Hari Tanpa Pelajaran
Pekan-pekan berlalu dengan cepat, dan kelas "Footprint Seekers" kini terasa seperti rumah kedua. Pagi itu, tidak ada satu pun profesor yang masuk. Para siswa memanfaatkan waktu luang itu dengan cara mereka masing-masing.
Y/N, duduk di samping jendela, asyik membaca buku tentang mantra-mantra kuno. Tiba-tiba, sebuah bolpen bulu menyentuh pipinya. Y/N mendongak, menemukan Draco Malfoy tersenyum sinis sambil memutar-mutar bolpen bulu di tangannya.
"Bacanya serius amat," kata Draco, "seperti Hermione saja."
"Kenapa? Kamu tidak suka?" tanya Y/N, menutup bukunya.
"Aku cuma bosan," jawab Draco, "tidak ada yang seru."
"Kalau begitu, coba baca buku ini," kata Y/N, menyodorkan bukunya.
Draco menatap buku itu dengan jijik. "Aku tidak tertarik dengan buku-buku seperti itu."
Di sisi lain, Harry, Ron, dan Hermione sedang asyik bermain catur sihir. Mereka tampak serius, menyusun strategi untuk mengalahkan satu sama lain. Fred dan George, seperti biasa, membuat keributan kecil. Mereka sedang membuat lelucon baru dengan Angelina Johnson, yang tertawa terbahak-bahak.
"Lihat ini, Angelina!" seru Fred, mengubah sebuah pena menjadi kodok. Kodok itu melompat-lompat dan membuat Angelina histeris.
Cho dan Luna, dengan gaya mereka yang unik, menari-nari aneh di sudut kelas. Gerakan mereka tidak beraturan, tapi tampak seperti mereka sedang bersenang-senang.
"Mereka aneh sekali," bisik Draco pada Y/N. "Apa mereka sudah gila?"
Y/N tersenyum. "Kurasa mereka hanya ingin bersenang-senang. Kamu harus mencobanya sesekali."
Draco mencibir. "Aku lebih baik tidur." Ia melirik Pansy Parkinson yang sudah tertidur pulas dengan mulut sedikit terbuka. "Seperti Pansy."
Y/N menghela napas, ia tahu tidak ada gunanya berdebat dengan Draco. Ia kembali membuka bukunya, tapi matanya sesekali melirik ke arah teman-temannya yang sedang asyik dengan kegiatan mereka masing-masing. Ia tahu, momen-momen seperti inilah yang akan selalu ia kenang. Tidak ada pelajaran, tidak ada tugas, hanya kebersamaan. Y/N merasa bahwa ia telah menemukan arti dari persahabatan, yang jauh lebih berharga daripada apa pun di dunia ini.
Kejadian yang Tak Terduga
Suasana kelas yang tadinya riuh mendadak menjadi hening. Y/N yang sedang membaca buku merasakan beban di bahunya. Ia melirik ke samping, dan terkejut melihat Draco Malfoy benar-benar tertidur. Kepala pirangnya bersandar di bahu Y/N. Awalnya Y/N merasa tidak nyaman. Ia mencoba menggeser bahunya sedikit, berharap Draco terbangun, tapi anak itu hanya menggeliat kecil dan kembali diam.
Y/N akhirnya menyerah. Ia tahu Draco tidak akan bangun. Ia pun kembali membaca bukunya. Namun, udara yang hangat dan suara bisik-bisik dari teman-teman membuat matanya menjadi berat. Tanpa disadari, ia ikut tertidur, kepalanya bersandar di atas kepala Draco.
Beberapa waktu kemudian, mereka berdua terbangun, terkejut melihat seluruh kelas "Footprint Seekers" menatap mereka. Wajah-wajah yang tadinya asyik dengan kegiatan masing-masing kini tersenyum jahil, beberapa bahkan cekikikan.
"Wah, wah, wah," kata Ron, menahan tawa.
"Tidur bersama?" goda Fred. "Sejak kapan kalian pacaran?"
"Cieee!" seru George, membuat suara siulan.
Y/N dan Draco langsung melompat berdiri, wajah mereka memerah. Y/N menyeka rambutnya yang berantakan, sementara Draco menatap teman-temannya dengan tatapan membunuh.
"Apa yang kalian lihat?" bentak Draco. "Kami hanya tidur! Jangan berani-berani kalian mengganggu kami!"
Fred dan George tidak peduli. Mereka berdua mendekati Y/N dan merangkulnya. "Wah, Y/N, ternyata kamu punya rahasia," goda Fred.
"Pangeran Slytherin jatuh cinta sama kamu," George menambahkan, membuat tawa kembali pecah.
Y/N hanya bisa pasrah. "Kalian berdua berhenti!" katanya, tertawa kecil. "Itu tidak disengaja!"
Meskipun malu, Y/N tidak bisa menahan tawa. Ia tahu, momen ini akan selalu menjadi bahan lelucon Fred dan George. Namun, di balik ledekan itu, ia juga merasa senang. Kejadian itu membuatnya sadar bahwa di antara semua drama dan persaingan, ada juga momen-momen konyol yang akan membuat mereka semakin dekat.
Perubahan yang Tak Terduga
Setelah insiden tertidur di kelas, ada sesuatu yang berubah di antara Y/N dan Draco. Mereka tidak lagi hanya sekadar teman sebangku yang sesekali berinteraksi. Draco mulai sering menghampiri Y/N, bukan lagi dengan alasan tugas, melainkan untuk mengobrol.
Suatu sore, saat Y/N sedang membaca di perpustakaan, Draco datang dan duduk di hadapannya.
"Sudah selesai dengan buku-bukumu?" tanyanya, tidak lagi dengan nada sinis.
Y/N terkejut, tapi tersenyum. "Belum. Memangnya kenapa?"
"Aku... hanya ingin tahu," jawab Draco, suaranya sedikit canggung. "Biasanya kamu menghabiskan waktu dengan si kembar Weasley itu."
"Aku sudah janji akan membaca buku sampai malam ini," kata Y/N. "Lagipula, kan kita juga harus belajar."
Draco mengangguk, lalu mengeluarkan buku dari tasnya. "Kalau begitu, aku temani. Aku juga harus belajar."
Mulai saat itu, pemandangan Y/N dan Draco duduk bersama di perpustakaan atau di sudut kelas menjadi hal biasa. Mereka sering terlihat tertawa bersama, berbagi cerita, dan bahkan membahas hal-hal sepele. Draco bahkan sesekali membawakan camilan untuk Y/N, sebuah perhatian kecil yang membuat Y/N tersenyum.
Draco tahu Y/N adalah teman baik dari si kembar Weasley. Ia masih sering mengejek Fred dan George, tapi ia tidak pernah melakukannya di hadapan Y/N. Ia tahu, persahabatan Y/N dengan si kembar Weasley bukanlah halangan. Hubungan mereka aneh, tetapi nyaman. Di mata Draco, Y/N berbeda dari yang lain. Gadis itu tidak takut padanya, tidak menganggapnya pangeran, dan selalu bisa membuatnya tertawa. Bagi Y/N, di balik sikap angkuh dan dingin Draco, ia menemukan sisi lain yang lebih lembut dan kesepian. Mereka berdua, yang sama-sama menyimpan masa lalu yang kelam, menemukan kenyamanan dalam persahabatan yang tak terduga ini.