Tema Sel, 29 Okt 24
________________________________
Sungguh terdiam aku sejenak melihat lo rela merangkak jauh untuk memperjuangkan bukan harta dan hak milikmu. Di tengah kesibukan kota yang tak pernah tidur, saat itu aku duduk di sebuah kafe kecil dengan secangkir kopi di tangan.
Di luar, di tepi jalan yang ramai, aku melihatmu, sosok yang biasa saja namun memiliki keteguhan luar biasa.
Kau merangkak, melawan kerumunan yang tak peduli. Langkahmu tidak mudah, penuh rintangan. Setiap kali terjatuh, kau bangkit lagi, seolah tidak mengenal kata menyerah.
Aku mengamati dari jauh, hatiku bergetar melihat dedikasi yang kau tunjukkan. Apa yang kau cari di tengah jalan yang penuh tantangan ini?
Melihatmu, aku teringat akan sebuah cerita yang sering diceritakan nenekku. Tentang seorang pejuang yang tak pernah menginginkan kekayaan, hanya berjuang untuk keadilan.
Mungkin itulah yang kau lakukan, memperjuangkan suara-suara yang tak terdengar, harapan-harapan yang tersisih.
Setiap gerakanmu adalah pernyataan bahwa ada yang lebih penting daripada sekadar memiliki.
Orang-orang di sekelilingmu tidak mengerti. Mereka terbawa arus, sibuk dengan hidup masing-masing, terjebak dalam rutinitas.
Namun, kau mengingatkan aku akan arti keberanian yang sesungguhnya. Bukankah perjuanganmu ini adalah untuk mereka yang tak punya suara? Kau adalah cahaya di tengah gelap, memperjuangkan hak-hak yang seharusnya dimiliki oleh semua.
Ketika kau akhirnya mencapai tujuanmu, aku bisa melihat sinar di matamu. Mungkin bukan hanya kemenangan yang kau rasakan, tetapi juga kedamaian.
Dengan langkah gemetar, kau berbicara kepada mereka yang menunggu. Suaramu tak pernah terdengar lebih jelas, penuh harapan dan semangat. Kau memberi mereka alasan untuk percaya, untuk bermimpi lagi.
Aku terdiam, terpesona oleh keberanian dan ketulusanmu. Di saat semua orang mengejar kesenangan dan materi, kau memilih jalan yang tak mudah.
Mengingatkan kita semua bahwa hidup ini lebih dari sekadar memiliki, tetapi tentang memberi, berjuang, dan menginspirasi.
Saat kau kembali ke kafe, peluh membasahi dahi, dan senyum di wajahmu adalah hadiah terindah. Tanpa berkata sepatah kata pun, aku tahu bahwa perjalananmu bukan hanya untuk dirimu.
Kau adalah perwujudan dari harapan dan keberanian yang tak kenal lelah. Dan aku, di sini, merasa terhormat bisa menyaksikan perjuanganmu.
Kau mungkin tidak mencari pengakuan, tapi izinkan aku memberitahumu satu hal: dunia ini membutuhkan lebih banyak orang sepertimu. Yang siap merangkak, berjuang, dan memperjuangkan sesuatu yang lebih besar dari diri mereka sendiri.
Sejenak, aku merasa terinspirasi untuk ikut serta. Mungkin saatnya aku juga bergerak, menuju tujuan yang lebih berarti.
Satu kata masih terkunci merangkak bukan hak milik sendiri sudah saatnya di sudahi.
_____________
_Edisi terbaru_