Hari ini entah kenapa aku tidak bisa tidur. Memang, peristiwa pemecatan sepihak tadi sore membuatku tidak habis pikir, tapi apa aku begitu cemas sampai tidur saja tidak bisa? Aku biasa menghadapi tekanan yang kurasa lebih berat dari ini dan itu tidak mengganggu tidurku.
Aku berharap ada yang menemaniku mengobrol sekarang, tapi bukan setan. Aku lelah ingin rasanya berbagi keluh. Aku melihat ke arah luar melalui jendela, ada kilatan di langit. Apakah mau hujan?
Tiba-tiba kilatan itu mendekat ke kamar ini, aku kaget dan terjatuh dari kasur.
“Ada apa ini?” tanyaku sedikit ketakutan. Seorang wanita tiba-tiba sudah duduk di kasurku.
Bagaimana dia bisa masuk? Jendela itu tertutup.
“Perkenalkan aku Venurius. Aku berasal dari salah satu bintang yang terbilang paling kecil di galaksi ini.” Dia memperkenalkan diri.
“Kamu dari luar angkasa?” Aku mengajukan pertanyaan bodoh, yang sudah dia jawab. Pantas saja aku sulit dapat jodoh.
“Benar sekali, salam kenal,” jawabnya.
“Apa yang ingin kamu lakukan di sini? Tunggu, kamu bisa bahasa Bumi?”
“Ya, aku punya kemampuan untuk mengerti bahasa asing di setiap bintang dan planet yang ada di seluruh semesta. Aku ke sini mendengar keinginanmu, untuk menemanimu bercerita,” ucapnya yang kusambut dengan bahagia.
“Wah, aku tidak peduli kamu alien atau apa. Kamu cantik, meskipun dengan antena aneh di kepalamu. Terima kasih telah mampir ke sini,” jawabku.
“Te … terima kasih, pujiannya,” ucapnya sembari tersipu.
Aku pun mulai bercerita panjang lebar. Tentang aku yang habis dipecat tanpa alasan yang jelas. Padahal aku hanya menanyakan kapan gajian, karena sudah dua bulan tidak dibayar. Aku juga punya kebutuhan.
Yah, di satu sisi, memang bersyukur bisa keluar dari perusahaan yang mungkin hampir bangkrut karena bosnya tamak, tapi buat karyawan pelitnya bukan main. Namun, aku tidak punya pekerjaan sekarang.
“Ah, iya, kamu mau minum apa, Venurius?” tanyaku.
“Tidak perlu, biar aku yang menyiapkan semuanya. Aku tahu kamu tidak punya apa-apa,” ucapnya sambil tersenyum. Lalu dari antena anehnya mengeluarkan cahaya yang ditembak ke lantai. Makanan dan minuman yang kusuka pun tersedia di sana.
“Kau bisa menggunakan sihir?” tanyaku.
“Ini kemampuan dasar di tempat asalku,” jawabnya. Wah, kalau bisa kayak gitu mah enggak perlu kerja bagai kuda.
“Terima kasih makanan dan minumannya, sampai di mana aku bercerita?” tanyaku.
“Bos tamak, mungkin,” jawabnya.
“Ah, kamu benar!” Aku pun melanjutkan cerita hingga hampir Subuh. Aku mengantuk.
“Aku akan menemanimu di sini, tenang saja.”
“Tidurlah, kau pasti lelah mendengar ocehanku. Biar aku tidur di bawah,” ucapku.
“Baiklah, kalau itu maumu,” jawabnya.
Kami pun mencoba tidur. Aku cukup terbantu olehnya. Aku melihatnya, seandainya bisa aku menikahinya. Ah, sudahlah, peristiwa malam ini saja sudah aneh bin ajaib.
Keesokan harinya, dia tidak lagi terlihat. Aku tertawa, giliran aku ingin menikahinya, dia kabur. Dasar.
Aku lihat ada surat di kasur, sepertinya dari Venurius. Dia bilang.
Aku akan kembali, menyiapkan segala sesuatu untuk menikah denganmu. Sampai saat itu tiba, mohon tunggu aku. Aku juga sudah menyiapkan pekerjaan untukmu, sebentar lagi mereka akan menghubungimu.
“Apa maksudnya ini?”
Tiba-tiba ponselku dihubungi nomor tidak dikenal. Pesan pun banyak bermunculan. Mereka menawarkan beragam pekerjaan. Jadi, ini yang Venurius maksud. Kupikir semalam hanya halusinasiku, rupanya dia ada. Dia, alien yang akan menjadi istriku.