Di kota pinggiran bernama Harmony Glen, sekelompok teman—Sarah, Ben, Emily, dan Josh—mendapati diri mereka menjadi target serangkaian pesan teks misterius dan aneh. Pesan-pesan itu, yang seringkali dikirim pada jam-jam ganjil, berisi teka-teki samar, lirik lagu yang tidak menyenangkan, dan terkadang, hanya emoji yang mengganggu. Tidak ada ancaman langsung, tetapi ada rasa pengawasan yang meresahkan yang membuat mereka gelisah.
Sarah, seorang seniman yang bercita-cita tinggi, menerima pesan pertama saat dia sedang mengerjakan lukisan untuk pameran seni lokal. Pesan itu berbunyi, "Apakah warna yang kamu gunakan benar-benar mewakili siapa kamu?" Sarah merasa tidak nyaman, seolah-olah seseorang mempertanyakan integritasnya sebagai seorang seniman.
Ben, seorang kutu buku teknologi, menerima pesan saat dia sedang mengerjakan proyek pengkodean. Pesan itu berbunyi, "Setiap baris kode menceritakan sebuah kisah. Apa yang ingin kamu katakan?" Ben, biasanya percaya diri dengan kemampuannya, mulai meragukan keahliannya.
Emily, seorang atlet yang populer, menerima pesan saat dia sedang berlatih untuk pertandingan bola basket penting. Pesan itu berbunyi, "Kerja tim adalah kunci, tetapi apakah kamu benar-benar mempercayai rekan satu timmu?" Emily mulai mempertanyakan kesetiaan teman-temannya.
Josh, seorang musisi yang pemalu, menerima pesan saat dia sedang menulis lagu. Pesan itu berbunyi, "Musik adalah bahasa jiwa. Apa yang jiwamu coba katakan?" Josh, yang biasanya menyembunyikan emosinya, merasa terekspos.
Teman-teman itu, yang biasanya tak terpisahkan, mulai saling mencurigai. Apakah salah satu dari mereka mengirim pesan-pesan itu? Apakah ini lelucon yang mengerikan yang telah lepas kendali? Mereka mencoba mengabaikan pesan-pesan itu, tetapi mereka terus datang, menggerogoti rasa aman mereka.
Suatu malam, mereka memutuskan untuk bertemu di kedai kopi lokal untuk mendiskusikan apa yang sedang terjadi. Saat mereka sedang bertukar teori, mereka semua menerima pesan yang sama: "Kebenaran akan terungkap di tempat di mana rahasia tersembunyi."
Dipicu oleh rasa ingin tahu dan ketakutan, mereka memutuskan untuk mengikuti petunjuk tersebut. Mereka menyadari bahwa pesan itu mengacu pada ruang bawah tanah tersembunyi di perpustakaan kota, tempat mereka sering menghabiskan waktu saat tumbuh dewasa.
Dengan hati-hati, mereka pergi ke perpustakaan dan menemukan ruang bawah tanah tersembunyi. Di dalam, mereka menemukan sebuah ruangan yang dipenuhi dengan buku-buku tua, peralatan elektronik, dan papan tulis yang penuh dengan catatan dan diagram. Di tengah ruangan, ada sebuah layar komputer besar yang menampilkan pesan: "Selamat, kalian telah menemukan kebenaran."
Tiba-tiba, lampu padam. Mereka berteriak ketakutan. Saat lampu menyala kembali, mereka melihat seorang wanita berdiri di depan mereka. Wanita itu adalah Ms. Evans, pustakawan yang ramah dan bijaksana.
Ms. Evans tersenyum dan berkata, "Saya tahu kalian akan datang. Saya telah mengamati kalian selama beberapa waktu sekarang. Saya ingin memberikan kalian tantangan, sebuah permainan untuk menguji kecerdasan, keberanian, dan kemampuan kalian untuk bekerja sama."
Ternyata, Ms. Evans adalah seorang psikolog yang tertarik untuk mempelajari dinamika kelompok dan efek media sosial pada remaja. Dia telah merancang seluruh pengalaman sebagai eksperimen yang tidak berbahaya.
Meskipun awalnya merasa lega, teman-teman itu juga merasa sedikit marah karena telah dimanipulasi. Namun, mereka akhirnya menyadari bahwa Ms. Evans hanya ingin membantu mereka tumbuh dan berkembang.
Mereka berjanji untuk tidak mengungkapkan rahasia eksperimen ini kepada siapa pun. Mereka ingin menyimpan pengalaman ini sebagai pelajaran berharga tentang pentingnya kepercayaan, komunikasi, dan berpikir kritis.
Di kota pinggiran Harmony Glen, tanda tanya di layar telah membawa teman-teman itu lebih dekat dan mengajari mereka pelajaran yang tak terlupakan.