Saingan

Izzi melangkahkan kakinya dengan kecepatan sedang. Memasuki tempat kerjanya dengan senyum yang terlihat di bibir cerynya. Bagaimana dirinya tidak senang, masalahnya hari ini bosnya tidak memberinya tugas yang berat. Biasanya bosnyq itu selalu mendadak memberinya tugas, sampai-sampai menumpuk hingga akhirnya lembur. Izzi menghampiri ke tiga temannya. Para budak!!!

Kening Izzi berkerut, melihat kedatangan sosok cewek yang duduk di tempatnya, tampaknya cewek itu merasa senang karena Galang mengajaknya bicara. Ranti memasang wajah tidak enak pada cewek itu.

Tunggu-tunggu!!!

Sepertinya Izzi mengenal cewek itu. Bukannya dia yang melamar di tempat kerjanya kemarin??

Izzi menghampiri mereka. Cewek itu menoleh dan tersenyum manis. Sangat manis malah.

Bikin enekkk!!!

Lo kan yang namanya Izzi? " Tanya cewek itu dengan senyuman yang masih terpampang di bibirnya.

"Iya. " Izzi menjawab sekenanya, terlalu malas menghadapi cewek seperti dia.

"E hem. "

"Oh sorry, gue dudukkin kursi lo. "

"Gak pa-pa. "

"Alana. " Izzi mengangkat sebelah alisnya tatkala Alana mengulurkan tangannya.

"Izzi. " Jawab Izzi tanpa merespon jabatan dari Alana. Alana hanya mengangguk.

"Tenang aja. Izzi emang gitu orangnya, selalu dingin sama orang yang gak di kenal. "

"Ga, kalo lo gak ada kerjaan, mending pergi gih, gue sumpek. " Ranti berusul sambil memainkan ponselnya.

"Idihhhh!! Sirik bu aji?!! "

"Batuk pak Aji!!!! "

Skak mat!!!!

Galang bungkam. Sedangkan Dimas menahan ketawanya agar tidak keluar.

"Lo udah lama ya kerja disini. "

"Iya. " Alana hanya ber oh ria.

"Sejak kapan jadi sekretarisnya Pak Zain? " Izzi mengangkat sebelah alisnya, apa dirinya tidak salah dengar? Untuk apa dia menanyakan hal itu?

Izzi mengangguk. " Lumayan sih. "

"Ohh"

"Em Al? Lo udah dapet tempat lo sendiri kan? "

Alana menggaruk tengkuknya yang tak gatal. " Hehe, udah sih."

"Kalo gitu mendingan lo duduk aja di tempat lo, kan udah dapet bagian tuh. "

Zain masuk, semua langsung fokus dengan kerjanya masing-masing.

"Bagaimana Alana? Apa kamu nyaman kerja di sini? "

Alana mengangguk antusias. "Nyaman kok Pak! Banget malah! " Zain hanya mengangguk.

Sedangkan Ranti, Izzi,Dimas dan Galang melongo tak percaya mendengar jawaban dari Alana yang begitu semangat. Mata Izzi semakin melebar ketika melihat pakaian yang di pakai oleh Alana, begitu ketat hingga menampilkan lengkuk tubuhnya. Apalagi roknya??

Astaga!!!!

Itu niat kerja apa niat manggung?!!!

Izzi saja yang tubuhnya bisa di bilang paling seksi di antara mereka biasa saja dan hanya berpenampilan formal.

"Zii, itu roknya apa gak kurang pendek? " Ranti membisikkan di telinga Izzi.

"Kurang kain mungkin Ran. " Ranti menggeleng.

"Bukan kurang kain, tapi kurang modal. "

"Modal apaan? "

Ranti menoleh. " Modal Etika. " Ranti segera menutup mulut Izzi ketika dia ingin tertawa. Zain menoleh.

"Kamu kenapa Evellyn? "

"Ah itu, tidak apa-apa Pak. " Entah mengapa sejak kedatangan Alana di sini, Izzi merasa posisinya menjadi terancam. Apalagi melihat penampilan Alana yang begitu mengundang syahwat itu, membuatnya semakin kesal.

Alana tersenyum manis dan sesekali melirik Zain diam-diam.

Cih!!!!

Izzi mendecih pelan. Dasar wanita kurang asupan!!

"Lo kenapa Zii? Panas ya? " Galang bertanya jail ketika Zain sudah menghilang dari pandangannya. Izzi menggeleng pelan.

"Gak. Biasa aja. "

"Biasa aja, tapi kok tuh wajah merah? " Sumpah demi bapaknya khong guan yang gak ketemu-ketemu, ingin rasanya Izzi menyumpal mulut Galang dengan kaos kaki.

"Lo ngomong lagi, gue sumpel mulut lo pake kain kafan! "

"Aduhhb atut akang mah!!!! Galang menjawab dengan ekspresi yang di buat-buatnya. Dimas menepuk bahu Izzi pelan.

"Tenang aja, kalo jodoh gak akan kemana. " Izzi mengkerutkan keningnya.

"Saingan terberat lo Zii. " Ucap Ranti.

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***