____________________________________
Bella, seorang gadis muda dengan impian melambung tinggi dan rekening yang selalu kritis, selalu yakin bahwa ia dilahirkan untuk jadi sultan. Masalahnya, sultan versi Bella adalah sultan yang bisa kaya raya tanpa harus kerja keras. Maka, setiap kali melihat iklan "passive income Rp 10 juta sehari" atau "rahasia cuan dari HP saja", matanya langsung berbinar.
Suatu hari, Bella menemukan harta karun di Telegram: grup bernama "Remote Circle: Auto Cuan Tanpa Ribet!". Deskripsinya menjanjikan pekerjaan freelance copywriting dengan bayaran fantastis. Cukup copy-paste dua paragraf, langsung dapat Rp 500 ribu! Bella langsung tergiur. Ia pun bergabung.
Tak lama, muncul lagi grup lain: "Xiaomi Sultan: Investasi Gadget Pasti Untung!" Di sini, kita diajak investasi di produk Xiaomi. Modalnya cuma Rp 1 juta, besoknya jadi Rp 2 juta! Seminggu kemudian, Bella juga gabung "Indah Ardianty: Cuan Jutaan dari Rumah!" yang menjanjikan komisi gila-gilaan cuma dengan sebar link.
Bella merasa di puncak dunia. Ini dia, jalan menuju kesultanan! Ia mulai rajin menyetor uang, sedikit demi sedikit, demi iming-iming keuntungan yang berlipat ganda. Tabungannya ludes, bahkan ia nekat meminjam uang dari tetangga dengan alasan "proyek besar".
"Bella, kamu kok makin kurus? Jangan-jangan cuma makan angin karena sibuk cuan?" tanya tetangga sebelah, Bu Tejo, sambil curiga.
"Halah, Bu Tejo ini. Ini namanya puasa cuan, nanti hasilnya lebaran!" jawab Bella pongah.
Puncaknya, Bella diajak masuk ke sebuah grup VIP bernama "The Supreme Billionaire Society". Di sini, katanya, hanya orang-orang terpilih yang bisa masuk. Modalnya Rp 10 juta, dan dalam seminggu bisa jadi Rp 100 juta! Bella, yang sudah terbutakan oleh impian kaya mendadak, menggadaikan laptop satu-satunya dan menyetor uang itu.
Namun, sehari setelah menyetor Rp 10 juta, grup "The Supreme Billionaire Society" mendadak hening. Pesan terakhir dari adminnya: ”Terima kasih atas partisipasinya. Semoga Anda menikmati hidup Anda selanjutnya tanpa kami."
Bella panik. Ia mencoba mencari admin, mencari anggota lain. Nihil. Nomornya diblokir, semua grup menghilang. Laptopnya lenyap, tabungannya amblas, utang menumpuk.
Malam Teror yang Bikin Kapok
Bella terduduk lemas di kamarnya yang gelap, hanya diterangi cahaya rembulan. Ia merasa bodoh, marah, dan putus asa. Tiba-tiba, ponselnya bergetar. Sebuah pesan masuk dari nomor tak dikenal.
”Kami tahu semua transaksi Anda. Kami tahu semua impian Anda jadi sultan. Tapi impian itu sudah kami cabut.”
Jantung Bella berdebar kencang. Ini pasti komplotan penipu itu! Ia gemetar.
Lalu, sebuah telepon masuk. Suara di seberang sana sangat berat dan serak, seperti suara orang yang sudah lama tidak bicara.
"Halo, Bella..." Suara itu berbisik, membuat bulu kuduk Bella merinding. "Kami tahu Anda sangat ingin kaya."
Bella mencoba memberanikan diri. "Siapa kalian?! Kembalikan uang saya!"
Suara itu tertawa. Bukan tawa manusia. Lebih mirip suara desisan ular yang panjang. "Uang Anda? Oh, uang Anda sudah kami gunakan untuk hal yang lebih mulia... membeli mimpi-mimpi orang lain."
Tiba-tiba, lampu kamar Bella berkedip-kedip, lalu mati total. Gelap gulita. Dari jendela, terdengar suara geraman anjing yang entah datang dari mana. Bella ketakutan setengah mati.
"Kami tahu Anda suka grup Remote Circle," suara itu melanjutkan, kini terdengar sangat dekat, seolah di samping telinga Bella. "Sekarang, Anda akan bekerja remote... menggali kuburan impian Anda sendiri!"
Sebuah bayangan hitam melintas cepat di depannya, diikuti bau busuk yang menyengat. Bella menjerit. Ia merasa ada yang dingin menyentuh kakinya. Ia melompat, menabrak tembok, dan tersandung.
"Dan Xiaomi Sultan?" Suara itu kembali, kali ini terdengar seperti suara gema di gua. "Anda akan jadi sultan... sultan kehampaan! Nikmati gadget baru Anda... ponsel kosong tanpa pulsa dan kuota!"
Tiba-tiba, seluruh barang elektronik di kamar Bella menyala sendiri. Televisi menampilkan gambar semut, rice cooker menyala tanpa beras, dan ponselnya terus berdering dengan nada dering horor. Bella panik, mencabut semua kabel, tapi listrik tetap menyala.
"Terakhir, Indah Ardianty..." Suara itu menjadi lebih menyeramkan, seperti bisikan iblis. "Anda akan affiliasi... mengumpulkan kutukan dari semua orang yang tertipu karena Anda!"
Jendela kamar Bella terbuka sendiri dengan keras, dan angin dingin menerpa wajahnya. Di luar, terlihat bayangan-bayangan bergerak-gerak, menyerupai siluet orang-orang yang mungkin juga pernah tertipu. Bella melihat sekelebat bayangan Bu Tejo yang menatapnya dengan mata merah menyala.
Bella berteriak, menutupi telinganya. Ia berlari keluar kamar, menuruni tangga, dan keluar rumah secepat kilat. Ia berlari sejauh mungkin, tanpa tujuan, napasnya tersengal-sengal.
Sejak malam itu, Bella benar-benar kapok. Ia tak pernah lagi melirik grup-grup cuan instan. Ia bekerja keras, apa adanya. Setiap kali ada iklan penipuan, ia akan gemetaran dan langsung menceritakan kisah horornya, berharap tak ada lagi yang terjerumus seperti dirinya.