-------------------------------------
Di sebuah desa yang dikelilingi oleh hamparan sawah yang hijau dan pegunungan yang menjulang, tinggal seorang nenek bernama Nenek Siti. Meski usianya telah menginjak enam puluh tahun, semangat hidupnya tak kunjung pudar. Nenek Siti dikenal sebagai sosok yang ramah dan penuh kasih sayang. Setiap pagi, ia menghabiskan waktu di kebun kecilnya, merawat tanaman sayuran dan bunga-bunga yang mekar indah. Namun, di balik senyumnya yang menawan, terdapat rasa kesepian yang mendalam....
Nenek Siti adalah seorang janda sejak suaminya meninggal sepuluh tahun lalu. Sejak saat itu, ia berusaha menjalani hidupnya dengan penuh kemandirian, meski terkadang rasa sepi menghampiri. Anak-anaknya telah berkeluarga dan tinggal di kota, membuatnya semakin merasa kehilangan teman sejati untuk berbagi cerita dan pengalaman hidup.
Suatu hari, saat Nenek Siti sedang duduk di beranda sambil menikmati kopi panas, ia melihat sekelompok ibu-ibu tetangga yang sedang bercengkerama. Mereka membicarakan tentang kebahagiaan dan kesedihan dalam kehidupan pernikahan. Mendengar cerita mereka, Nenek Siti merasa tergerak untuk ikut berpartisipasi. Ia pun mulai bercerita tentang kenangan indah bersama suaminya, bagaimana mereka saling mendukung dan mencintai. Namun, di dalam hati kecilnya, ada kerinduan untuk memiliki pasangan hidup kembali.
Setelah berpikir panjang, Nenek Siti memutuskan untuk mencari cinta sejatinya kembali. Ia mulai memperbaiki penampilannya, mengenakan kebaya yang indah dan menyisir rambutnya dengan rapi. Ternyata, penampilannya yang sederhana namun anggun membuatnya terlihat seperti bidadari di mata warga desa. Berita tentang Nenek Siti yang ingin mencari suami pun menyebar dengan cepat.
Pada suatu malam, diadakan sebuah acara di balai desa. Semua warga berkumpul untuk merayakan panen raya. Nenek Siti pun hadir dengan penuh semangat. Di tengah keramaian, ia bertemu dengan seorang pria paruh baya bernama Pak Umar. Pak Umar adalah seorang duda yang juga merasakan kesepian setelah ditinggal pergi oleh istrinya. Mereka berdua pun mulai mengobrol, berbagi cerita tentang kehidupan masing-masing.
Seiring waktu, hubungan mereka semakin dekat. Nenek Siti merasa nyaman berada di samping Pak Umar, sementara Pak Umar terpesona oleh keceriaan dan kebaikan hati Nenek Siti. Mereka sering menghabiskan waktu bersama, baik itu bercocok tanam di kebun atau sekadar berbincang di bawah sinar bulan. Rasa cinta yang tulus mulai tumbuh di antara mereka, menghapus kesepian yang telah lama menggelayuti hati masing-masing.
Akhirnya, di hadapan keluarga dan teman-teman, Nenek Siti dan Pak Umar memutuskan untuk melanjutkan hubungan mereka ke jenjang yang lebih serius. Dengan sepenuh hati, mereka mengucapkan janji setia untuk saling mencintai dan mendampingi di sisa hidup mereka. Kebahagiaan pun meliputi desa tersebut, sebagai bukti bahwa cinta tidak mengenal usia. Nenek Siti, si bidadari desa, menemukan kembali cinta yang selama ini dicari.
Kisah Nenek Siti dan Pak Umar menjadi inspirasi bagi banyak orang, bahwa cinta sejati dapat ditemukan kapan saja, meskipun di usia senja. Mereka berdua membuktikan bahwa kebahagiaan tidak terhalang oleh waktu, dan bahwa cinta yang tulus akan selalu menemukan jalannya, seperti bunga yang mekar di musim semi.
___________
By : Karim