Tahun 2025, Jakarta semakin futuristik, penuh apartemen canggih berbasis smart home. Greta, mahasiswi yang tengah magang di startup, tinggal sendiri di unit 17B, sebuah apartemen modern dengan sistem keamanan digital dan asisten virtual bernama Lyra.
Pulang lembur di malam hujan, Greta tiba di lobi, merasa letih luar biasa. Pintu otomatis membuka saat kamera memindai wajahnya. “Welcome home, Greta. All systems are normal,” suara lembut Lyra menyambutnya saat lampu-lampu menyala otomatis. Greta meletak tas, rebahan di sofa, lalu membuka handphone. Ada banyak pesan grup, tapi satu notifikasi berbeda muncul dari aplikasi apartemen:
“Maaf, terjadi masalah di unit Anda. Silakan cek panel listrik.”
Greta agak curiga, tapi melihat semua sistem berjalan normal. Dia abaikan saja pesannya. Malam makin larut, dan tiba-tiba aplikasi apartemen mengirim notifikasi aneh lagi:
“Periksa kamar mandi, ada sesuatu yang tertinggal.”
Bulu kuduk Greta berdiri. Ia maju ke kamar mandi, lampu otomatis menyala. Tidak ada apa-apa kecuali air menetes pelan. Namun, lampu mendadak mati-menyala, dan dari balik cermin besar, tampak siluet perempuan berambut panjang tersamar di belakangnya. Saat Greta menoleh, tidak ada siapapun. Nafasnya memburu, ia keluar dan mencoba menenangkan diri.
Jam 23.30, suara notifikasi muncul lagi di HP:
“Kamu tidak sendirian malam ini.”
Panikan, Greta cek semua kunci pintu dan mencoba restart WiFi smart home, berharap sistem kembali normal. Tapi asisten virtual Lyra malah berkata datar:
“Ada tamu yang ingin bertemu di ruang tamu.”
Ketegangan memuncak ketika CCTV di aplikasi memperlihatkan perempuan misterius menunduk di depan pintu apartemen. Greta mencoba menghubungi satpam, tapi interkom hanya memutar suara bisikan perempuan:
“Tolong… buka pintunya...”
Greta kini benar-benar diliputi teror. Nafasnya tersengal, tangan menggenggam ponsel gemetar. Notifikasi “KEMBALI…” muncul serempak di TV, laptop, bahkan microwave. Layar ponselnya tiba-tiba menampilkan live feed CCTV lorong. Perempuan bergaun putih masih berdiri, tak bergerak, seolah menunggu.
Lampu utama padam serentak, hanya lampu darurat menyala redup. Greta buru-buru lari ke dapur, bersembunyi di bawah meja marble, berharap semua hanya mimpi buruk. Tapi suara langkah pelan semakin jelas menyusuri lantai kayu, bunyinya berat seperti menyeret kain basah. Dada Greta makin sesak saat terdengar suara derit pintu otomatis di ruang tamu, seseorang baru saja masuk.
Suara Lyra, asisten digital, terdengar kembali namun kali ini suaranya berat dan melengking:
“Tamu Anda sudah tiba…”
Greta menahan tangis. Jam tangan pintar di pergelangannya tiba-tiba menyala sendiri, mengirim pesan suara otomatis:
“Aku sudah di sini, di belakangmu.” Dengan tubuh lemas, Greta perlahan menoleh ke arah lorong dapur. Sinar layar kulkas pintar memantulkan sekilas bayangan perempuan dengan gaun compang-camping dan rambut panjang acak-acakan. Wajahnya terlihat samar, putih pucat, kedua matanya terbuka lebar namun tidak berekspresi.
Greta perlahan merangkak menuju kamar mandi, satu-satunya tempat dengan lampu nyala. Tapi di sanalah horor memuncak. Cermin besar yang menempel di dinding kini memperlihatkan bayangan perempuan itu berdiri tepat di belakangnya, lebih jelas dari sebelumnya.. pucat, bermata sendu, bibirnya berdarah, wajahnya luka dan dingin. Dari balik cermin, wanita itu mengangkat sebuah kunci apartemen tua dan berkata dengan suara parau:
“Kamu sudah memanggilku…”
Greta panik, berusaha membuka pintu apartemen, tapi panel digital error, pintu terkunci. Dari speaker langit-langit, suara Lyra berubah semakin dingin dan terdengar seperti dua suara bergabung:
“Kamu sudah menyalakan program kutukan… Sekarang giliranmu menunggu penghuni berikutnya…”
Terdengar bisikan-pilihan di telinga Greta, seolah berasal dari segala arah,
“Tinggal di sini… temani aku…”
Rasa takut berubah jadi rasa terjebak, tubuhnya mendadak tak bisa digerakkan. Ponselnya jatuh ke lantai, layar menampilkan video dirinya sendiri dari sudut cermin.. Greta melihat dirinya perlahan tertarik ke dalam cermin, sementara wajah perempuan itu mendadak tersenyum lebar dan penuh air mata.
Tepat tengah malam, semua perangkat digital di apartemen mati total. Lobi apartemen sunyi. Esok paginya, satpam mendapati unit 17B terbuka lebar. Tak ada seorang pun di dalam, semua alat elektronik rusak, dan cermin di kamar mandi penuh bercak aneh, di tengahnya tertulis pesan “Selamat datang, penghuni baru. Jangan lupa matikan notifikasi.”
Sejak saat itu, urban legend mulai menyebar di gedung apartemen itu. Setiap penghuni baru yang menempati unit 17B akan selalu mendapat notifikasi misterius di HP, TV, atau gadget mereka saat malam tiba. Dan bayang-bayang perempuan bergaun putih konon masih setia menunggu, muncul di balik cermin pada siapa saja yang lupa menutup notifikasi tengah malam…