Wajah pucat, keringat dingin jatuh dari dahi Carmella, ia tak menyangka kebohongan yang ia lakukan hanya karena iseng malah membawanya ke dalam kebohongan lebih besar, dan tak ada jalan kembali atau cara untuk menebusnya.
“Waduh, gimana nih anjir!!” wajah Carmella ketakutan bahkan setengah panik, ia bahkan berputar putar mengelilingi meja seakan tak lelah. “Apa yang harus aku lakukan sekarang.” ucapnya sambil sesekali mengacak acak rambut.
“Tenang dulu, napa.” ucap Karen yang tengah menyeruput teh matcha. “Kamu ngomong kayak orang kesurupan, duduk terus santai bentar, gimana kita bisa bantuin.”
Carmella mendengus kesal, lalu membenamkan wajahnya di atas meja, isak tangis nya terdengar seperti seseorang yang telah kehilangan nyawa atau hal paling berharga dalam hidupnya.
“Cerita dong sini.” Karen meletakkan tehnya di atas meja, lalu menepuk kursi di sampingnya. “Kamu kan masih hidup, tak ada masalah tanpa akhir atau bahkan jalan keluar.”
Dengan perlahan akhirnya Carmella mengangkat wajahnya, lalu dengan suara serak ia berkata. “Aku... Maaf tapi sepertinya tidak bisa.”
“Emang ada masalah apa?” tanya Grisella yang tiba tiba nimbrung ikut diskusi tak penting tersebut.
“Nah, ini sih Vivy gak mau ngasih tau aku.” ucap Karen yang masih santai dengan teh matcha favoritnya. “Kalau soal duit, biar aku yang kasih, berapa 1juta? 2juta? 1miliar?”
“Arlen!!” teriak Carmella setengah kesal. “Ini tentang hidup dan mati oke, dan gak ada hubungannya sama duit.”
“Aha... Aku tau.” Grisella langsung berdiri sambil menjentikkan jarinya. “Ini pasti soal pacar, bener kan?” tanpa peringatan ia duduk di kursi depan Carmella. “Siapa tuh cowok yang beruntung dapat hati kamu? Kiw... Kiw... Vivy jatuh cinta... (10x).”
“Kalian kenal sama Sandra gak?” tanya Carmella sambil memalingkan wajahnya, tampak rona tipis.
“Sandra yang mana nih?” Karen bertanya sambil sesekali menatap wajah temannya. “Murid baru itu atau—”
“Iya si murid baru.” sela Carmella.
“Aku denger sih dia itu juara satu di kelas, emang sih GG bener tuh bocah.” ucap Grisella tanpa tahu perasaan temannya. “Bahkan di hari pertama dia ke kelas langsung ikut kuis Mtk yang kebanyakan murid suka skip.”
“Dia itu pacarnya Raghavan.” ucap Carmella dengan suara pelan hampir seperti bisikan semut.
“Eh?!” teriak Karen dan Grisella pada waktu yang hampir bersamaan.
“Tunggu, Vivy.” ucap Grisella sambil mencoba menenangkan diri, ia menarik nafas seperti lagi ikut latihan yoga. “Bukannya Raghavan itu profil yang kamu buat waktu lalu!” suaranya bahkan meninggi seiring waktu.
“Vivy, bukannya kamu bilang kalau profil itu cuma sebatas formalitas ya?” tanya Karen dengan heran, wajahnya pun sekarang tak kalah pucat dengan Carmella. “Jangan bilang kalau kamu—”
Saking terkejutnya Karen bahkan menjatuhkan teh matcha miliknya sampai tumpah sebagian, padahal biasanya ia akan kesal dan marah bahkan jika tehnya jatoh satu tetes saja.
“Ini gila!!” teriak Karen, ia duduk di atas bangku seolah tengah bermeditasi. “Aku butuh mode zen.”
“Bisa kalian gak ribut?” tanya Carmella dengan suara pelan sambil sesekali melihat ke arah sekeliling. “Kita di cafe yang literally banyak pengunjung, bisa di usir lama lama.”
“Jadi, maksudnya kamu—” Grisella lalu duduk di samping Carmella dan berbisik pelan memastikan tak ada orang yang mendengar selain mereka berdua. “Kamu berpacaran lewat online?”
Carmella hanya mengangguk, suaranya tercekat di tenggorokan, bahkan bibirnya bergetar seolah ada banyak rahasia yang tak bisa ia ucapkan pada saat itu juga, tapi jika dipendam akan menimbulkan lebih banyak kebohongan lainnya.
“Aku harus gimana?” tanya Carmella, ia menundukkan wajah sembari menatap tangannya yang tengah meremas celana jeansnya. “Kalau aku menghilang begitu saja, dia akan kecewa.”
“Vivy, aku ingin sekali membantumu.” ujar Grisella. “Tapi kamu harus ingat kalau kalian berdua itu sama sama perempuan, dan masalahnya kamu berpacaran dengan Sandra menggunakan nama samaran yang mungkin orangnya saja goib, Raghavan, bener kan?”
✎﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏
Setelah hari panjang dan melelahkan, Vivy memutuskan untuk rebahan sejenak sambil mengecek hal viral di internet, awalnya ia hanya iseng membuka aplikasi jodoh, apalagi foto yang ia gunakan adalah milik foto lama adiknya.