Siapa sangka bahwa grup chat bernama "Mangga SPEND" — yang awalnya hanya untuk berbagi resep jajanan tradisional — akan menjadi peristirahatan hati seorang cowok yang sudah sepertinya "rakit patah di laut cinta". Nama dia Arya, tinggal di Serang, Banten. Usia 26 tahun, pekerja kantoran yang tampak rapi dan serius di luar, tapi di dalam hati penuh dengan bekas luka dari tiga kali patah hati. Yang paling menyakitkan? Semua mantannya dia tinggalkan karena "dia terlalu serius, nggak ada sensasi".
"Gimana sih, kawan-kawan? Baru aja dibales 'maaf, kamu baik banget tapi aku butuh yang lebih 'hidup''. Hidup apaan sih, nyetir mobil balap di kamar tidur😿😿😹?" tulis Arya di grup.
Tak sampai lima detik, ada balasan yang bikin dia mengagetkan. "Woi, kucingnya nangis kayak aku pas lupa bawa sendok pas makan bubur🤣🤣! Kalau mau 'hidup', coba deh main lompat tali di depan kantor, pasti semua cewek pada liat🤣🤣🤣🏃🏼♀️🏃🏼♀️🏃🏼♀️!"
Nama pengirim: Lia. Asal Makassar, Sulawesi Selatan. Arya baca ulang pesannya, lalu tawa tanpa sadar — yang pertama kalinya dalam seminggu.
"Eh, cewek ini konyol banget ya," pikir Arya sambil mengetik balik: "Lompat tali? Nanti disangka orang gila. Mau ganti deh, lompat gajah di taman."
Balasan Lia cepat banget: "Oke, tapi jgn lupa bawa sayap kertas 🧚🧚 biar lebih realistis! 🤣🤣, serius deh, patah hati itu kayak mangga yang kejatuhan — kalo dicoba, masih bisa dimakan lho, cuma bentuknya beda. Atau dibikin es mangga🍹🍨!"
Dari situlah, obrolan mereka jadi rutin. Setiap hari, Arya akan cerita tentang kesusahan dia di kantor, atau kaget karena tetangga dia punya kucing yang suka nyanyi sore hari. Lia selalu punya jawaban yang bikin dia ngakak sampe perut sakit.
"Sore ini tetangga kucingku nyanyi lagu 'Bengawan Solo' dengan nada salah total. Aku mau nangis tapi ketawa," tulis Arya.
"Yaudah, kamu balikin deh nyanyi 'Rasa Sayange' dengan nada 'Despacito'! Pasti dia kaget dan berhenti🙀😾. Kalau nggak, coba deh kasih dia mangga — kucing suka mangga kan? Atau cuma aku yang suka paksa kucing makan mangga🤣🤣🤣🏃🏼♀️🏃🏼♀️🏃🏼♀️?"
Arya ketawa sampe tetangga sebelah mengetuk pintu kamar: "Arya, apa ada apa? Tawa sampe lantai goyang!"
Selama seminggu, mereka cuma ngobrol di grup. Sampai satu hari, Lia mengirim pesan pribadi. "Hei, Arya. Mau tanya beneran ya — kamu beneran selalu serius kayak yang diceritain mantanmu🙃?"
Arya bingung. "Hmm, mungkin ya. Karena aku suka ngurusin orang, mikirin hal-hal praktis. Kayak, kalo jalan-jalan, aku sudah pesan tiket, cari tempat makan, rencananya jelas banget. Mantanku bilang itu bikin bosen."
Balasan Lia bikin dia terkejut: "Wah, itu bukan serius, itu BAIK😍! Cuma mereka yang butuh orang yang bikin mereka kesusahan aja😕. Kalau aku, seneng banget ada orang yang ngurusin semuanya. Biar aku bisa bebas bikin omong kosong dan main-main. Misalnya, kalo jalan-jalan ke pantai, aku bisa bikin makhluk dari pasir yang mirip monyet, trus ngajak kamu foto bareng!"
Arya tersenyum. "Monyet dari pasir? Bisa aja. Tapi kalo aku bikin makhluk dari pasir yang mirip jeruk manis, gimana?"
"Seru! Kita bisa adu siapa yang makhluknya lebih lucu😻!"
Mulai dari situ, obrolan pribadi mereka makin sering. Setiap pagi, Lia akan mengirim pesan: "Selamat pagi, Arya! Hari ini aku mau nyoba bikin nasi liwet dengan tambahan mangga — beneran loh, aku baca di internet bisa! Nanti kalo enak, aku kirim resepnya😋"
Arya pasti jawab: "Jangan dong, ntar perutmu sakit. Lebih baik aku ajarin kamu bikin kerak telor Banten yang asli. Jangan lupa tambah bawang merah yang banyak!"
Satu bulan kemudian, mereka udah seperti teman lama. Arya mulai merasa hati dia "hidup" lagi — bukan karena ada sensasi yang ekstrem, tapi karena ada orang yang bikin dia nyaman dan selalu ketawa.
Sampai satu hari, Lia mengirim pesan yang bikin dia jengkel dan sedih sekaligus. "Hei, Arya. Maaf ya, hari ini aku nggak bisa ngobrol lama 🥺🥺🥺. Ada cowok di sini yang naksir aku, dia mau ajak aku jalan-jalan ke pantai. Dia kocak banget, selalu bikin aku ketawa."
Arya baca pesan itu berkali-kali. Hatinya terasa sempit, tapi dia coba tetap tenang. "Oke, gapapa. Semoga senang ya. Jangan lupa bikin makhluk monyet dari pasir ya!"
Tapi seharian itu, Arya nggak bisa fokus kerja. Dia keep checking hp, menunggu pesan dari Lia. Setiap kali hp bunyi, hatinya berdebar kencang, tapi selalu kecewa karena cuma notifikasi dari aplikasi lain. Dia makan nasi tanpa rasa, dan pulang kerja lebih cepat dari biasanya. Pas sampai rumah, dia duduk di teras, melihat langit yang mulai gelap, dan berpikir: "Apa aku udah suka dia? Tapi kita cuma ngobrol online doang."
Sampai sore, Lia baru ngirim pesan: "Arya! Aku udah pulang. Cowok itu kocak, tapi dia bikin makhluk dari pasir yang mirip 🐷! Bukan monyet👉🐒! Aku kecewa banget. Trus dia bilang mangga itu bau amis — gimana bisa orang bilang mangga bau amis? Dia pasti gila😡!"
Arya ketawa lega. Hatinya yang sempit tiba-tiba jadi lebar lagi. "Iya dong, mangga bau amis? Dia harus ke dokter hidung. Kalau gitu, kamu masih butuh orang yang bikin makhluk jeruk manis dari pasir ya?"
"Banget! Cuma kamu doang yang ngerti makhluk jeruk manis itu artinya apa☺️!"
Beberapa hari kemudian, Arya punya ide konyol. Dia pesan tiket pesawat ke Makassar — tanpa memberitahu Lia. Dia mau kejutan. Tapi pas sudah bayar tiket, dia jadi ragu. "Apa kalo dia nggak senang lihat aku? Apa kalo dia bikin muka monyet dan ngilang? Apa kalo dia udah suka cowok yang bikin makhluk babi?"
Hari H tiba. Arya bangun pagi, mandi, dan pakai baju yang paling rapi — meskipun Lia selalu bilang dia terlalu suka baju rapi. Dia bawa keranjang jeruk manis yang dia beli dari pasar tradisional di Serang — yang dia tahu rasanya paling manis. Pas sampai bandara Soekarno-Hatta, dia ngirim pesan ke temannya di Makassar yang dia kenal dari kuliah: "Hei, bro, aku mau ke Makassar hari ini. Bisa tolong anterin aku ke pasar X nanti? Mau kejutin seseorang."
Pas sudah mendarat di Makassar, udara yang panas dan lembab bikin dia sedikit pusing. Tapi dia tetap tegas. Dia ke pasar yang Lia sebutkan tadi, dan berdiri di depan gerbang. Dia mengirim pesan ke Lia: "Hei, Lia. Kamu lagi di mana?"
"Lagi di pasar, mau beli mangga matang. Kenapa🤨?"
"Kamu lihat ke belakang ya."
Arya berdiri di depan gerbang pasar, memegang keranjang jeruk manis dari Banten. Dia melihat Lia berbalik, rambutnya sedikit kacau karena panas, dan dia bikin muka terkejut yang bikin dia terlihat lebih lucu.
"ARYA! APA KAU GILA? KAMU BENERAN DATANG SINI?" teriak Lia sambil berlari ke arahnya. Tapi pas mau nyentuh Arya, dia tersandung karpet yang tergeletak di lantai pasar dan terjatuh.
Semua orang di pasar melihatnya. Penjual mangga yang sedang melayani pelanggan pun berhenti, dan semua orang melihat Lia yang terbaring di lantai dengan muka bingung tapi tetap lucu. Lia bangkit cepat, mengusap baju yang kotor karena kena pasir, lalu ketawa terbahak-bahak. "Wah, selamat datang di Makassar! Penerimaan resmi dengan jatuh di depan mangga! Hehe! Ini bukan sengaja lho, tapi kayaknya udah jadi ciri khas aku deh — selalu jatuh di tempat yang salah waktu yang salah!"
Arya juga ketawa, lalu membantunya bangkit. Dia mengedukasi rambutnya yang kacau, lalu memberikan keranjang jeruk manis. "Ini jeruk manis dari Banten. Buat kamu, karena kamu kalah adu makhluk pasir yang belum ada."
Lia mengambil satu jeruk, memetik kulitnya dengan cepat, lalu memberikan sepotong ke Arya. "Kita cobain bareng. Jeruk dari Jawa sama mangga dari Sulawesi — pas banget kayak kita! Coba lihat, jeruknya manis dan segar, manggaku juga manis dan lezat. Beda bentuk, beda rasa, tapi sama-sama bikin senang!"
Mereka jalan-jalan ke pantai Losari yang dia sebutkan tadi. Pas sampai sana, matahari masih terik, tapi banyak orang yang jalan-jalan atau duduk di bangku. Arya langsung ke pantai, mengambil pasir yang basah, dan mulai membentuknya. Dia bikin makhluk dari pasir yang mirip jeruk manis — rapi dan teratur, dengan daun yang dibentuk dengan teliti. Lia berdiri di sebelahnya, melihatnya dengan mata bercahaya. "Wah, kamu beneran serius bikinnya ya! Kayak bikin proyek kantor!"
Lalu Lia mulai membentuk makhluknya sendiri. Dia ambil pasir dengan acak, membentuk badannya yang kacau, lalu tambah telinga yang panjang dan mata yang besar. Hasilnya: makhluk yang mirip monyet tapi juga sedikit mirip kucing — tapi tetap lucu. "Ini dia makhluk monyetku! Bisa aja dia ngomong 'mangga matang' kalo ada orang ngucapinnya!"
Mereka foto bareng dengan makhluk-makhluk itu, sambil ketawa sampe mata berair. Beberapa orang yang lewat juga melihatnya dan ketawa, bahkan ada yang mau foto bareng makhluk pasir mereka. Lia senang banget, dia melompat-lompat di pantai dan menyebarkan pasir ke segala arah — sampe Arya yang berdiri di dekatnya juga kena pasir di baju.
"Arya," ujar Lia tiba-tiba, suara dia jadi agak serius. Dia duduk di pantai, memegang pasir dengan tangan. Mata dia melihat ke arah laut yang biru. "Aku suka kamu loh. Bukan karena kamu kocak, tapi karena kamu bisa nerima semua konyolku. Dan kamu bikin aku merasa aman. Kamu mau nggak jadi pacarku yang selalu bikin makhluk jeruk manis dari pasir?"
Arya tersenyum, lalu duduk di sebelahnya. Dia memegang tangannya yang sedikit kotor karena pasir. "Aku mau. Dan kamu harus jadi pacarku yang selalu bikin muka monyet dan jatuh di depan mangga. Deal?"
"Deal! Tapi ada syarat — setiap bulan, kamu harus kirim jeruk manis dari Banten, dan aku kirim mangga matang dari Makassar. Biar kita selalu ada jajanan yang pas! Dan satu lagi — kalo kita jalan-jalan, kamu rencanain semuanya, tapi aku bisa bikin omong kosong sepuasnya tanpa kamu marah!"
Mereka duduk di pantai, menonton matahari terbenam yang warnanya jingga dan merah. Udara menjadi sejuk, dan angin laut menyebarkan bau garam dan bunga yang tumbuh di tepi pantai. Arya berpikir: "Ini dia yang aku cari. Bukan sensasi yang ekstrem, tapi kebahagiaan yang sederhana dan lucu. Seperti jeruk manis yang manis dan mangga yang manis — beda rasa, tapi sama-sama enak. Dan aku tidak perlu berubah jadi orang lain untuk dia menyukai aku — dia suka aku apa adanya, bahkan karena aku yang serius itu."
Beberapa minggu kemudian, di grup chat "Mangga SPEND", Arya mengirim foto dia dan Lia bareng dengan makhluk jeruk manis dan monyet dari pasir. Di foto itu, Lia bikin muka monyet, sedangkan Arya tersenyum dengan tenang. Tulisannya: "Terima kasih grup ini, karena aku ketemu orang yang bikin aku lupa semua patah hati. Dan ingat ya, mangga dan jeruk bisa pas banget — bahkan kalo beda pulau!"
Lia balasnya langsung: "Dan ingat juga, jatuh di depan mangga itu cara terbaik buat bertemu pacar yang pas! Hehe! Oh iya, hari ini aku nyoba bikin kerak telor yang Arya ajarin — rasanya enak banget! Cuma aku tambahin mangga matang di atasnya — hasilnya unik tapi enak loh! Nanti aku kirim resepnya ke grup!"
Semua anggota grup ketawa, dan salah satunya tulis: "Wah, ini resep cinta yang paling lucu dan enak yang pernah aku dengar! Bisa dicepin nggak? Nanti kalo aku patah hati, aku buka lagi!"
Yang lain tulis: "Terusin ya ceritanya! Semoga jeruk manis dan mangga selalu pas sampe tua!"
Arya baca semua balasan, lalu melihat pesan pribadi dari Lia: "Selamat malam, Arya. Hari ini aku beli mangga matang yang paling manis. Nanti aku kirim ke kamu besok ya. Dan ingat — aku suka kamu banget, bahkan lebih suka dari mangga!"
Arya tersenyum, lalu mengetik balik: "Selamat malam, Lia. Aku juga suka kamu banget, bahkan lebih suka dari jeruk manis. Dan nanti aku kirim kerak telor lagi, tapi kali ini jangan tambahin mangga ya — biar rasanya asli!"
Mereka ngobrol sampai larut malam, bercanda dan berbagi cerita seolah-olah mereka berdampingan. Dan di hati masing-masing, mereka tahu bahwa jarak antara Jawa dan Sulawesi tidak akan pernah menghalangi kebahagiaan yang mereka temukan — karena jeruk manis dan mangga akan selalu menemukan cara untuk bertemu.