Dua gadis muda duduk dimeja cafe depan meja bar tempatku bekerja sebagai barista. Tampilannya seperti gadis muda kebanyakan dengan fasion santai.
"Cafenya bagus ya Lyn, ada kebun mawar di sampingnya." Celetuk salah satunya yang berbaju merah muda dengan rambut kuncir kuda.
"Iya bagus, jadi kelihatan lebih cerah" yang di panggil dengan nama Lyn menimpali seadanya.
"Tau nggak Lyn? Kebun bunga akan subur kalau kamu memberinya pupuk manusia" seloroh si baju merah muda, Lyn mengerutkan dahinya.
"Maksudnya?" Ujarnya tak mengerti.
"Kalo kita ngubur mayat manusia di bawah pohon mawar, pohon mawarnya akan umbuh subur dan banyak berbunga" Lyn menggeleng tak percaya.
"Masa sih?" Si baju merah muda tertawa,
"Aku bohong. Aku cuma abis baca novel pembunuhan kemaren, si pembunuh nanem bunga mawar yang pupuknya tubuh manusia" si baju merah muda bercerita.
"Dasar!" Lyn mendorong pelan dahi baju merah muda dengan telunjuk rampingnya.
"Eh Lyn, kamu punya kebun peony kan? Pupuknya apa? Kok subur banget"
"Manusia" jawab Lyn balas meledek.
"Ah dasar, ikut ikut!" Protes su baju merah muda.
"Eh, udah yuk! Udah sore, nanti di cariin mama" ajak si baju merah muda pada Lyn.
Dua gadis itu menyudahi acara ngopinya, berjalan ke arahku. Ya, ini memang cafe miliku dan karyawannya juga hanya aku. Mereka membayar dan pergi, meninggalkan sebuah pita rambut berwarna merah di meja karna sempat di lepas oleh gadi baju merah muda.
*****
Televisi menayangkan berita pagi, seorang gadis muda berbaju merah muda di temukan tewas di halte bus dengan luka robek di dadanya. Organ jantungnya menghilang di gantikan dengan pita rambut berwarna merah.
"Kebun bungan mawarku tidak memerlukan tubuh manusia yang kotor untuk menjadi pupuknya, cukup jantungnya saja. Sayangnya, kemarin hanya si baju merah muda yang kembali untuk mengambil pita rambutnya. Kalau teman nya ikut, pasti ada dua jantung untuk pupuk mawarku yang indah"