_________________________________
Bang Kumpai menatap laptopnya dengan berlinang air mata. Layar hitam pekat itu seolah mengejek kepanikannya. Padahal, lima menit lagi presentasi penting dengan klien Jepang via Zoom! Keringat dingin mulai membasahi dahi dan kerah bajunya. Dicobanya menekan tombol power berkali-kali, mencabut-colok kabel, bahkan sedikit mengguncangnya (meski ia tahu itu sia-sia). Nihil. Laptop kesayangannya itu benar-benar mati suri.
"Haduh, gimana ini?!" gumam Bang Kumpai panik.
Temannya, Rian, yang kebetulan sedang main ke kosannya, menepuk bahunya. "Tenang, Bang. Coba bawa ke 'Servis Kilat Barokah' di ujung gang sana. Katanya cepet dan jago."
Bang Kumpai mengernyit. "Servis Kilat Barokah? Nggak salah dengar? Kayak nama warung makan."
"Udah, coba aja dulu! Daripada klien lo ngamuk?"
Setengah hati, Bang Kumpai memasukkan laptopnya ke tas dan bergegas menuju tempat servis yang direkomendasikan Rian. Dalam bayangannya, tempat servis itu pasti sempit, agak gelap, dengan teknisi bapak-bapak berkumis tebal yang tangannya penuh oli.
Sesampainya di depan ruko kecil bertuliskan "Servis Kilat Barokah: Solusi Cepat Masalah Gadget Anda", Bang Kumpai menarik napas. Bismillahirrahmanirrahim, semoga laptopku bisa hidup lagi, batinnya.
Ia mendorong pintu kaca dan... DEG!
Jantung Bang Kumpai serasa berhenti berdetak sepersekian detik, lalu berpacu kencang seperti genderang mau perang. Di balik meja penerima tamu, duduk seorang perempuan muda. Cantik? Itu belum cukup menggambarkannya. Wajahnya teduh, senyumnya manis, dan yang paling menarik perhatian Bang Kumpai adalah jilbab motif batik modern yang membingkai wajah ayunya dengan sempurna. Jauh dari bayangan teknisi berkumis tebal penuh oli!
"Selamat siang, Mas. Ada yang bisa dibantu?" sapa perempuan itu dengan suara lembut yang membuat lutut Bang Kumpai lemas seketika.
Bang Kumpai mengerjap, mencoba menguasai diri. "Eh... iya, Mbak... ini... laptop saya..." Bang Kumpai mati gaya. Kata-kata yang sudah ia siapkan buyar entah ke mana. Yang ada di kepalanya hanya: Ya Allah, ini tukang servis apa bidadari salah tempat?
"Laptopnya kenapa, Mas?" tanya perempuan itu lagi, masih dengan senyum ramahnya. Ia bangkit dan mendekat, aroma parfum lembut menguar.
"M-mati total, Mbak. Nggak mau nyala sama sekali. Padahal... padahal data penting semua di situ," jawab Bang Kumpai terbata-bata, berusaha keras tidak menatap langsung ke mata indah di depannya. Susah!
Perempuan itu – yang Bang Kumpai lihat dari name tag di dadanya bernama "Maya" – mengambil laptop Bang Kumpai dengan cekatan. Jari-jarinya yang lentik bergerak lincah di atas keyboard dan port. Bang Kumpai hanya bisa menelan ludah. Fokus, Kumpai, fokus! Ingat klien Jepang! Tapi hatinya malah berteriak, Lupakan Jepang, ini Indonesia Raya!
Maya menyambungkan kabel power laptop Bang Kumpai ke stop kontak di dekatnya. Lalu, dengan santai ia menekan tombol power.
Beep!
Layar laptop Bang Kumpai menyala terang, menampilkan logo Windows yang selama beberapa menit terakhir begitu dirindukannya.
Bang Kumpai melongo. Maya tersenyum kecil.
"Loh, Mas? Ini nyala kok," kata Maya. Ia lalu menunjuk ke salah satu tombol fungsi. "Oh, sepertinya tadi cuma masalah kecerahan layarnya aja. Mungkin nggak sengaja kepencet tombol function yang bikin layarnya jadi redup banget sampai kelihatan mati."
Bang Kumpai: "..." (Hening, loading, lalu wajahnya memerah padam).
Rasanya Bang Kumpai ingin menghilang ditelan bumi. Jadi, kepanikan setengah matinya, keringat dinginnya, bayangan klien Jepang yang mengamuk, semua itu hanya karena... layar terlalu redup?! Dan dia sampai harus membawanya ke tempat servis?!
"Hehehe..." Bang Kumpai tertawa hambar, menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Wah... iya ya, Mbak. Kok saya nggak kepikiran ya? Maaf ya, Mbak, jadi ngerepotin. Panik banget tadi soalnya."
Maya terkekeh pelan. "Nggak apa-apa, Mas. Sering kok kejadian kayak gini. Yang penting kan laptopnya sudah normal lagi."
"Iya, Mbak. Alhamdulillah. Berapa biaya servisnya, Mbak?" tanya Bang Kumpai sambil merogoh dompet, masih menahan malu.
"Nggak usah, Mas. Cuma gitu aja kok," jawab Maya sambil tersenyum. "Lain kali kalau ada masalah lagi, jangan panik dulu ya, Mas. Cek dulu hal-hal yang dasar."
Hati Bang Kumpai makin klepek-klepek. Sudah cantik, baik hati, jago servis pula!
"Makasih banyak ya, Mbak Maya. Mbak bener-bener... penyelamat hari ini," kata Bang Kumpai tulus, kali ini berani menatap langsung. Senyum Maya makin lebar.
"Sama-sama, Mas."
Sambil berjalan keluar dari "Servis Kilat Barokah", Bang Kumpai senyum-senyum sendiri. Malu sih iya, tapi ada rasa geli sekaligus kagum. Ia jadi berpikir, mungkin laptopnya sengaja 'mati suri' biar dia bisa ketemu Mbak Maya.
Hikmah di Dalamnya:
* Jangan Panik Berlebihan: Saat menghadapi masalah (apalagi teknologi), coba tetap tenang dan periksa hal-hal mendasar terlebih dahulu sebelum menyimpulkan yang terburuk. Kadang solusinya sangat sederhana.
* Jangan Menilai dari Penampilan atau Nama: Tempat bernama "Servis Kilat Barokah" ternyata punya teknisi secantik dan seprofesional Maya. Jangan meremehkan atau berasumsi hanya berdasarkan kesan pertama atau stereotip. Keahlian bisa datang dari siapa saja.
* Kecantikan dan Kompetensi Bisa Berjalan Beriringan: Perempuan bisa tampil menarik dan tetap ahli di bidang yang mungkin dianggap 'maskulin' seperti reparasi elektronik.
Dan mungkin, hikmah tambahan untuk Bang Kumpai: lain kali kalau laptopnya error, dia tahu harus ke mana. Bukan cuma buat servis laptop, tapi mungkin juga buat 'servis' hati yang mulai korslet karena Mbak Maya. Haha!
__________
By : Karim
shopee.co.id/harjuanto01