Senja merayap turun, mewarnai langit dengan gradasi jingga dan ungu, saat tetes pertama hujan jatuh. Bukan sekadar air yang membasahi bumi, tetapi juga kenangan yang mengalir deras dalam benakku. Sore itu, di bawah payung yang sama, kita berbagi cerita, tawa, dan mimpi.
Aromanya masih tercium jelas, aroma tanah basah dan wangi parfummu yang lembut menenangkan, bercampur menjadi melodi yang memanggil-manggil namamu. Setiap tetes hujan adalah bisikan rindu, setiap kilat adalah secercah harapan.
Kau ingatkah, saat jemariku menggenggam erat jemarimu, menyalurkan kehangatan di tengah dinginnya hujan? Saat mata kita bertemu, dunia seakan berhenti berputar. Hanya ada kita, hujan, dan cinta yang bersemi.
Namun, waktu memang kejam. Ia merenggutmu dari sisiku, meninggalkan luka yang menganga di hatiku. Kini, hujan sore itu hanya menjadi pengingat akan sebuah kisah yang tak mungkin terulang.
Aku berdiri di sini, di bawah langit yang sama, membiarkan hujan membasahi wajahku. Air mata dan air hujan bercampur menjadi satu, mengalirkan kesedihan yang tak terperi.
#DiarySenja