Di sebuah kelas yang hening, fokus terhadap pak guru yang mengajar dengan sebuah penggaris besar digenggamannya.
Ryan tampak jenuh, tangan menopang kepala yang berat dan matanya berpaling pada pemandangan di balik jendela. Gunung menjulang tinggi terpampang, begitu indah dan sejuk terlihat dari kejauhan.
"Huft... jika aku disana, mungkin kepalaku akan terasa lebih ringan." gumam Ryan menatap dalam gunung.
"Ryan!" panggil pak guru dari depan, tapi Ryan tak menyahut. Pikirannya seakan tenggelam dalam arus khayalan.
"Ryan!" panggil Pak Guru lagi, Ryan menoleh.
"Eh? Iya Pak!" sahut Ryan terkejut.
"Cepat kamu kerjakan soal ini!" suruh Pak Guru menunjuk soal di papan tulis. Ryan diam sebentar, lalu beranjak dari kursinya.
Ryan maju kedepan, seakan tak apa yang ada dihadapannya bukanlah apa-apa.
"Kalian perhatikan baik-baik!" suruh Pak Guru, membuat seisi kelas diam membisu.
Dengan cepat, Ryan menyelesaikannya, tanpa ada yang terlewat. Tapi itu malah membuat semua orang disana heran, dan ada yang nyaris tertawa.
"Selesai Pak," ujar Ryan sambil menaruh kapur ke tempatnya.
Pak Guru pun menoleh, "Ryan!" panggil Pak Guru, tampak kesal setelah melihat hasil pengerjaan Ryan.
"Iya Pak," sahut Ryan tenang, seolah tak punya dosa.
"Apa kamu mengerti ini soal apa?" tanya Pak Guru menunjuk papan tulis.
"Iya Pak, mengerti. Ini adalah soal sejarah." jawab Ryan, membuat sekelas hampir memuntahkan suara yang nyaris tak terbendung.
"Tapi, kenapa mengisi semuanya dengan jawaban salah dan sama?" tanya Pak Guru memukul papan tulis dengan panggaris, menunjuk satu jawaban yang sama yaitu "Tidak tahu."
"Saya menjawab begitu, karena saya memang tak tahu Pak, makanya saya tulis saja tidak tahu," jelas Ryan tanpa ragu, membuat Pak Guru menggeleng.
"Yang terpenting itu berani kedepan, kan, Pak?" pernyataan itu membuat kelas ribut dengan tawa, Pak Guru udah mulai tak habis pikir.
"Ryan, sekarang kamu boleh duduk, tapi kamu tak boleh melamun! Jika ini terulang lagi, maka kamu akan dihukum membersihkan kelas." ucap Pak Guru menekankan, tapi tak membuat Ryan bereaksi serius.
"Iya, Pak." jawab Ryan Kembali berjalan ke bangkunya. Semua orang memandangnya bak orang dalam acara fashion show.
Setelah kejadian itu, Pak Guru senantiasa mengawasi Ryan. Jika terlihat lengah sedikit saja, penggaris besar dan berat siap menghantam kepalanya.