Apa yang kalian pikirkan jika melihat selembar kertas berisi satu titik kecil? tentu saja kalian akan berpikir itu hal kekanakan yang dibuat orang usil.
Namun, lain halnya dengan kertas selembar yang berada didepan Dila itu. Itu adalah kertas yang paling mengerikan baginya. Didalam kertas itu terdapat sejuta hal menakutkan yang selalu membuat jantungnya berdetak kencang tak beraturan. Bahkan bisa merenggut nyawanya tiba tiba. Namun, kertas itu juga yang memberikan Dila hadiah ulang tahun terbesar.
Tapi, bagaimana mungkin itu terjadi? Jujur saja Dila pun tak percaya sebenarnya, tapi ia sudah terjebak dalam kisah misteri kertas selembar dengan titik kecil itu hingga membuat bulu kuduknya terus berdiri dengan detak jantung yang berdebar kencang tiap kali mengingatnya.
Sekali lagi Dila membaca cerpen yang tidak jelas darimana itu untuk memastikan, ia benar benar parno dengan nama pemerannya yang sama persis dengan nama dirinya, Dila Mysteria.
Nama Dila bahkan terkenal dengan keunikan tersendiri disekolahnya. Mysteria yang terkadang sering melenceng ke arah Misteri yang sangat dibencinya.
"Bisa gila gue gara gara nih cerpen!" Gerutu Dila dengan tubuh merinding, padahal ia hanya tak sengaja membaca cerita itu sekilas karena penasaran. Lalu bagaimana jika ia mengalami kejadian yang sama persis dengan Dila Mysteria didalam cerpen? Sudah bisa dipastikan Dila akan pingsan lebih dulu saat melihat selembar kertas misteri itu.
Berada didalam asramanya sendirian membuat Dila semakin merinding takut, matanya menatap sekitarnya dengan was was. Ia benar benar parno, apalagi belakangan ini gurunya sering menyuruh para murid untuk menyiapkan selembar kertas kosong ditiap meja belajar mereka.
Bagaimana jika kertas Dila tiba tiba menimbulkan titik kecil? Bagaimana jika selembar kertas dengan titik misteri itu ada di dalam asramanya dan
membuatnya terjebak dalam cerita itu hingga---
Dila menggelengkan kepalanya untuk menghentikan pikiran liarnya, ia menyadari ketakutannya semakin menjadi jadi, "Cuma cerita doang Dila, masa lo jadi pengecut gini sih! Bukannya lo ketua eskul Bela diri yang paling terkenal!" Jeritnya menyemangati diri sendiri.
Gadis itu mengembuskan nafas perlahan, "Oke, kertas selembar dengan titik misteri itu nggak bakal---"
"Dila! Saya tidak akan pernah melepaskan mu dari titik ini!" suara menyeramkan tiba tiba keluar dari arah meja yang terletak beberapa langkah dari Dila.
"Aaaa" Teriak Dila kencang dengan mata terpejam erat. "Nggak mungkin!" Teriaknya meyakinkan diri jika itu ilusi, benar sekali. Tidak ada apapun disana saat Dila membuka matanya, hanya ada selembar kertas biasa. Ia bernafas lega saat itu hanyalah ilusi karena ketakutan belakanya.
Lalu tak lama kertas itu menimbulkan sebuah titik kecil yang justru semakin bergerak liar mendekati Dila dengan suara menyeramkan yang keluar seiring dari titik kecil itu, "Dila Mysteria, kamu tidak akan pernah bisa lolos dari ku" Ucap seseorang pria dengan nada menakutkan, lalu tak lama disusul oleh tawa jahatnya, "HAHAHA, KAMU AKAN MATI DIDALAM TITIK KECIL INI DILA MYSTERIA!" Teriaknya semakin kencang yang berhasil menggema diruangan kosong itu.
Dila kembali merinding ketakutan sembari meringkuk dilantai. Kali ini teriakkan itu terdengar sangat nyata. "Jangan bawa gue masuk! Gue bukan Dila!" Jeritnya kencang berkali kali, air mata bahkan telah mengalir deras di pipi chubby nya. Jantungnya berdebar kencang dengan tubuh semakin bergetar.
"Jangan coba membohongiku! Aku sudah lama mencarimu Dila, sekarang waktunya kamu mendapatkan balasannya"
"Hahahhahah" Ujarnya dengan tawa yang semakin menyeramkan. "Aku akan datang padamu sayang" Teriak pria itu lagi, Dila menggeleng pelan dengan tubuh semakin bergetar kala kertas itu sekarang berada tepat dihadapannya. "Gue bukan Dila! Gue bukan Dila" Teriak Dila dengan tubuh gemetar berkali kali. Air matanya semakin mengalir deras dengan kepala yang terus menggeleng tidak percaya. Dan jangan lupakan jantungnya yang serasa ingin copot.
Sebuah tangan dengan kuku panjang yang menyeramkan tiba tiba keluar dari titik kecil itu dan dengan tiba tiba menarik Dila masuk kedalamnya.
"Aaaaa" Teriak Dila keras dan membuka matanya
"Dila! Lo kenapa?" Tanya Silvie panik. Gadis itu melemparkan asal sikat giginya dan segera memeluk Dila yang terkapar dilantai asrama. "Kenapa? Lo ada masalah apa Dil? Cepet cerita sama gue?" panik Silvie
Dila mengatur nafasnya yang masih berantakan, jantung gadis itu masih berpacu dengan cepat. Keringat dingin membasahi seluruh tubuhnya dengan badan yang bergetar. "Gue .... kenapa?" Tanyanya linglung setelah hampir setengah jam diam
Silvie menatap gadis itu bingung, "Lo tadi bangun bangun langsung teriak, gue kaget banget Dil"
"Tidur? Bukannya gue tadi---" Dila segera menghentikan ucapannya. Ia teringat sesuatu, benar cerpen itu. Ia mengedarkan pandangannya ke sekitar dan segera bangkit, "Mana cerpen itu?" Gumamnya dengan tatapan meneliti.
Silvie yang melihatnya semakin bingung, "Cerpen?"
Dila menganggukkan kepalanya cepat, "Cerpen yang tadi gue baca sebelum tidur mana?!" teriaknya panik
Silvie menganggukkan kepalanya dan berjalan menuju meja belajarnya, diambilnya sebuah buku ber-genre misteri dan horor itu dan memberikannya pada Dila. "Ini maksud lo?" tanyanya
Dila langsung merebutnya, perlahan meneliti setiap judul di buku itu. "Lo lanjutin aja, gue mau mandi dulu" Silvie langsung berjalan menuju kamar mandi, ia memang baru akan mandi. Namun teriakkan Dila lebih dulu membuatnya panik
Dila pun nampak acuh setelahnya, "Selembar kertas titik misteri?" ujarnya setelah menyadari cerpen itu tak asing.
Apakah kejadian tadi hanya mimpi, namun kenapa terasa nyata? Jeritan pria tadi masih menggema ditelinga Dila rasanya.
Sudahlah lebih baik ia interogasi Silvie tentang kejadian tadi, satu harapan Dila. Semoga itu benar benar mimpi.
~~~~~
"Pas lo pulang tadi, gue lagi tidur sambil baca nih judul cerpen ya Vi?" Tanya Dila sembari menunjuk cerita itu.
Silvie mengerutkan alis bingung, "Iya, pas gue pulang tadi lo lagi buka halaman kosong dibuku itu Dil, yaudah gue ambil aja. Takut lo kebawa mimpi soalnya kalo sampe buka yang lain" Ujarnya
Dila menatap buku itu heran, "Kosong?"
"Iya kosong, gue juga heran kenapa lima lembar kertas itu jadi kosong" Ujarnya bingung
Dila kembali melihat judul cerpen itu, lalu membalikkan halamannya sampai ke lima lembar berikutnya. Semuanya ada tulisan, lalu kenapa Silvie tak melihatnya?
"Coba lo buka lagi deh Vi, mana mungkin kosong" Suruh nya dan menyodorkan buku itu.
"Buat apa Dil? Lagian tumben banget lo pengen buka buku cerita misteri gitu?" Namun tangannya tetap mengambil buku itu. Tatapan selidik ia berikan pada Dila.
Dengan wajah biasa Dila menggelengkan kepalanya pelan, "Cuma penasaran aja, kali aja gue mulai suka sama cerita misteri"
Sorry Vi, gue cuma nggak mau lo panik. Gue bakal cari tau sendiri semua misteri ini. Dan lagi, gue bakal cari alasan kenapa kita disuruh naruh kertas selembar diatas meja.
Silvie menatap Dila sejenak sebelum mulai kembali membuka buku itu. Saat membuka buku cerita yang terdiri dari 20 halaman itu, Silvie kembali menatap Dila. "Beneran kosong Dil, tapi ada judulnya kalo di daftar isi. Selembar kertas misteri kan? Mulai dari halaman 15 sampai 20 yang berisi cerita itu semuanya kosong"
Dila kembali mengambil buku itu, ia berusaha untuk tidak terlihat ketakutan. Pasalnya ia bisa melihat jelas semua tulisan mengerikan dari halaman yang disebut Silvie kosong itu.
Dila yang sedang fokus belajar, tiba tiba terkejut saat melihat tinta pena nya meluber. Gadis itu lantas menariknya cepat agar tak mengotori buku itu, dan tanpa sadar setitik kecil tinta itu mengenai kertas selembar yang berada di samping Dila. Dan semua kejadian mulai bermula.
Dila mengentikan aksi membacanya, "Lo kok serius gitu? Emang ada tulisannya?" Tanya Silvie yang sedari tadi melihat gelagat aneh Dila.
"Nggak ada, cuma imajinasi gue lagi bergerak liar seolah mengisi lembaran kertas kosong itu" Ujarnya dengan tawa kecil. Silvie menggeleng kan kepalanya pelan, "Aneh lo" Kekehnya
Dila hanya tersenyum, tak lama wajahnya berubah serius. Ia baru sadar, kenapa semua penghuni asrama besar ini selalu memandangnya terang terangan kala ia sedang keluar? Tidak mungkin hanya karena Dila jarang keluar, ia tidak cukup cantik hingga menjadi pusat perhatian. Hanya saja penampilannya selalu tertutup meskipun semua mengenal siapa dia. Tidak mungkin juga hanya karena namanya saja.
"Gue mau nanya Vi, kenapa setiap gue keluar semua orang jadi perhatiin gue?" tanyanya tiba tiba, memandangi lekat wajah Silvie yang berubah tegang.
Lo sembunyiin apa Vi?
"Lo nggak sembunyiin sesuatu dari gue kan?" Selidik nya lagi
Silvie reflek langsung tertawa, "Mana mungkin Dil, firasat lo doang kali" Ujarnya
Dila semakin yakin ada yang disembunyikan, "Selembar kertas titik misteri? bukannya lo tadi bilang itu kosong? Kenapa setelahnya lo bilang lagi ada judulnya?"
Silvie bergerak panik, gadis itu langsung berdiri. "Gue lupa Dil, tadi disuruh ke asrama Jinny buat ngerjain tugas" Ucapnya tiba tiba dan sedikit berlari menuju pintu.
Dila langsung mencegahnya, dikepalanya terdapat banyak scene menakutkan dalam cerpen dan seolah akan terjadi padanya. Gadis itu memejamkan mata dan membukanya perlahan, menatap Silvie dengan tatapan tajam yang mengintimidasi. "Lo tau gue paling nggak bisa dibohongi kan?!" Dari tubuhnya seolah mengeluarkan aura gelap yang akan membuat lawannya diam tak berkutik.
"B-bukan gitu Dil, gue nggak tau apapun sumpah!" Teriaknya panik. Baru kali ini Dila mengeluarkan aura gelap itu, biasanya ia hanya mendengarnya.
Tanpa Dila cegah, semua yang ada dipikiran Silvie seolah masuk ke dalam pikirannya. Kepala gadis itu semakin pusing, hal itu justru dimanfaatkan Silvie untuk pergi.
Dila menjatuhkan tubuhnya kelantai, ntah perasaan apa itu. Yang pasti Dila merasakan ada suatu misteri dalam tubuhnya, seperti sebuah kekuatan mungkin.
Tak lama ia langsung bangkit, tubuhnya kembali seperti semula. Seperti manusia biasa pada umumnya, Dila segera berganti pakaian. Ia harus mencari tau ada hubungan apa cerpen dan kertas itu dengan dirinya?
Setelah selesai memakai hoddie dan celana panjang yang menutupi hampir seluruh tubuh nya, kali ini Dila ikut memasang masker. Gadis itu tersentak saat melihat wajahnya yang kian bercahaya di dalam cermin itu. "ini .... kenapa?" Tanyanya dengan tangan yang memegang wajahnya sendiri. Seolah gerakan reflek, jantungnya kembali berdegup kencang. "Aku Dila Mysteria, aku yang akan melindungimu dari cerita misteri itu. Disaat dirimu sungguh takut dengan semuanya, pejamkanlah matamu. Maka aku akan membantu dirimu hingga semuanya selesai" suara itu tiba tiba keluar dari dalam hati Dila. Tubuh Dila semakin bergetar takut, "S-siapa?" Gumamnya pelan
"Tidak perlu takut, aku adalah dirimu" Tubuh Dila kembali luruh kelantai. "Aku?" Tanpa sadar air matanya kembali jatuh kelantai
"Jika kamu yang sebenarnya adalah Dila Mysteria dalam dunia nyata, aku adalah Dila Mysteria dengan sifat keberanian yang ada dalam cerita misteri dibalik nama dan kertas selembar titik misteri itu" Ujarnya meyakinkan
"Tidak perlu takut, kita hanya perlu bekerja sama dan jangan pernah memberontak dengan setiap gerakan yang aku ciptakan. Kamu hanya perlu membiasakan diri dengan keberadaan ku. Karena besok, semuanya akan diuji. Jika aku mati, maka kamu pun akan mati. Dan jika kamu mati, begitu juga aku. Kita adalah satu, jadi bertahanlah untuk semuanya"
"Apa maksudnya?" Tanya Dila semakin bergetar takut.
Tak mendengar jawaban lagi dari dalam tubuhnya, hanya sebuah potongan potongan scene tentang dua sifat bertolak belakang ditubuhnya. Dimana Dila akhirnya mati karena tak bisa bekerja sama dengan tubuhnya sendiri.
"Benar, kamu akan mati jika tidak bekerja sama denganku, kamu terlalu penakut dengan segala misteri yang sebenarnya sangat seru. Kamu, hanya perlu memegang kendali penuh atas dirimu, jangan membuat ketakutan mu sendiri membuat kamu terjebak didalam titik kecil yang sebenarnya hanya ilusi itu"
"Apa aku akan mengalami cerita Selembar kertas titik misteri itu? Apa semua itu nyata? dan lagi apa aku memiliki kekuatan?" Tanya Dila yang mulai nyaman dengan sifat lainnya itu.
Tiba tiba Dila kembali merasakan keanehan itu lagi, "Angkat tangan mu dan bentuklah apa pun yang kamu inginkan" Perintahnya
Dila mengangguk, ia sangat ahli dalam hal menggambar. Dan digerakkan nya lah tangannya membentuk sebuah cahaya untuk melihat kegiatan semua orang yang berada didalam asrama itu.
Dila kembali terkejut saat melihat semuanya berkumpul menjadi satu untuk melihat foto dirinya, "Kamu penguasa dari kegelapan, saat ini misi kamu hanya satu. Keluar dari titik misteri itu dengan selamat dan menyelamatkan semua orang dari jeratan para makhluk jahat itu!" Ujarnya tegas
"Menyelamatkan? Makhluk jahat? Bukankah mereka terlihat seperti biasa saja?"
"Gambarlah sebuah cermin"
Dila menurutinya dan terkejut, tubuhnya merinding dengan tangan yang mulai bergetar. "Ditubuh mereka semua terpasang alat yang akan memotong tubuh sendiri jika sampai berbicara jujur padamu"
Dila mengeluarkan air matanya saat melihat keberadaan teman sekamarnya, sebuah pisau seolah tampak akan menyayati semua tubuhnya. "Silvie!" Jerit Dila keras dengan tangan yang memegang bayangan itu
"Jika kamu lemah, maka kamu akan terjebak dalam ketakutan itu selamanya. Kamu tidak akan bisa mengendalikan diriku jika kamu tetap menangis, aku akan tertimbun ketakutanmu" Ujar suara itu yang perlahan mengecil.
"Tidak! Jangan pergi, kumohon. Aku tidak akan menangis lagi, aku akan menyelamatkan semuanya" Jerit Dika gemetaran. Namun semuanya terlambat, tubuh Dila kembali lemah. Dan kembali menangis dalam diam.
Semuanya terlalu tiba tiba untuknya, kenapa ia baru sadar jika semua hidup manusia disini bergantung dengannya? Kenapa ia malah menyulitkan semuanya karena lemah? Dan lagi kenapa harus Dila? Apa karena namanya Mysteria?
~~~~~
Wajah Dila mengeras dengan tubuh yang dibaluti baju tipis. Semalaman ia tidak tidur dan selalu bertahan untuk tidak menangis. Terkadang ia bahkan menahan dirinya sendiri untuk tidak berteriak histeris. Semoga ia bisa mengeluarkan sifat beraninya.
"Dila, aku kembali" Ujar suara lirih, "Terimakasih kamu sudah mengeluarkanku. Tapi, aku masih sangat lemah sekarang"
Dila tersenyum lega, "Tak apa, aku tidak akan membiarkan mu pergi lagi" Ujarnya. "Apa sekarang akan dimulai?"
Tidak ada jawaban, namun Dila tetap memantapkan dirinya sekali lagi. Semua itu memang ilusi namun ia tidak boleh menyerah!
"Dimana kamu Dila! Aku telah datang untuk menghabisi semua orang disini" Ujar suara menggelegar,
Tubuh Dila langsung bergetar ketakutan, "Kumohon" Lirih seseorang dalam tubuhnya.
Dila menggelengkan kepalanya pelan, gadis itu memejamkan mata kuat dan kembali membukanya. Kali ini ada pancaran keberanian dimatanya.
"Aku tidak akan membiarkan ilusi mu membahayakan semuanya!" Teriak Dila berani. Menatap kertas itu dengan tatapan tajam, aura gelap kembali menguar dari tubuhnya.
"Hahahaha, apa kamu pikir bisa menyelamatkan mereka?" ujarnya yang persekian detik terdapat gambaran didalam selembar kertas itu. "Bagaimana? Apa sudah cukup bermain main?"
"Jangan sentuh mereka! Akan ku pastikan ilusi mu terjebak dalam aura gelapku!"
Tanpa diduga Dila langsung melompat tinggi kearah kertas itu hingga kertas itu menghisap dirinya kedalam lingkaran gelap mengerikan.
Dila tidak ingin kalah, ia menguarkan aura yang semakin gelap untuk membentengi dirinya sendiri. Hingga kesadarannya perlahan menghilang karena terlalu memaksakan diri. "Kamu telah terjebak Dila, kamu dan orang orang bodoh yang melindungi mu itu akan mati!" Teriak nya keras
Dila menatap sekitarnya geram, tak lama ia kembali memejamkan mata dan membentuk gelombang cahaya terang. Awalnya cahaya itu semakin melebar, namun kegelapan kembali menelannya.
"Kekuatan mu tidak akan berpengaruh apapun! Disini kamu hanya bisa mengandalkan keberanian! Dan kamu tidak memiliki itu" Ujarnya meremehkan, tak lama sebuah cahaya kilas muncul dan mengeluarkan sosok monster besar.
Jantung Dila berdegup kencang, tubuhnya mulai berkeringat. Monster sebesar itu dilawan mengunakan keberanian?
"Tenanglah Dila, kendalikan diriku di dalam tubuhmu. Maka kita akan melewatinya" Ujar sifat Dila lainnya
Dila melakukan nya dan terus menyerang monster itu, monster itu terlihat semakin marah dengan serangan kecil Dila. Hingga tanpa diduga monster itu mencengkram erat Dila dan melemparkannya ke bawah. Tubuh Dila benar benar remuk, namun ia kembali bertekad. Semuanya bergantung padanya!
Gadis itu kembali bangkit, meneliti setiap pergerakan dari monster itu. Itu adalah ilusi namun terasa nyata, dan pastinya terdapat sesuatu untuk menghentikan semua ini.
Dila kembali memejamkan mata, menjelajahi dirinya sendiri untuk mencari sisi keberanian yang tersembunyi pada dirinya. Namun monster itu lebih dulu menarik Dila hingga terbanting kesisi kanan. Dila menahan ringisan, ia tidak boleh lemah. Keberanian dalam tubuhnya sudah bekerja keras dan ia tidak boleh mengecewakan.
"Aku, Dila Mysteria tidak pernah mengalami kegagalan!" Teriaknya berani
"Dan lagi hanya karena monster jelek seperti mu!" teriaknya, namun monster itu malah jadi kelihatan bimbang. Dila menatapnya bingung dan kembali diam, namun saat Dila diam monster itu justru kembali bergerak.
Apalagi ini? Kenapa semuanya bergerak seperti pengaruh yang Dila keluarkan?
Gadis itu kembali berteriak, "Aku Dila Mysteria sang penguasa kegelapan! Menyuruh kalian semua untuk mengubur setiap monster jahat yang akan menyakiti semua makhluk hidup!" Teriak Dila menggelegar didalam kegelapan itu.
Tak lama kegelapan yang semakin pekat menguar dari tubuh Dila, "Bagus Dila! Kamu telah mengembalikan diriku dengan kekuatan maksimal! Sekarang gerakanlah tanganmu dan masukkan Monster ilusi itu kedalam kegelapan mu"
"Bagaimana caranya?"
"Buatlah portal dunia kegelapan dan masukkan dirinya!"
Perlahan dengan tangan yang sedikit gemetar Dila mencoba membuat portal, namun semuanya gagal. "Hilangkan ketakutan mu! Kamu butuh keberanian besar untuk membuat portal itu" tegasnya yang mengkomando
Belum sempat Dila membuat nya, monster itu lebih dulu semakin membesar dan menangkap tubuh Dila. Dila terus berusaha bergerak dengan jantung yang kembali berdebar, tubuhnya mulai gemetaran karena tak bisa bernafas. Hanya satu yang ada dipikirannya, apa ia akan mati sekarang?
"Bagaimana Dila Mysteria? Apa kamu akan melihat semua orang mati karena makhluk lemah seperti mu?" Tanyanya meremehkan dan menimbulkan sebuah gambar dimana semua penghuni asrama mulai bersahutan untuk menjerit keras. Jerit ketakutan dan keputusasaan yang hebat.
Dila mengepalkan tangannya erat, "Siapa dirimu! Jangan banggakan kekuatan ilusi mu itu! Jika berani lawanlah diriku! Jangan menyuruh monster tak berguna mu itu!" Kekeh Dila, gadis itu menatap tajam monster itu. Semua keberanian kembali muncul seiring aura gelap yang semakin mencekam.
"Apakah ini monster menakutkanmu itu? Lihatlah bagaimana aku membuat monstermu itu mati dalam kegelapan ku" Ujar Dila tajam, dengan sekali gambaran. Dila membentuk banyak bayangan monster tak beraturan. Dia juga mengamati sekitarnya dan mulai memejamkan matanya.
"Atas izin ratu kegelapan Dila Mysteria! Bentuklah sebuah portal kegelapan dan masukkan Monster jahat ini!" Teriaknya.
Semua kegelapan seolah menjadi satu, saling menarik satu sama lain untuk menciptakan kegelapan yang mencekam. Semuanya benar-benar kuat hingga menguras banyak tenaga Dila. Perlahan kepalanya mulai berat. Namun gadis itu tetap membuka matanya, ia menangkap sebuah tangan dengan kuku panjang dan segera menariknya cepat untuk masuk keportal yang dibuatnya.
Tubuh Dila semakin melemah, perlahan ia mengunci portal dengan cahaya yang mulai masuk. Dila menarik portal itu dan digenggam nya erat. Cahaya semakin mengisi kegelapan itu dan kesadaran Dila benar benar menghilang. Satu yang pasti, ia berhasil menang!
~~~~~
Dila mengerjap kan mata saat tetesan air mulai berjatuhan, ia membuka matanya. Gadis itu tersenyum dan segera duduk.
Pemandangan taman dengan bunga bunga indah menjadi awal dari apa yang dilihatnya. Dila kembali menatap semuanya, tidak ada kegelapan lagi. Hanya keindahan dengan bermacam-macam pemandangan alam.
Inilah akhirnya, apa dia di surga?
"Akhirnya aku selesai" Ucapnya senang. Lalu tak lama Dila kembali memejamkan matanya. Lalu kembali dibukanya perlahan, selembar kertas dengan titik kecil itu menjadi awal yang dilihatnya.
"Lagi?" Ucap Dila terkejut
"Lagi apaan Dil? Lo daritadi nggak capek perhatiin kertas itu?" Tanya Silvie
Saat melihat Silvie, Dila langsung memeluk nya erat. "Gue bahagia sekarang" Ucapnya
"Bahagia kenapa?"
"Nggak papa, kok bisa ada titik kecil di kertas ini" Ujarnya yang mengalihkan percakapan. Melepaskan pelukan mereka.
"Ooh itu, tadi kan nggak sengaja ketumpahan bekas tinta pena lo. Terus lo langsung melamun hampir dua jam disana"
"Mana buku misteri dan horor lo?" Tanya Dila
Silvie menatap gadis itu was was, "Nggak usah aneh aneh, nanti lo sering ngigau lagi Dil"
Kali ini Dila menggelangkan kepalanya pasti, "Nggak bakal!" Ujarnya dan menatap Kertas selembar itu
Gue bahkan udah ngerasain semuanya, ketakutan gue cuma ilusi. Semuanya bakal menang kalo ada keberanian.
"Benar keberanian kamu udah ngalahin semuanya!" Ujar seorang dari dalam tubuh Dila. Dila hanya tersenyum.
"Nih bukunya, tapi kalo lo ngigau lagi gue nggak bakal pinjemin!"
"Iya"
"Ehh gue tadi ngerasa linglung loh Dil, gue ngerasa tadi berada di lapangan asrama sama semua penghuni disini. Dan gue ngerasa nyawa kita bakalan sampe disitu nantinya. Semua orang cuma berharap sama lo doang" Ujar Silvie tiba tiba
Tak lama Dila yang sedang minum teh nya langsung tersedak, "Ilusi mungkin, gara gara lo keseringan baca misteri"
"Iya juga ya, nggak mungkin banget kalo lo tiba tiba jadi nyeremin"
Tiba tiba aura Dila langsung mencekam, Silvie yang disebut paling pemberani diasramanya langsung bergidik ngeri. Lalu tatapannya beralih pada Dila, jantungnya berdegup kencang kala melihat aura gelap disekitar Dila. "Aaaaa" Teriaknya dan tiba tiba pingsan
Dila yang melihat nya hanya tertawa, lucu sekali jika melihat Silvie. Seperti melihat dirinya yang dahulu.
Dila Mysteria sekarang sadar, namanya adalah penguat dirinya sendiri. Jika saja namanya bukan Mysteria, mungkin tak akan ada kejadian menyeramkan itu dan ketakutan nya akan semakin menjadi jadi. Tapi, jika ada usaha mana mungkin tidak ada hasil.
"Aku pergi! Ilusi keberanian ini akan menghilang, dan menimbulkan keberanian alami dalam dirimu sendiri" Ujar suara tiba tiba
Tiba tiba Dila langsung lemah, gadis itu langsung tersentak kaget saat ruangan menjadi gelap. Perlahan bayangan putih mendekatinya, Dila reflek menjerit ketakutan dan melemparkan benda ditangannya tiba tiba.
"Sakit Dila!" Teriak seorang gadis diiringi tawa lainnya. Dila kembali bergidik ngeri, tak lama lampu kembali menyala. "Selamat ulang tahun!" Teriak semua orang yang tiba tiba berada didalam kamar asramanya.
Dila tiba tiba menangis haru dan memeluk mereka, ia bahkan lupa jika hari ini ulang tahunnya.
"Terimakasih semuanya"
Lalu diiringi tepukan tangan yang riuh, tak lama semua orang langsung menjerit takut kala selembar kertas dengan titik kecil tiba tiba mengeluarkan asap hitam. "Misteri!" Teriak mereka dan berhamburan untuk keluar, sedangkan Dila hanya tertawa terbahak-bahak.
Dila baru tau ternyata setiap kertas yang diperintahkan untuk ditaruh diatas meja adalah untuk menyadarkan Dila atas tanggung jawab besarnya, dan sekarang tidak ada lagi kertas itu. Tidak ada lagi kegelapan, dan tidak ada lagi titik kecil penuh misteri itu. Semuanya kembali berjalan normal, hanya saja ketakutan Dila telah berubah menjadi keberanian. Kali ini keberanian alami, bukan paksaan dengan ilusi sifat lain itu.
Selesai