(cerita fiktif belaka)
tahun 1870
"Rakyat Hindia-Belanda sulit untuk melawan kita,santai saja kita tidak akan kalah,"ucap Daan.
"Kata siapa?,kamu tidak lihat Bram? dia saja sudah tunduk dengan gadis mungil yang matanya berwarna coklat itu,"
"Bagaimana Jhon? apa maksudmu?"Tanya Daan sambil memeriksa senjatanya.
"Bukan lah,bukan kalah masalah internasional tapi masalah hati,"sambar Luck diikuti gelak tawa teman-teman lainnya.
"Kerja sampingan Bram sekarang ini adalah menjadi pengawal mutlak gadis mungil itu,"terang Jhon,ia mengambil sepotong roti lalu melahapnya.
Dirumah kecil yang tersusun dari bata,disinilah para tentara Belanda berkumpul,menjadi satu-kesatuan yang saling melempar cerita masing-masing.Diketahui saat ini,Bram yang tengah menjadi topik utama,perwira tingkat satu yang katanya terpikat oleh gadis mungil dengan mata berwarna coklat.
"Inilah dia,yang terpikat dengan gadis itu,Bram Jansen."ledek salah satu teman,saat melihat seorang Bram stave Jansen masuk kedalam ruangan.
"Apakah kalian sedang berjulit?"ujar santai Bram sambil mengambil buku ditumpukkan pojok ruangan.
"Bram jujur saja tujuan mu itu,menjajah negara atau menjajah hati seseorang?"singgung Luck.Sontak semua orang tertawa.
"Apa repotnya,untuk kalian? biar aku saja yang urus,"jawab Bram sambil mengambil posisi nyaman untuk duduk membaca buku.
"Terserah untuk yang sedang kasmaran,Tuan Daan Van Dijk,Luck de Vries dan Tuan Hevan De Jong.Mari tugas kita kali ini memimpin pembangunan saluran air."ucap Jhonatan Smit.
Lalu segerombolan orang yang sudah mendapat tugas itu pergi untuk menyelesaikan pekerjaannya.Tuan Bram ia masih asik membolak-balik halaman buku.Hingga pukul sepuluh pagi ia memutuskan untuk menyudahi kegiatan membacanya,ia berpikir untuk berpatroli saja,sebenarnya tugas berpatroli ini dimulai pukul satu siang.Namun, tampaknya ia bosan hingga memutuskan untuk bekerja lebih awal.
Pria dengan tinggi 194 itu kemudian berkeliling,awalnya ia berpikir untuk tidak memperluas patrolinya alias hanya akan disekitaran rumah saja.Namun,langkah lebarnya membawanya lebih jauh hingga sampai taman bunga yang memakan satu jam perjalanan dengan jalan kaki.
Bram duduk di kursi yang ada sambil mengedarkan pandangan melihat sekitar yang cukup ramai.
"Saya mau beli lapis legitnya dengan wedang jahe,"pinta Bram kepada salah satu penjual pribumi.Setelah mendapatkan ia menikmatinya.Bagi pengemar wedang jahe seperti Bram,tak peduli cuaca sedang panas ia tetap akan meminum minuman yang menyehatkan ini.
Bram melanjutkan perjalannya ia melewati gang-gang kecil dengan hati-hati ia mendekat,hiruk pikuk disini terasa berbeda,angin semilir seperti meminta izin untuk lewat,suara air gemericik yang menenangkan, burung-burung yang berterbangan dengan sedikit cuitan,dan panas yang menyengat seperti terasa tak terlalu menusuk.
"Kemayu,"sapanya dengan lembut sambil perlahan mendekatkan diri,mata dengan bola berwarna hijau cerah itu yang sedikit terlipat karena sinar matahari,tangannya melambai kearahnya,perlahan sepatu itu membawanya mendekat membawa harum wangi mawar yang ia sembunyikan di belakang punggungnya yang lebar.
"Ini Rozen,untuk kamu,"ia tidak lagi menyembunyikan sebuah bunga yang ia petik di taman tadi.
"Rozen?"tanya Gadis bernama lengkap Kemayu Ayyunan Sari.
"Ini bunga mawar,kami orang Belanda menyebutnya Rozen,"terang Bram sambil duduk disamping kemayu.
Sambil tersenyum memunculkan satu lesung pipi yang tajam,kemayu menerima itu,"Terimakasih untuk Rozennya,"ucap Kemayu.
"Kenapa kamu disini Bram? kamu tidak bertugas?"tanya Kemayu.
"Bertugas,ini sedang bertugas,saya bertugas sebagai kepratolian,saya sedang berpatroli,"jawab Bram.
"Hhhhh,berpatroli? sampai sejauh ini?tanya Kemayu,rupanya gadis ini telah tau dimana tempat singgah Bram,yang memang jauh dari sini.
"Ow,kamu sudah mengetahui dimana saya tinggal Kemayu?"tanya Bram.
"Sudah tau dari kemarin,"jawab singkat Kemayu.
"Kamu mau tidak main kesana?"tanya Bram.
"Emm... untuk apa?"tanya Kemayu.
"Hmm... tidak hanya mengunjungi saja,"
"...."
"Sudah siang Bram,apakah kamu tidak akan kembali bertugas, sepertinya orang tua kemayu akan datang,"ucap Kemayu membuka topik yang tadinya meredam.
"Tidak masalah,saya disini saja,kamu sedang mau melakukan apa? biar saya bantu Kemayu,"
"Tidak usah,saya mau pulang setelah ini lalu bekerja,lebih baik kamu kembali bertugas sebelum ketahuan,"
"Kamu mau membersihkan inikan? berikan sabitnya biar saya yang bersihkan,"Bram mengambil alih sabit dari tangan Kemayu.
"Tidak,ini bukan pekerjaan mu biar aku saja,"ujar Kemayu ia berusaha mengambil sabit yang ada ditangan Bram,tapi satu tangan Bram menghalangi dan mempersulit usahanya,alhasil Kemayu membiarkan bujang itu yang membabat kebun.
"Jika orangtua ku datang dan marah bagaimana Bram?"khawatir Kemayu.
Bram berhenti sejenak lalu menatap lekat kemayu,"Tidak apa-apa Kemayu,"jawab Bram dengan santai.
Tak lama,kedua orang tua Kemayu benar datang,mereka membawa makanan.
"Belanda! kamu kenapa menggangu anak saya? tidak habis-habis kamu menganggu kami,mau minta apa kamu dari keluarga miskin ini!"semprot Pak Jaya orangtua Kemayu.
"Bapak,dia membantu kemayu,"bela kemayu kepada Bram.
"Lantas Bram membabat habis sisa rumput dihadapannya,lalu menghampiri Pak Jaya.
"Siang pak,saya sedang patroli hari ini,saya disini membantu Kemay-"
"Tidak usah berbohong kamu,pergi sana jangan ganggu anak saya!,"ucap Pak Jaya dengan lantang.
"Pak dia cuma membantu kemayu saja,"bela kemayu lagi.
"Diam kamu kemayu!"sentak pak Jaya
"Sudah tidak masalah kemayu,saya juga sudah selesai.Saya kembali patroli saja,"ujar Bram.
"Maaf menggangu waktunya Pak Hartawan,"ucap Bram kepada Jaya Hartawan,sambil membungkuk.
"mari buk,"tak lupa ia menyapa Bu Kinasih ibu dari kemaya sebelum melangkah menjauh.
"Terima kasih bantuannya Bram,omongan bapak saya tidak usah diambil hati,dia memang keras,"seru Kemayu kepada Bram,seratus persen Bram masih bisa mendengarkan omongan Kemayu karna memang jaraknya belum jauh.
"KEMAYU! JANGAN BERANI-BERANI LAGI KAMU SEPERTI ITU! TIDAK USAH DEKATI LONDO ITU, TIDAK ADA GUNANYA,KAMU MAU NANTI KAMU DISIKSA SAMA LONDO ITU?!"kecam Pak Jaya kepada putri satu-satunya.
"Bapak cuma bisa marah-marah saja! dia itu datang membantu pak! Kemayu juga nggak ada ruginya ketemu dengan dia,namanya Bram bukan Londo!"ucap Kemayu sebelum pergi menghampiri ibunya yang dari tadi hanya diam didalam pondok.
....
Kini sepekan sudah berlalu sejak kejadian itu,Bram benar-benar tak melihat lagi Kemayu,gadis yang membuat hari-harinya menjadi lebih bearti.Kegiatan yang dilakuan pun terlihat tidak niat,teledor dan berantakan.
"Tuan Jansen yang terhormat,bisakah anda membereskan buku itu dulu?"tanya Luck setelah melihat tumpukan buku yang biasa dibaca oleh Bram berantakan.
"Diam luck! suasana hatiku sedang muram,"ucap Bram lalu menyembunyikan seluruh wajah ke bantal besar.
"Kau ini kenapa Bram? dari hari lampau,semua yang kamu kerjakan berantakan memimpin pembuatan saluran air malah tidur,bersihkan senjata tapi tidak ditata kembali,patroli kejauhan,
beli makanan tidak bawa uang,begitu sudah dihukum oleh komandan saja masih berani uring-uringan,ayolah Bram gunakan waktu liburmu dengan baik,sudah tata buku itu kembali!"seru Luck.
"Baik,Luck De Vries,"jawab Bram lalu bergegas membareskan buku-buku itu.
"Lagian apa kamu tidak tau? gadis dengan mata coklat itu, kini bekerja di toko emas milik orang China yang ada disebarang jalan toko ikan?"ucap Luck sambil meneguk kopi hitam pahit.
Sontak Bram menaruh perhatian penuh kepada temannya,"Apa kata mu? apa kamu berbohong? tahu dari mana?"tanya Bram.
"petugas daerah sana,kemarin cerita kalau ada gadis cantik anak Jaya."ucap Luck.
"Pak Jaya Hartawan?"tanya Bram memastikan.Lalu Luck mengiyakan.
"Kalau begitu,aku punya kerjaan penting setelah ini,terimakasih Luck!"ucap Bram setelah mengambil sepucuk kertas dan pena.Ia berjalan menuju toko emas melewati taman bunga.
Benar memang seorang gadis cantik sedang bermain dengan satu anak laki-laki yang sangat muda.Matanya mengedar keseluruh area tubuhnya tertutupi tiang ia mengintip,ingin rasanya ia berseru senang.Memberitahukan kabar ini kepada semua orang bahwa ia tak akan bermalas-malasan lagi.Hingga tiba saatnya Kemayu membawa anak asuhnya untuk masuk kedalam,Lalu Bram tak bersembunyi lagi,ia berjalan kedepan kotak surat yang ada di depan toko emas itu.
........
Lambat Laun,hari berganti,semangat kembalimemenuhi keseharian,senyum itu tampak seperti biasa.
"Hai Rozen,sudah lama sekali tidak berjumpa,aku Londo,sepekan aku tak bertemu kamu kemayu ayunan sari.Bila saya mendapat kabar bahwa kamu disini saya bersembunyi di belakang tiang diseberang jalan,agar kamu tidak dimarahi oleh bapak Hartawan.Saya pandangi kamu dari jauh Kemayu,saya rindu kamu,saya seperti tidak ada semangat saat saya tidak bertemu kamu,tapi saat saya tau kamu bekerja disini,saya berjalan melewati taman bunga itu dan menulis surat ini,buktinya? kamu lihatkan ada bunga mawar kecil yang mungkin sudah mulai layu saat kamu menerima ini.Begitulah saya saat-saat saya tidak bertemu kamu.Jangan bekerja terlalu keras ya,jaga kesehatan,jika sempat boleh balas surat ini,letakkan di kotak surat pinggir taman bunga."
-Dari Stave Jansen •kutip silahkan selalu cek kotak surat didepan toko emas.
"ahahahaha... geli sekali,beginilah jika pria dewasa sedang jatuh hati?"tanya Kemayu dalam gelak tawa kegelian.
Ia memandangi mawar kecil yang sudah layu,empat hari baru ia tau bahwa ia dapat surat,itupun saat tidak sengaja disuruh untuk mengambil surat milik nyonya.
"Ini balasan surat dari Mayu,pak Jansen tolong jangan terlalu tersipu dengan saya,saya banyak bekerja takutnya nanti tidak fokus.Jangan risau karena mawar yang layu,itu sudah sampai ketangan saya,saya akan jaga dia,tolong fokuslah bekerja aku dengar kamu dihukum ya? fokuslah pak!jangan rindu,saya disini kita tidak terlalu jauh tolong saling kirim surat saja,asal jangan banyak memetik bunga,nanti bisa habis."
-sepucuk dari Kemayu Hartawan.
"Hahahahah lucunya gadis ini,akan aku kirim surat yang banyak untuk dia!"ucap Bram sendirian,sudah seperti orang koplak bedanya ini berseragam tentara lengkap.
Hari berlalu,kegiatan terjalan dengan semestinya,obrolan pun terikat sempurna.Masih dengan topik Kisah 1870.Nama resmi saat berita asmara Bram mulai menyebar mewarnai hari para tentara di rumah.
"Ini surat ke berapa banyak untuk Kemayu,gadis manis yang mungil,nanti waktu libur kerja kamu mau temani saya ke taman bunga? coba tunjukan berapa banyak suratmu."
-Dari Bram lagi untuk kemayu.
"kamu tau berapa banyak Bunga kering didalam kamar ku bram? dia banyak sekali untung orang tuaku tidak curiga. Bukankan aku sudah peringatkan untuk tidak mengirim dengan bunga,bagaimana kalau bunganya habis? lalu mau apa jika kita bertemu? aku libur hari Sabtu dan Minggu,"
-Dari Kemayu Hartamawan.
.......
"Kita bertemu lagi kemayu,"ucap Bram untuk memulai percakapan.
"Tapi kenapa disini? sepertinya kamu suka sekali disini,ada apa?"tanya Kemayu.
"Ada kamu disamping saya,"jawab Bram sambil menatap lekat gadis disampingnya.
"Pff..."
"Kamu tertawa?,"
"Geli saja,sebenarnya banyak tempat lain yang bagus,"ucap Kemayu.
"Mau kesana? tunjukan jalannya,aku akan berjalan duluan."ucap Bram.
"Bukit apel,"
"Baik aku akan jalan terlebih dahulu."
.......
"Lucu ya,kita berdua berjalan sebagai sepasang kekasih tapi orang-orang tidak tau,"ucap Bram setelah sampai dibukit itu.
"Aku berharap kita akan terus begitu,kita sepasang kekasih dan orang-orang tidak tau,jadi kita tidak usah repot mendengar kata-kata dari mereka yang tidak suka,"ucap Kemayu.
keduanya duduk bersampingan ditemani sebuah apel merah yang Bram dapat dari pohon didekat mereka.
"Bram kamu membawa surat ku kan? menurutmu tulisan ku bagaimana?"ucap Kemayu.
"Ini aku bawa,tukusanmu bagus rapi,tidak latin seperti punya saya,"Bram mengeluarkan surat dari dalam sakunya.
"Jadi mana surat yang kamu bawa Kemayu?"tanya lembut Bram.
"Ini- tunggu,Kemayu Hartawan Jansen? maksudmu apa Stave?"tanya Kemayu setelah melihat surat miliknya yang dibawa oleh Bram.
"Bram stave Jansen dengan resmi melamar Kemayu Ayunan Sari Putri jaya Hartawan!"sorak Bram tanpa ragu di bukit itu.
Lalu lambat Laun Bapak menerima kami sebagai anaknya yang telah menikah,banyak sekali kemarahan bapak yang telah kami terima sebelum ini.Aku dan suamiku telah berjuang,kamu sama-sama melawan ombak perkataan mereka yang semakin besar.Kami bisa karna kami sepasang,intinya aku bahagia,kami berpindah ke Belanda karena Stave ditarikbke Belanda,kami jauh dari orang tua kami.
"Aku membawa istriku tulang rusukku,jangan sakiti dia,kalau istri saya terluka karena anda itu berarti anda juga menyakiti saya!"
Kisah kami hanya Fiktif Belaka,jangan terlalu diambil serius,mari berbahagia dengan cara masing-masing.
-Kemayu Jansen dan Bram Stave Jansen.