Seorang gadis bernama: Soraya Mirabelle berusia 24tahun dengan memiliki wajah yang begitu cantik sekali, bulu mata panjang serta lentik. Dia memiliki tinggi badan 155cm.
Dia juga memiliki kakak perempuan bernama: Maisha Mirabella namun kakak perempuannya sudah memilik suami serta satu anak perempuan.
Saat ini, Soraya yang sedang berlibur kuliah dia berada ditempat kakak perempuannya sedang menjaga keponakannya karena kakaknya sedang berbelanja bahan makanan.
" Celica, jangan lari-lari nanti kamu jatuh" teriak Soraya yang sedang mengejar Celica
Celica yang berusia 2tahun, memiliki wajah begitu cantik dan imut sekali. Rambut ikalnya membuat dia semakin disukai oleh orang-orang.
Karena terlalu asyik bermain dengan Celica hingga membuat Soraya tidak mendengar suara pintu tertutup.
Dia mengejar Celica dengan tawa yang gembira sekali, saat Soraya berjongkok serta menundukkan kepalanya, karena begitu lelah sekali sehingga dia tidak menyadari ada seseorang yang berjalan mengarah mereka.
Saat dia ingin bangun tiba-tiba..
" Aduh"
" Aarrghhh"
Mata Soraya terbelalak saat mendengar suara seorang pria. Matanya langsung menatap kearah suara itu.
" K-kamu tidak apa-apa?" tanya Soraya dengan nada gugupnya
" Apa kamu gila ha?"
" Aku bertanya baik-baik, namun mengapa kamu mengatakan aku gila?"
" Kamu memang gila, lihat apa yang sudah kamu lakukan ha?"
Soraya menatap kearahnya yang sedang memegangi sesuatu dibalik selangkangannya.
Dia mengerang kesakitan, mungkin saat Soraya mengangkat wajahnya dia tidak sengaja menabrak burungnya.
" A-aku benar-benar tidak sengaja sumpah, dan lagi kamu mengapa juga tiba-tiba ada didepanku"
" Jadi kamu menyalahkanku ha?"
" I-iya bukan begitu sih, hanya saja posisiku tadi menundukkan kepala jadi tidak melihat kamu ada didekatku"
Pria itu bernama: Ervan Dominic memiliki wajah tampan serta bulu mata yang panjang dengan alis tebalnya, dia memiliki tinggi badan 199cm dan berusia 28tahun. Bisa dikatakan Soraya dan Ervan selalu bertengkar jika bertemu seperti saat ini.
" Bilang saja bukan kamu sengaja menabrakkan wajahmu ke burungku?"
" Ha kau gila?"
" Mengaku saja Soraya jika memang kamu sengaja"
Soraya yang begitu tampak kesal sekali karena Ervan terlalu percaya diri berbicara seperti itu. Diselang perdebatan mereka kini tibalah kakak perempuannya Soraya.
" Kakak pulang"
Mata Soraya begitu senang sekali, dimana Celica langsung berlari mengarah Maisha begitu juga dengan Soraya yang ingin pergi menghampiri Maisha namun ditahan Ervan.
" Tunggu dulu" ucap Ervan sambil mencengkram pergelangan tangannya Soraya" Jangan bilang kamu ingin kabur"
" Lepaskan, kamu apaan sih" bentak Soraya
Maisha yang mendengar suara Soraya bukan lain jika dia sudah bertemu dengan Ervan.
" Apa kalian berdua tidak bisa akur? Setiap bertemu selalu saja seperti kucing dan tikus" ucap Maisha yang sambil menggendong Celica
Soraya dan Ervan saling bertatapan saat mendengar ucapannya Maisha.
" Kakak kenapa sih tidak bilang bahwa dia ada disini?"
" Oh, sepertinya kakak lupa"
" Udah tau Soraya membenci dia"
" Soraya, tidak boleh begitu. Dia juga keluarga kita"
Terukir senyum dibibirnya Ervan saat mendengar ucapannya Maisha.
" Karena kakak sudah pulang, kalau begitu Soraya kembali ya"
" Lho? Kok cepat betul sih? Mas Erwin mu saja belum kembali loh Soraya. Nanti dia begitu repot jika tidak melihat kamu"
Bukannya Soraya menjawab, namun Ervan membuka suaranya.
" Mungkin karena dia ingin melahirkan diri kak" ucap Ervan dengan menyeringai
" Melarikan diri apa juga sih"
" Sudah-sudah jangan bertengkar terus, sekarang tolong bantu kakak untuk menjaga Celica ya biar kakak bisa masak. Dan kamu Soraya tidak akan pulang sebelum Mas Erwin pulang kita akan makan malam bersama"
Soraya hanya bisa menghelankan nafasnya saja sambil mengambil Celica dari gendongannya Maisha.
" Lalu, mengapa kamu begitu susah sekali dihubungi? Ada apa dengan ponselmu Soraya?" tanya Maisha membuat Soraya terdiam
Sebenarnya, ponselnya Soraya sedang rusak. Udah beberapa kali dia memperbaikinya, tetapi selalu rusak jadi sekarang ponsel tu benar-benar tidak hidup kembali.
Ervan yang mendengar itu hanya menyeringai, karena selama dia bertemu dengan Soraya dia diam-diam memata-matai kehidupannya Soraya.
" Ee a-anu kak, mungkin Soraya lupa mengisi batrainya jadinya mati"
" Haa kamu ya kebiasaan, selalu saja bikin kakak khawatir. Iya sudah tolong jaga Celica ya kakak masak dulu"
" Iya kak, dia aman kok bersama Soraya"
Soraya kembali duduk disofa dengan disampingnya Ervan.
Tiba-tiba.
" Mengapa kamu berbohong tentang ponselmu?" tanya Ervan membuat Soraya terkejut dan bingung
" Maksudmu?"
" Kau bisa membohongi kakakmu, tetapi tidak untukku Soraya"
Soraya yang hanya terdiam masih menyimak ucapannya Ervan.
" Katakan kenapa kamu berbohong? Padahal ponselmu sedang rusak"
Mata Soraya terbelalak saat Ervan tau bahwa ponselnya rusak.
" B-bagaimana kamu bisa tau?"
" Jangan terlalu idiot Soraya, selama ini aku selalu tentang kehidupanmu yang sebenarnya bagaimana. Apa lagi tentang apartemen kumuh yang disamping Universitasmu"
Seketika Soraya menutup mulutnya Ervin membuat pria itu sangat terkejut sekali.
" Sssttt! Pelankan suaramu nanti kakak bisa mendengarnya"
Ervan hanya menyeringai, ada perasaan geli dan kesal dengan Soraya yang begitu sangat bodoh sekali. Ervan menarik tangannya Soraya yang menutupi mulutnya itu lalu menggenggamnya dengan erat sekali.
" Aku bisa tidak mengatakan bagaimana kehidupanmu disana. Namun ada satu syaratnya"
" S-satu syarat?"
" Iya satu syarat"
" Apa itu?"
Ervan mendekat kearah Soraya, wajah mereka saat ini hanya beberapa inci saja.
" Biarkan aku orang pertama yang menjadi penolongmu disaat kamu kesusahan seperti ini"
Soraya terdiam, dia terlihat sangat begitu bingung ingin menjawab apa. Sebenarnya dia tidak ingin merepotkan orang.
Ditambah lagi, Ibunya selalu menghampiri dirinya untuk meminta uang. Setelah perceraian kedua orang tuanya. Soraya hanya hidup bersama Maisha hingga sampai dia mendapatkan seorang suami yang begitu mencintainya.
Soraya tidak ingin bahwa Ibunya mengganggu Maisha, jadi itulah mengapa Soraya membiarkan Ibunya selalu menghampiri dirinya.
Sebenarnya, Maisha dan Erwin tidak pernah merasa terbebani atau terlalu merepotkan. Karena mereka berdua yang selalu membiayai kehidupannya Soraya.
Tetapi dibalik itu semua Maisha tidak pernah mengetahuinya karena Soraya menyembunyikan semuanya.
Ervan yang sedang menunggu jawaban dari Soraya, matanya begitu terlihat tidak sabaran serta kesal karena Soraya tidak menjawabnya.
" Aku butuh jawabanmu, bukannya kamu harus diam begitu saja Soraya" tegur Ervan membuat Soraya menatapnya
" I-itu tidak perlu Ervan, a-aku bisa sendiri"
" Atau aku akan mengatakan kepada kakakmu bahwa kamu selama ini didatangi oleh ibumu terus-menerus dan mengambil semua uang yang dikirimkan oleh kakakmu untuk kuliahmu dan membuatmu bekerja agar bisa membayarnya?"
Dug!!!
Jantung Soraya berdebar sangat kencang sekali saat mendengar semuanya, dia tidak menyangka bahwa Ervan begitu sangat mengetahui tentang kehidupannya yang sebenarnya.
" Ervan, bagaimana kamu bisa tau semuanya?"
Ervan menghelankan nafasnya saja, dia menatap kearah Soraya yang dimana matanya mulai berkaca-kaca.
" Aku sudah mengatakannya bukan? Bahwa aku menyukaimu disaat pertama kali kita bertemu. Namun kamu menolaknya, dari sanalah aku mulai mengintai tentang kehidupanmu Soraya"
Soraya hanya terdiam tidak bisa menjawab apapun, namun dia sangat tau jika kakaknya mengetahui bagaimana penderitaannya disana.
" Ervan, aku mohon j-jangan katakan semuanya kepada kakakku"
" Sudah aku katakan Soraya, aku bisa saja merahasiakan semuanya asal kamu menerima aku sebagai orang yang pertama menjadi penolongmu"
Soraya begitu sangat bingung harus bagaimana, tetapi dia tidak ingin rahasianya diberitahukan kepada kakaknya.
Karena Soraya yakin, jika kakaknya mengetahui semuanya. Maka dia akan menemui Ibunya, itu yang tidak diinginkan Soraya karena terakhir kakaknya bertemu dengan Ibunya.
Kakaknya terluka, dari sana Soraya benar-benar menjaga kakaknya agar Ibunya tidak menyakitinya terus. Karena kakaknya begitu sangat penting sekali untuk dirinya.
" Seberapa banyak kamu mengetahui tentang kehidupanku?" tanya Soraya kepada Ervan
" Sangat banyak Soraya, bahkan tentang pergelangan tanganmu itu"
Soraya langsung memegangi pergelangan tangannya saat mendengar ucapannya Ervan.
" Mas Erwin dan Kak Maisha tidak tau bukan tentang pergelangan tanganmu yang disebabkan oleh ibumu?"
Rasanya Soraya benar-benar tidak bisa lagi membantah apapun yang diucapkan oleh Ervan karena dia sudah mengetahui semuanya.
Dimana Ervan kembali menarik tangannya Soraya serta mengaitkan jarinya disela-sela jarinya Soraya.
" Please Soraya, jangan membuat dirimu begitu tersiksa. Itu benar-benar membuatku sakit Soraya, disisi lain kehidupan kakakmu sangat tidak kekurangan Soraya. Tetapi kamu berusaha untuk hidup dengan kecukupan pas-pasan. Jadi aku mohon Soraya, berhenti menyiksa dirimu sendiri. Katakan saja apapun yang kamu butuhkan kepadaku, aku akan mengabulkan semuanya dan tidak perlu kamu harus bekerja untuk mencukupi kebutuhanmu sehari-harinya"
Tanpa disadari air mata Soraya menetes, dadanya begitu sangat sesak sekali. Rasanya sakit, tetapi yang dikatakan oleh Ervan adalah benar bahwa Soraya sangat menyiksa dirinya sendiri demi kebutuhan yang tercukupi.