah sampai di arena balapan mereka kali ini. Lintasan yang lurus dan sepi adalah arena yang biasa mereka gunakan untuk balapan. Arsen membuka helm fullface nya, ia mengedarkan pandangan nya untuk mencari dimana keberadaan teman - teman nya. Rambut yang acak - acakan membuat Arsen semakin tampan. Ia berjalan mendekati Ervan yang berdiri di samping lintasan sambil bersedekap tangan.

Arsen menepuk pundak Ervan, "Jimmy mana?" Arsen menatap Ervan dengan tatapan serius.

"Itu di belakang sama anak - anak" Ervan kelihatan gelisah.

"Lo kenapa gelisah gitu?" Arsen bingung melihat kelakuan sahabat nya itu.

"Gue takut kalau Miller sampai berbuat curang sama Jimmy" Ervan menunduk lemas.

"Gak lah. Gue tahu Miller bukan orang rendahan kaya gitu, tapi gak tau kalau si Rey" Arsen mengangkat bahu nya acuh.

Arsen percaya pada Jimmy. Jimmy memiliki skill balapan di atas rata - rata, bahkan Arsen tidak sehebat Jimmy jika berada di lintasan balapan.

Reynald Ananta atau akrab di panggil Rey ini adalah anggota dari Black Devils, ia adalah tangan kanan dari Miller. Setiap ada balapan dia lah andalan dari Black Devils.

"Udah lah gak usah takut, Rey gak ada apa - apa nya sama Jimmy. Gue percaya Jimmy bakal menang malam ini" Arsen tersenyum santai.

Ervan mengehembuskan nafas nya secara kasar, " Gue harap begitu".

Jimmy dan Rey sudah siap dengan motor mereka masing - masing. Mereka menaiki motor sport nya dan berdiri di garis start. Di depan mereka ada seorang gadis yang memegang sebuah sapu tangan berwarna merah. Gadis itu melirik ke arah Jimmy dan Rey.

"Semua ready. One...Two...Three...GO!!!" pekikan suaran itu gadis itu membuat Jimmy melaju kencang meninggalkan Rey di garis start. Rey menyusul dari belakang tak mau kalah dari Jimmy, "Sial!" umpatnya dalam hati.

Miller berjalan mendekati Arsen yang duduk di atas motor sport berwarna merah itu. Miller tersenyum santai pada Arsen.

"Apa taruhan lo kali ini?" Miller berdiri sambil bersedekap tangan di dada.

Arsen memjamkan mata nya, menarik nafas begitu dalam, begitu lah cara Arsen berpikir di depan lawan nya.

"Kalau gue menang, lo jangan pernah ganggu geng gue dan sekolah gue. Tapi kalo lo yang menang lo bebas nyerang gue dan sekolah gue" Arsen berdiri santai di hadapan Miller.

"Gue mau nego. Gue udah bilang gue punya adek di sekolah lo" Miller menunjuk Arsen dengan jari telunjuk nya. Arsen bingung dengan ucapan Miller, Jadi apa sebenarnya mau Miller kali ini.

" Mau menang atau pun kalah gue bakal tetep ke sekolah lo, karna gue harus jemput adek gue. Tapi kalo gue menang, gue bakal tetep nyerang geng dan sekolah lo. Bukan di kawasan sekolah lo, tapi di luar kawasan sekolah. Gue gak mau sampai adek gue celaka karna ulah kita berdua" Miller tersenyum penuh tajam dan santai pada Arsen.

Arsen berpikir sejenak, apakah hal itu beresiko untuk nya dan teman - teman nya. Setelah di rasa nya tidak berimbas pada teman - teman nya, ia menyetujui negoisasi dari Miller.

"Gue terima taruhan lo" Arsen berjabat tangan dengan Miller.

"Deal" Miller mencengkram erat telapak tangan Arsen.

"Deal" Arsen menghentak kan tangan nya.

Di lain sisi, Jimmy masih mempimpin di depan sedangkan Rey masih tertinggal di belakang Jimmy. Jimmy yang sudah dekat dengan garis finish nya tanpa ba bi bu lagi langsung menancap gas nya, alhasil balapan kali ini di menangkan oleh Jimmy, Jimmy Anderson.

"Pemenangnya adalah Jimmy Anderson dari Wolf" gadis itu menyebut nama Jimmy dengan penuh semangat.

Seluruh penonton bersorak riuh. Ada yang bersorak atas kemenangan Jimmy dan ada juga yang bersorak atas kekalahan Rey.

"Weh, Jagoan kita menang lagi malam ini" Ervan memegang bahu Jimmy.

Jimmy melepaskan helm fullface nya dan mengacak rambut nya asal, ia tersenyum sumringah kepada Wolf.

"Gila lo Jim, kenceng banget. Wushh..." Kenan memperagakan gaya Jimmy yang sedang balapan tadi.

"Ahh... Lebay lo ken" ejek Alex.

"Tapi serius lo keren banget malam ini gak kaya biasa nya" celetuk Kevin.

"Jimmy gitu" Jimmy menyapu jaket nya seolah sombong.

"Good job Jim. Gak salah gue percaya sama lo" Arsen tersenyum penuh kemenangan malam ini.

"Apa taruhan lo sama Miller?" Jimmy menepuk bahu kanan Arsen.

"Kalau gue menang dia gak boleh nyerang Wolf dan Garuda, tapi dia minta nego sama gue. Di bakal tetep datang ke Garuda karna dia punya adek di sana" Arsen melirik ke arah Jimmy dan Wolf.

"Adek? Miller punya adek di Garuda?!" pekik Ervan.

"Iya gue baru tau kalau ketua Black Devils punya adek, di Garuda lagi" sambung Kenan.

"Adek Miller cowo apa cewe Sen?" Jimmy menatap Arsen.

"Gue juga gak tahu Jim, dia ga bilang dan gue juga gak ada nanya. Bodo amat lah!" Arsen membuang muka nya.

"Palingan juga adek nya cewe, ya kali adek nya cowo di jemput sama Miller" Alex terkekeh.

"Bener tuh omongan lo" Ervan terkekeh juga mendengar ucapan Alex.

"Yang penting malam ini kita menang. Hidup Wolf, Hidup kita semua" Mereka bersorak kemenangan atas malam ini.

Rey berjalan menunduk mendekati Miller dan teman - teman nya. Ia menunduk malu, kecewa, karna pasti teman - teman nya berharap ia akan menang malam ini, itulah yang ada di benak nya saat ini.

"Sorry Mill, gue kalah dari Jimmy" Rey menunduk lesu di hadapan Jimmy.

"Santai aja kali Rey. Gue gak marah, gue akui skill Jimmy soal balapan emang belum ada yang bisa ngalahin. Tapi lo harus tetep tingkatin skill balapan lo" Miller mengusap kasar bahu Rey.

"Yang penting taruhan kali ini gak buat celaka adek gue, Gue aman aja" Miller menatap Black Devils.

"Iya Mill, gue akan ngalahin Jimmy" Rey langsung bersemangat mendengar ucapan Miller.

"Pokok nya lo harus tetep semangat Rey" anak - anak Black Devils memeluk Rey. Rey tersenyum bahagia karna di saat dia jatuh teman - teman nya masih peduli dengan nya.

Haris yang sudah selesai dari kantor memutuskan pulang ke rumah. Sesampai nya di rumah ia melihat anak gadis nya yang masih menonton Tv.

"Assalamualaikum" Haris menutup pintu dan berjalan mendekati Yasmine.

"Walaikumsalam Pa" Yasmine berlari kecil untuk menyambut Haris yang sudah pulang

"Kok belum tidur dek?" Haris mengusap kepala Yasmine.

"Yasmine nunggu papa pulang" Yasmine mendongakan kepala nya menatap Haris.

Haris tersenyum tulus, "Abang kamu mana dek?" Tanya Haris.

Bersambung...

Jangan lupa Like anda Comment ya guys❤

Author tunggu ya :)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!