_________________
Di sebuah desa kecil yang dikelilingi oleh kebun-kebun hijau, tinggal seorang pemuda bernama Astutio. Ia terkenal di kalangan warga desa sebagai sosok yang baik hati dan selalu siap membantu siapa saja yang membutuhkan. Setiap bulan Ramadan, Astutio memiliki tradisi unik yang membuatnya semakin dikenang: ia menyuntikkan "tawon" kepada siapapun yang ingin mendapatkan keberkahan. Bukanlah tawon yang sesungguhnya, melainkan metafora untuk kebaikan dan semangat berbagi.
Suatu hari, ketika bulan Ramadan kembali hadir, Astutio mengundang semua tetangga dan teman-temannya untuk berkumpul di halaman rumahnya. Ia sudah menyiapkan sepuluh stoples berisi berbagai macam kebaikan kecil: makanan untuk orang yang kurang mampu, sumbangan untuk panti asuhan, dan hadiah untuk anak-anak yatim. Di hadapan mereka, Astutio berkata, "Mari kita suntikkan kebaikan kepada sepuluh orang yang membutuhkan di bulan penuh berkah ini."
Satu per satu, mereka mulai beraksi. Astutio mengajak teman-temannya untuk mengantarkan makanan kepada keluarga yang kehilangan pekerjaan, memberikan mainan kepada anak-anak, dan menyumbangkan pakaian layak pakai. Setiap kali mereka melakukan kebaikan, Astutio mengajak semua orang bersorak, seolah-olah mereka sedang menyuntikkan energi positif ke dalam jiwa orang-orang yang mereka bantu.
Hari demi hari berlalu, dan sepuluh suntikan kebaikan itu ternyata membawa dampak yang luar biasa. Warga desa saling berbondong-bondong untuk ikut berpartisipasi, menyebarkan semangat berbagi hingga ke pelosok desa. Dalam semangat bulan Ramadan, Astutio dan teman-temannya berhasil mengumpulkan lebih dari sepuluh kali lipat dari yang mereka rencanakan.
Suatu malam, setelah selesai melaksanakan shalat tarawih, penduduk desa berkumpul di masjid untuk merayakan keberhasilan itu. Mereka berbagi cerita tentang pengalaman menyenangkan saat melakukan kebaikan. Di tengah keramaian, Astutio berdiri dan berkata, "Kebaikan itu seperti tawon, meski kecil, tapi bisa memberikan dampak besar jika kita bersama-sama. Mari kita teruskan tradisi ini, tidak hanya di bulan Ramadan, tetapi sepanjang tahun."
Senyum dan tawa memenuhi masjid. Semua orang merasakan kehangatan di hati mereka. Astutio pun berharap, semoga setiap suntikan kebaikan yang mereka berikan selama bulan yang penuh berkah ini akan mengalir kembali kepada mereka dalam bentuk kebahagiaan dan keberkahan yang tak terduga.
Dan begitulah, di bulan penuh berkah itu, Astutio dan seluruh warga desa mengingat bahwa kebaikan tidak hanya tentang memberi, tetapi juga tentang menyebarkan semangat untuk saling peduli dan mencintai. Mereka pun berjanji untuk saling mendukung dalam setiap langkah kebaikan, menyuntikkan tawon kebaikan di hati masing-masing.
_________
By : Karim