Mentari pagi hangat menyambut hari. Malu malu ia menampakan dirinya. Burung burung saut menyaut indah di dengar. Pagi yang begitu damai pecah oleh suara Layla.
"TUNGGU PAK SOPIRRR!!" Layla berlari lebih kencang sambil berteriak sekeras kerasnya, tak peduli apa yang orang lain pikiran tentangnya.
"Huh.. Huh.. T-terima kasih pak.. sudah memberhentikan bus nya". Rasa lega menghampiri Layla. Rasanya seperti memenangkan lomba estafet.
Pagi yang damai di Cafe Satu Permata Hati, dipecah oleh kedatangan Layla yang terengah-engah setelah mengejar bus. Sebagai seorang leader yang profesional dan bertanggung jawab, hari-hari Layla di cafe berjalan lancar, bahkan setelah atasan lamanya, Fedric, pergi.
Di balik efisiensi Layla, tersimpan bara api kecemburuan. Olivia, rekan kerjanya, lama mendendam karena merasa Layla selalu mendapat pengakuan yang ia dambakan. Kebencian Olivia memuncak setelah mendengar kabar bahwa bos baru kafe akan datang.
Hari yang ditunggu tiba. Semua karyawan berkumpul menyambut bos baru, Izzal Ananta, seorang pria tampan dan berwibawa.
Layla terkejut, mengenalinya. "Dia... Iz? Benarkah itu?" Hatinya berdesir. Arsa itu kembali menghampiri nya. Setelah sekian Lama terkubur, setelah sekian lama ia mengabaikan nya, kini ia kembali merasakan nya- cinta pertama itu datang kembali dihadapan nya. Namun ia segera kembali fokus, bersikap profesional di hadapan atasan barunya. Terlepas siapa atasan nya itu.
Di tengah kesibukan cafe, Layla terkejut mendengar rintihan kesakitan dari seorang pelanggan. Layla segera menenangkan situasi, namun seorang barista, Danu, menyergapnya dengan tuduhan mengejutkan: "Anda yang menyuruh saya menambahkan serbuk itu ke dalam kopi!"
Olivia langsung memojokkan Layla. "Sudahlah, Layla. Kamu penanggung jawab di sini. Jangan menyangkal!"
Izzal, bos baru, segera datang, wibawanya membekukan kerumunan."
Jawab dengan mantap! Apa Layla yang menyuruhmu?" tuntutnya pada Danu.
"Hanya... melalui perantara,"
jawab Danu ragu, lalu menunjuk pada Olivia.
Wajah Olivia langsung pucat pasi. Izzal mendekatinya dengan nada mengintimidasi. Olivia tak berkutik, akhirnya mengaku sambil terisak.
"Ya. Aku yang menyuruhnya! KARENA AKU CEMBURU! Kamu selalu mendapatkan segalanya! Ini tak adil!"
Mendengar pengakuan itu, Layla menarik napas dalam. Ia menatap Olivia, berusaha menahan emosinya yang memuncak.
"Apa sebenarnya yang kamu katakan? Jika kamu mau, kamu bisa bicara padaku. Tidak perlu seperti ini... Benar?!"
Kejujuran pahit dan pertanyaan Layla membungkam kafe, tepat saat ambulans tiba.
Layla dan yang lainnya dengan cepat ikut membantu petugas mengurus pelanggan yang dibawa ambulans, Izzal mengambil keputusan bahwa Olivia harus diberi pelajaran. Akhirnya Olivia diskors untuk memikirkan kesalahannya.
Saat sore tiba, Layla kembali berlari mengejar bus. Ia hampir tertinggal lagi. Beruntung, bus itu akhirnya berhenti. Namun sayangnya, tepat saat Layla hendak berlari menghampiri bus, ganci tas nya terlepas. Layla berbalik kembali tuk mengambil ganci nya yang berbentuk panah dengan ujung anak panah berbentuk bintang yang berkilauan. Namun, seseorang telah terlebih dahulu memungut nya.
"Eum.. Permisi, bisakah kamu mengembalikan ganci itu? Itu ganci yang berarti bagiku" Layla bertanya dengan hati hati. Kemudian orang itu berdiri. Layla terkejut mengetahui bahwa ternyata itu Iz, atasan barunya.
"Boleh aku bertanya kenapa ganci ini berarti untuk mu Layla?"
Kemudian Layla menjelaskan bahwa itu adalah hadiah dari seseorang yang penting, yang sudah lama menghilang dan kini tak mengenalinya.
Izzal menatap gantungan kunci berbentuk panah dengan ujung anak panah yang berbentuk bintang berkilauan itu dalam-dalam. Ia merasa familiar dengan ganci itu. Lalu ia menoleh pada Layla dengan mata penuh harap.
"LAYLA DINDA KIRANA??!! Itu nama lengkapmu, kan? Benarkan..?"
"Ehh.. Ya- YES that's me. Kamu telah menemukan ku.. Izz," jawab Layla dengan senyum manis terlukis di wajahnya.
Mereka berpelukan,saling melepas rindu. Tanpa sadar bus yang tadi dikejar Layla telah bergegas menjauh meninggal kan mereka. Mereka tersenyum, tertawa bersama.
Cinta yang pernah pudar oleh waktu itu kini bersemi kembali, abadi di hati. Walau dunia pernah memisahkan mereka, walau komunikasi pernah terhenti. Kini mereka dipertemukan kembali di Cafe Satu Permata Hati. Akhirnya Cinta lama mereka bersemi kembali.