(Catatan: Cerita ini adalah karya fiksi yang menggunakan karakter dari dunia Harry Potter untuk tujuan hiburan semata. Cerita, alur, dan karakteristik para tokoh tidak berhubungan dengan alur cerita resmi.)
Perhatian Tersembunyi
Hubungan rahasia antara Draco dan Aya dimulai dengan penuh kehati-hatian. Draco, yang dulunya terkenal dengan sikapnya yang angkuh, kini menunjukkan sisi lain dari dirinya. Ia mulai menunjukkan perhatian kecil pada Aya, perhatian yang hanya bisa dilihat oleh Aya sendiri.
Suatu hari, saat Aya sedang duduk di bangku di tepi danau, ia merasa kedinginan. Tiba-tiba, sebuah jubah Slytherin jatuh di atas bahunya. Aya menoleh, dan melihat Draco berjalan pergi, berpura-pura tidak terjadi apa-apa.
"Draco," panggil Aya, "Kenapa kau memberiku jubahmu?"
Draco berhenti, tanpa menoleh. "Kau terlihat kedinginan. Jangan salah sangka, aku tidak ingin kau sakit."
Aya tersenyum, hatinya terasa hangat. "Terima kasih."
Draco hanya mengangguk, lalu melanjutkan jalannya. Ia tidak tahu, bahwa Aya melihatnya tersenyum tipis, saat ia membuang pandangannya.
Di hari lain, Aya sedang berjalan di lorong, dan ia melihat Draco sedang memarahi Crabbe dan Goyle.
"Jangan berani-berani kalian sentuh dia!" desis Draco, suaranya tajam. "Jika aku melihat kalian mengganggunya, aku akan membuat hidup kalian sengsara."
Aya bersembunyi di balik pilar, mendengarkan percakapan mereka. Ia merasa terharu. Draco tidak hanya melindunginya, tapi ia juga melindunginya dari teman-temannya sendiri.
Suatu malam, Aya kembali ke asramanya. Ia melihat sebuah kotak kecil di atas mejanya. Di dalamnya, ada sebuah cincin perak dengan ukiran bunga sakura. Aya tahu, itu dari Draco.
Ia memakai cincin itu, dan merasa bahagia. Ia merasa dicintai dan dilindungi. Ia tahu, Draco tidak akan pernah bisa menunjukkan perasaannya di depan umum, tapi ia juga tahu, Draco akan selalu ada untuknya.
Draco, di sisi lain, merasa senang melihat Aya memakai cincin itu. Ia merasa bahagia, tapi juga cemas. Ia tahu, jika hubungan mereka terbongkar, itu akan menjadi masalah besar. Namun, ia tidak peduli. Ia hanya ingin Aya bahagia.
"Aku akan melindungimu, Aya," bisik Draco, saat ia melihat Aya dari jauh. "Aku tidak peduli dengan orang lain. Aku hanya ingin kau bahagia."
Aya dan Draco terus merahasiakan hubungan mereka, tapi mereka tahu, cinta mereka akan tumbuh dan menguat, dan suatu hari, mereka akan siap untuk menghadapi semua rintangan yang datang.
Perpecahan dan Persahabatan Baru
Aya duduk sendirian di meja Ravenclaw saat makan malam. Ia melihat ke arah meja Gryffindor, di mana teman-temannya sedang tertawa dan bercanda, seolah ia tidak pernah ada. Hatinya terasa sakit. Ia sudah mencoba meminta maaf, tapi mereka menolak untuk mendengarkannya.
Tiba-tiba, ia mendengar suara lembut di sampingnya. "Bolehkah aku duduk di sini?"
Aya menoleh, dan melihat Cho Chang berdiri di sampingnya, memegang nampan makanan.
"Tentu saja, Cho," jawab Aya, terkejut.
Cho duduk di seberangnya. "Aku melihatmu sendirian," katanya. "Dan aku tahu, ada sesuatu yang tidak beres."
Aya tersenyum getir. "Teman-temanku marah padaku."
"Aku tahu," kata Cho, "Aku mendengar beberapa hal. Tapi, aku juga tahu, kau bukan orang yang jahat. Dan aku percaya, ada alasan di balik semua yang kau lakukan."
Aya menatap Cho, matanya berkaca-kaca. "Terima kasih."
"Aku melihatmu sering bersama Draco Malfoy," kata Cho, suaranya pelan. "Aku tahu, dia adalah musuh dari teman-temanmu. Tapi... aku melihat cara dia memandangmu. Cara dia tersenyum saat kau tidak melihatnya."
Aya menunduk, tidak bisa berkata apa-apa. Ia merasa, Cho telah melihat rahasia di dalam hatinya.
"Aku tidak akan bertanya apa-apa," kata Cho, "Tapi, jika kau butuh teman, aku akan ada di sini untukmu."
Aya mendongak dan menatap Cho. Ia merasa sangat lega. Ia merasa, ia tidak sendirian lagi.
"Terima kasih, Cho," bisik Aya.
Sejak saat itu, Cho dan Aya menjadi teman. Mereka belajar bersama di perpustakaan, mengobrol tentang pelajaran dan kehidupan, dan menghabiskan waktu bersama. Cho tidak pernah bertanya tentang Draco, dan ia selalu ada untuk Aya saat Aya membutuhkannya.
Suatu hari, Cho bertanya pada Aya, "Kau tidak perlu khawatir. Suatu saat, mereka akan mengerti."
"Aku tidak tahu," jawab Aya, "Mungkin aku sudah kehilangan mereka."
Cho memegang tangan Aya. "Tidak. Persahabatan sejati tidak akan hilang begitu saja. Mungkin mereka hanya butuh waktu. Dan saat mereka sudah siap, mereka akan kembali."
Aya tersenyum. Ia merasa beruntung memiliki Cho. Cho adalah teman yang baik, yang menerima dirinya apa adanya, tanpa syarat. Dan ia tahu, suatu saat, ia harus berani menghadapi teman-temannya, dan menjelaskan semua yang terjadi.