Tentang bagaimana Artemis dan Orion hidup kembali sebagai penjaga langit dan pelindung jiwa-jiwa yang tersesat di bumi.
Langit malam tidak pernah benar-benar sepi.
Di antara lautan bintang yang berkelip, ada dua cahaya yang tak pernah padam—cahaya lembut sang bulan, dan kilau hangat dari rasi Orion.
Keduanya menyatu dalam harmoni abadi, seperti dua jiwa yang menari dalam keheningan waktu.
Sejak pertemuan itu, Artemis tak lagi menatap bumi dengan kesedihan. Ia kini berdiri di sisi Orion, memandang dunia dari langit tertinggi—bukan sebagai dewi yang kehilangan, tapi sebagai penjaga bagi mereka yang tersesat dalam gelapnya malam.
> “Lihat, Orion,” bisik Artemis suatu malam, menatap gadis kecil yang duduk di tepi jendela, menatap rembulan dengan mata basah.
“Dia sedang menangis… seperti aku dulu.”
Orion menatap gadis itu dari kejauhan, lalu menatap Artemis dengan senyum lembut.
> “Kirimkan cahaya padanya. Biarkan bulanmu menyentuh hatinya.”
Dan begitulah—cahaya perak dari bulan turun pelan, menyelimuti gadis itu. Dalam diam, ia menatap langit dan tersenyum, entah mengapa merasa tidak sendirian lagi.
---
Artemis belajar bahwa cinta tidak harus dimiliki untuk bisa memberi arti.
Ia menyadari, kehadiran mereka di langit bukan sekadar takdir, tapi bentuk dari keabadian itu sendiri: menjaga dunia, menuntun hati-hati rapuh agar tak kehilangan arah.
Setiap malam, mereka berjalan di langit. Orion menaburkan cahaya bintang, sementara Artemis melukis sinar bulan di lautan dan hutan. Kadang, mereka bicara tentang masa lalu—tentang tawa, duka, dan dunia yang dulu mereka tinggalkan. Tapi kini, semua terasa damai.
> “Kau tahu, Orion,” kata Artemis pelan, “aku dulu takut jatuh cinta. Karena cinta membuatku kehilanganmu.”
Orion menatapnya, matanya berkilau lembut.
“Dan kini?”
“Kini aku tahu… cinta tidak pernah hilang. Ia hanya berubah bentuk—menjadi cahaya yang abadi.”
Orion tersenyum, lalu meraih tangan Artemis.
> “Maka biarlah kita menjadi cahaya itu.”
Malam demi malam berlalu.
Setiap kali seseorang di bumi merasa kesepian, menatap langit dan berdoa dalam diam, cahaya bulan akan menghangatkannya—dan bintang Orion akan menyala lebih terang, seolah menjawab, “Kau tidak sendiri.”
Karena di atas sana, dua jiwa yang pernah kehilangan kini telah menemukan arti baru dari cinta: bukan sekadar rasa, tapi janji.
Janji untuk terus bersinar, meski dunia berubah dan waktu terus berjalan.
> “Selama masih ada langit,” kata Artemis sambil menatap bintang-bintang,
“selama itu pula aku akan mencintaimu, Orion—bukan dengan kata, tapi dengan cahaya.”
Dan begitu, malam-malam di bumi tak lagi sama.
Langit bukan sekadar gelap, tapi menjadi saksi abadi bahwa cinta sejati tidak berakhir di kematian—ia hanya menemukan rumahnya di keabadian.
“Through the Silver Veil”
> “Tak semua perpisahan berarti akhir — beberapa hanya cara waktu mengajar kita menunggu.”
💫:di antara jarak dan cahaya, mereka masih saling mencari.