Keesokan harinya, Yn bertemu dengan Cedric Diggory dan Luna Lovegood di koridor. Cedric terlihat gugup, tangannya menggosok-gosok lehernya.
"Yn, Luna, aku butuh bantuan kalian," ucap Cedric. "Aku ingin mengajak Cho Chang kencan, tapi aku tidak tahu harus berbuat apa."
Luna tersenyum lembut. "Tentu saja, Cedric. Kau bisa membawanya ke Danau Hitam saat matahari terbenam. Pemandangan di sana sangat indah."
Yn menambahkan, "Atau, kau bisa mengajaknya ke Hogsmeade. Ada banyak tempat menarik di sana, seperti The Three Broomsticks atau Honeydukes."
Cedric mendengarkan dengan saksama. "Itu ide yang bagus. Tapi... aku tidak tahu bagaimana cara bicara dengannya. Aku takut aku akan membuat kesalahan."
Yn menyentuh bahu Cedric. "Jangan khawatir. Jadilah dirimu sendiri. Cho akan menyukai kejujuranmu."
Yn dan Luna terus memberikan saran, mulai dari cara berpakaian, topik pembicaraan, hingga hadiah kecil yang bisa diberikan kepada Cho.
"Ingat, Cedric," kata Luna, "Cho menyukai hal-hal yang tidak biasa. Jadi, jangan takut untuk menjadi unik."
Yn tersenyum. "Kau pasti bisa, Cedric. Kami akan mendukungmu."
Cedric mengangguk, senyumnya mengembang. "Terima kasih, kalian berdua. Aku tidak tahu harus berbuat apa tanpamu."
Mereka berdua melihat Cedric berjalan pergi, hatinya penuh dengan harapan. Yn merasa senang bisa membantu temannya, meskipun ia tahu bahwa kencan Cedric dan Cho akan mengingatkannya pada kencan singkatnya dengan Draco. Namun, Yn tidak peduli. Ia hanya ingin melihat teman-temannya bahagia.
Setelah melihat Cedric berjalan menjauh, Yn dan Luna melanjutkan perjalanan mereka menuju perpustakaan. Suasana di koridor sepi, hanya ada suara langkah kaki mereka berdua. Ujian akhir semester sudah di depan mata, dan mereka harus mempersiapkan diri.
Saat mereka sampai di depan pintu perpustakaan, suara isak tangis samar-samar terdengar dari dalam. Yn dan Luna saling berpandangan, lalu melangkah masuk dengan hati-hati.
Di salah satu sudut yang tersembunyi di rak buku, mereka melihat Hermione Granger. Matanya sembab, dan ia terlihat sangat tertekan. Di depannya, berdiri Draco Malfoy. Wajahnya terlihat pucat, dan ekspresinya tidak seperti biasanya yang sombong. Ada guratan cemas di sana.
"Aku tidak bisa, Draco," bisik Hermione di sela isakannya. "Aku tidak sanggup."
Draco hanya bisa menatapnya, tanpa berkata apa-apa. Ia terlihat tak berdaya. Ia hanya bisa melihat Hermione yang terisak dan gemetar ketakutan.
Yn dan Luna terkejut. Mereka tidak pernah membayangkan melihat Hermione, si Gadis Emas Gryffindor, menangis di depan Draco, musuh bebuyutan Harry Potter. Dan yang lebih mengejutkan lagi, Draco tidak sedang mengolok-oloknya. Ia hanya berdiri di sana, diam.
Yn dan Luna memutuskan untuk tidak mengganggu mereka. Mereka mundur perlahan, meninggalkan dua orang itu dengan rahasia mereka. Mereka tahu, ada sesuatu yang jauh lebih besar terjadi di Hogwarts, sesuatu yang tidak mereka ketahui.
Yn dan Luna memutuskan untuk menyelidiki apa yang terjadi antara Hermione dan Draco. Mereka mulai dari sumber yang paling jelas: Harry dan Ron.
Mencari Tahu dari Harry dan Ron
Mereka menemukan Harry dan Ron di ruang rekreasi Gryffindor. Setelah bertanya, Harry terlihat bingung dan Ron kesal.
"Aku tidak tahu apa yang kalian bicarakan," kata Harry dengan wajah datar. "Hermione hanya sedikit stres karena ujian."
Ron menyahut, "Draco? Malfoy? Pasti dia yang mengganggu Hermione. Aku akan menghajarnya!"
Jawaban mereka tidak membantu. Harry dan Ron terlihat menutupi sesuatu.
Mencari Petunjuk dari Si Kembar Weasley
Selanjutnya, Yn dan Luna mencari Fred dan George Weasley, yang dikenal memiliki informasi tentang hampir setiap hal yang terjadi di Hogwarts.
"Fred, George," panggil Luna. "Apa kalian tahu apa yang terjadi dengan Hermione?"
Fred menyeringai, "Ah, Hermione. Dia sedang menjalankan misi rahasia."
George menambahkan, "Misi yang berbahaya, dan dia melakukannya dengan seseorang yang tidak terduga."
Jawaban mereka, meskipun samar, memberikan petunjuk bahwa Hermione sedang berurusan dengan sesuatu yang lebih dari sekadar stres ujian.
Mengumpulkan Kepingan Teka-Teki
Yn dan Luna terus bertanya kepada siswa Gryffindor lainnya. Seorang siswa mengatakan, "Hermione membantu seseorang." Siswa lain menambahkan, "Seseorang yang berada dalam bahaya, tapi tidak bisa meminta bantuan."
Semua petunjuk itu seakan-akan merupakan bagian dari teka-teki yang sulit. Yn memikirkan semua yang telah ia dengar: Hermione yang stres dan menangis, Draco yang terlihat tidak berdaya, misi rahasia, seseorang yang berbahaya, dan seseorang yang tidak bisa meminta bantuan.
Pencerahan Yn
Kemudian, tiba-tiba, Yn mendapat pencerahan. Semua kepingan teka-teki itu bersatu dalam benaknya.
"Luna," bisik Yn, matanya melebar. "Aku tahu apa yang terjadi."
Luna menatap Yn dengan wajah penasaran. "Apa itu, Yn?"
"Hermione tidak menangis karena Malfoy mengganggunya. Dia menangis karena dia membantu Malfoy," jelas Yn. "Malfoy berada dalam bahaya. Dia memiliki tugas yang mematikan, dan dia tidak ingin melakukannya."
Yn teringat semua hal tentang Draco. Ayahnya, keluarganya, dan kenyataan bahwa Voldemort telah kembali. Yn tahu bahwa Draco, di balik semua kesombongannya, adalah seorang anak yang sedang ketakutan.
Yn melanjutkan, "Malfoy adalah Pelahap Maut. Itu adalah tugas yang diberikan oleh Voldemort kepadanya, dan dia tidak bisa menolaknya. Hermione, dengan kebaikannya yang luar biasa, sedang mencoba membantunya. Itulah mengapa dia stres dan tidak bisa sanggup."
Luna hanya mengangguk, matanya menatap Yn dengan pemahaman yang dalam. "Jadi, teka-teki itu adalah tentang sebuah rahasia yang tersembunyi di balik sebuah ancaman."
Yn merasa hatinya teriris. Ia tahu, di balik semua keangkuhan dan sikap dingin Draco, ada seorang anak yang sedang ketakutan. Ia tahu, Draco yang ia kenal, sahabat kecilnya, masih ada di dalam diri Pelahap Maut itu. Dan sekarang, ia juga tahu bahwa Hermione, sang pahlawan, sedang mengambil risiko yang sangat besar untuk membantu musuh mereka.