Aroma catnip dan makanan kucing langsung menyambut begitu pintu Meowtopia terbuka. Lonceng kecil berdering, menandakan kedatangan pelanggan baru. Di antara rak-rak berisi mainan dan tempat tidur kucing yang lucu, seorang wanita berhijab masuk dengan langkah tergesa.
Dua pelanggan lain, seorang ibu muda dan anak perempuannya, sedang asyik memilih kalung kucing berwarna-warni. Mereka tersenyum ramah pada wanita itu, namun tak mendapat balasan.
Wanita berhijab itu berjalan dengan tatapan mata menyapu seluruh ruangan. Ia berhenti di depan kandang berisi anak-anak kucing Persia yang sedang bermain. Senyum sinis tersungging di bibirnya.
Tiba-tiba, seekor kucing Maine Coon dewasa menghampirinya. Kucing itu menggesek-gesekkan tubuhnya ke kaki wanita itu, mencari perhatian. Alih-alih membalas dengan lembut, wanita itu justru mengangkat kakinya dan menendang kepala kucing itu.
"Jangan sentuh aku, binatang!" desisnya kasar.
Anak perempuan itu terkejut melihat perlakuan wanita itu. Ibunya langsung menariknya mendekat, menjauh dari wanita berhijab itu. Suasana nyaman di Meowtopia mendadak lenyap, digantikan ketegangan yang mencekam.
Wanita berhijab itu terus berjalan, mengamati setiap kucing dengan tatapan merendahkan. Ia berkomentar sinis tentang ukuran tubuh, bulu, dan tingkah laku kucing-kucing itu. Beberapa kali, ia terlihat sengaja mengganggu kucing yang sedang tidur atau makan.
"Lihat kucing gendut itu, malas sekali," ujarnya sambil menunjuk seekor kucing British Shorthair yang sedang terlelap di bantalnya. "Pantas saja pemiliknya bangkrut kalau pelihara kucing pemalas seperti ini."
Melihat tingkah laku wanita itu, seorang pegawai Meowtopia, Anya, mendekat dengan hati-hati.
"Maaf, Ibu," sapa Anya sopan, "apakah ada yang bisa saya bantu?"
"Tidak ada," jawab wanita itu ketus. "Aku hanya ingin melihat-lihat kucing-kucing bodoh ini."
Anya mencoba untuk tetap tenang. "Mohon maaf, Ibu, tapi kami mohon Ibu untuk tidak menyakiti atau mengganggu kucing-kucing di sini. Mereka semua adalah hewan peliharaan yang kami sayangi."
"Sayangi?" Wanita itu tertawa mengejek. "Kalian menyayangi binatang menjijikkan ini? Kalian tidak tahu apa-apa tentang kucing!"
Tiba-tiba, wanita itu mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya. Sebuah botol semprot berisi cairan berwarna hijau. Ia membuka tutup botol itu dan menyemprotkan cairan itu ke arah kucing-kucing di sekitarnya.
"Ini baru yang namanya sayang kucing!" serunya. "Aku akan membasmi semua kucing-kucing menjijikkan ini!"
Anya dan kedua pelanggan itu panik. Mereka berusaha menghentikan wanita itu, namun ia terus menyemprotkan cairan itu ke mana-mana.
Namun, saat wanita itu Sedang asyik menyemprotkan cairan itu ke arah anak kucing Persia, tiba-tiba seekor kucing Bengal melompat ke arahnya. Kucing itu mencakar wajah wanita itu dengan cakarnya yang tajam.
Wanita itu berteriak histeris dan menjatuhkan botol semprotnya. Ia memegangi wajahnya yang berdarah dan berlari keluar dari Meowtopia dengan panik.
Anya segera membawa kucing-kucing itu ke ruang belakang untuk diperiksa dan diobati. Untungnya, cairan yang disemprotkan wanita itu tidak berbahaya, hanya cairan pewarna makanan biasa.
Setelah memastikan semua kucing baik-baik saja, Anya kembali ke ruang depan. Ia melihat ibu dan anak perempuan itu masih terkejut dengan kejadian yang baru saja terjadi.
"Maafkan kejadian yang tidak menyenangkan ini," kata Anya tulus. "Kami tidak menyangka akan ada orang yang berbuat seperti itu."
"Tidak apa-apa," jawab ibu itu sambil memeluk anaknya erat. "Yang penting, kucing-kucing itu selamat."
Anya tersenyum lega. Meskipun ada kejadian yang kurang menyenangkan, ia bersyukur karena semua orang di Meowtopia baik-baik saja. Ia berharap, kejadian seperti ini tidak akan terulang lagi.