lanjut cerita tentang Draco Malfoy dan gengnya yang tiba-tiba mimpin senam pagi, pasti seru nih! Bakal ada interaksi antara Aya yang atletis tapi kadang kikuk, sama Draco yang biasanya cool tapi sekarang jadi instruktur senam. Kita lihat deh gimana jadinya!
Pagi berikutnya di Thousands of Memories, ada pengumuman mendadak dari Harry selaku ketua kelas.
“Oke, guys, dengerin sebentar ya. Hari ini ada sedikit perubahan jadwal. Pak Snape—eh, maksud gue Pak Budi—lagi ada urusan mendadak, jadi jam olahraga pagi ini ditiadakan. Tapi, sebagai gantinya…” Harry memberi kode ke arah Draco Malfoy, Gregory Goyle, dan Vincent Crabbe yang berdiri agak maju. “…hari ini, Draco dan teman-teman akan memimpin senam pagi!”
Sontak, seisi kelas riuh. Gimana ceritanya Draco Malfoy, yang biasanya paling males gerak, tiba-tiba jadi instruktur senam?
Ron Weasley langsung nyeletuk, “Hah?! Mimpi apa gue semalem? Malah si Malfoy yang mimpin senam?”
Hermione Granger menyikut Ron pelan. “Udah, Ron. Mungkin ini bagian dari program sekolah yang baru.”
Sementara itu, Aya Parker, dengan rambut hitamnya yang dikuncir rapi dan mata birunya yang tampak sedikit terkejut, hanya bisa mengerutkan kening. Sebagai seorang atlet yang kompetitif, dia biasanya paling semangat kalau urusan olahraga. Tapi melihat Draco yang jadi pemimpin, entah kenapa ada rasa aneh dalam dirinya.
Draco dengan gaya cool-nya, meskipun agak dipaksakan, maju ke depan kelas. Goyle dan Crabbe berdiri di sampingnya, tampak sedikit canggung.
“Baiklah, semuanya,” kata Draco dengan nada yang dibuat-buat bersemangat. “Pagi ini, kita akan melakukan senam ‘Pemanasan Ala Slytherin’!”
Seketika, Fred dan George Weasley tertawa terbahak-bahak. “Pemanasan ala Slytherin? Emangnya isinya nyindir orang sambil peregangan, ya?” celetuk Fred.
“Udah diem lo berdua!” balas Draco ketus. “Gerakan pertama, rentangkan tangan ke samping… seperti sedang menghindari bola Quidditch yang melesat!”
Gerakan senam yang dipimpin Draco ternyata jauh dari kata ‘benar’. Mereka lebih terlihat seperti orang yang sedang kebingungan daripada sedang berolahraga. Goyle dan Crabbe mengikuti gerakan Draco dengan kaku, sesekali bertabrakan satu sama lain.
Aya yang biasanya paling cepat menirukan gerakan olahraga, kali ini malah terlihat kesulitan. Dia mencoba mengikuti instruksi Draco, tapi gerakannya jadi terlihat kaku dan salah-salah.
“Eh, itu bukan gitu, Parker!” seru Draco tanpa sengaja. “Tangan lo kayak lagi nyari kancing yang hilang!”
Mendengar itu, Aya merasa sedikit tersinggung. Sifat kompetitifnya langsung muncul. “Enak aja! Gue cuma lagi nyoba variasi gerakan biar lebih menantang!” jawab Aya sedikit ketus. Padahal dalam hati, dia mengakui kalau gerakan Draco memang aneh.
George Weasley, yang melihat pacarnya sedikit kesal, langsung membela. “Santai aja, Dray. Yang penting kan niatnya buat gerak.”
“Iya, nih. Lagian, gerakan lo juga aneh kayak cacing kepanasan,” timpal Ron tanpa filter.
Draco mendengus. “Yang penting gue udah berusaha! Sekarang gerakan selanjutnya… eh, apa ya?” Draco terlihat bingung dan menoleh ke arah Goyle dan Crabbe yang juga tampak clueless.
Melihat kekacauan itu, Cedric Diggory, sang wakil ketua kelas yang selalu sigap, maju ke depan. “Draco, mungkin gue bisa bantu. Gue ada beberapa gerakan senam dasar yang bisa kita ikutin bareng-bareng.”
Dengan bantuan Cedric, senam pagi itu akhirnya berjalan lebih lancar, meskipun tetap diwarnai tawa dan celetukan dari anak-anak Thousands of Memories. Aya, meskipun sempat kikuk, akhirnya bisa mengikuti gerakan dengan lebih baik. Sifat kompetitifnya membuatnya berusaha sekuat tenaga untuk tidak kalah dari yang lain, meskipun dia harus mengakui dalam hati kalau Draco Malfoy ternyata tidak berbakat dalam hal memimpin senam.
Setelah senam selesai, Aya menghampiri George yang sedang tertawa bersama Fred.
“Itu tadi… ‘Pemanasan Ala Slytherin’ bener-bener konsep yang unik,” kata Aya sambil tersenyum geli.
George merangkul pacarnya. “Iya, kan? Kreatif abis! Lain kali, biar lo aja deh yang mimpin. Gue yakin gerakan lo lebih bener daripada gerakan ‘nyari kancing hilang’ ala Draco.”
Aya tertawa. “Mungkin aja. Tapi jujur, tadi gue agak kesulitan ngikutinnya. Gerakannya aneh banget.”
“Makanya, lain kali kita ajarin Draco gerakan yang bener. Biar dia enggak malu-maluin lagi,” timpal Fred sambil tertawa.
Meskipun penuh kekacauan, momen Draco dan gengnya mimpin senam pagi itu jadi salah satu memori tak terlupakan bagi kelas Thousands of Memories. Mereka jadi punya bahan lelucon baru untuk diledek ke Draco, dan Aya belajar satu hal: meskipun dia atletis, ada beberapa hal di dunia ini yang memang di luar keahliannya, dan itu tidak masalah. Yang penting adalah mencoba dan menikmati setiap momen, bahkan yang sekacau senam pagi ala Draco Malfoy.
(Seketika, seisi kelas tertawa terbahak-bahak...)
Senam pagi yang aneh ala Draco Malfoy memang meninggalkan kesan mendalam. Namun, momen senam yang lucu itu segera terlupakan ketika sosok Cho Chang berdiri di depan kelas, dengan buku catatan kecil di tangannya.
Wajah Cho, yang biasanya manis dan ceria, kini berubah 180 derajat. Matanya menatap tajam ke setiap sudut kelas, seolah mencari mangsa. Seketika, semua obrolan dan tawa terhenti. Keheningan mencekam menyelimuti Thousands of Memories.
Harry Potter menelan ludah. "Kenapa, Cho? Ada yang salah?"
Cho tidak menjawab Harry, melainkan menatap langsung ke arah Fred dan George. "Uang kas," katanya dengan nada datar dan dingin. "Hari ini batas akhir pembayaran. Dan sepertinya, ada beberapa nama yang masih nunggak."
Seketika, beberapa siswa berbisik pelan, "Ibu Cho sudah datang..."
Fred Weasley, yang tadi masih tertawa, langsung pucat. "Cho, santai aja, dong. Kita baru mau bayar, kok. Nanti setelah pulang sekolah."
Mata Cho menyipit. "Kamu pikir saya bodoh, Fred Weasley? 'Nanti setelah pulang sekolah' itu adalah alasan paling basi yang pernah saya dengar."
"Beneran, Bu Cho!" timpal George Weasley. "Uang kami cuma… eh, kebetulan habis dipakai untuk riset pasar. Iya, riset pasar! Untuk menentukan minat pasar terhadap produk-produk inovatif dari kami!"
Aya Parker, yang duduk di sebelah George, hanya bisa menahan tawa. George menoleh ke arah Aya, berharap pacarnya itu membela. Tapi Aya hanya tersenyum dan menggelengkan kepala, seolah berkata, 'Maaf, George. Kali ini kamu urus sendiri.'
"Riset pasar apa?" tanya Cho sinis. "Riset pasar untuk bahan prank baru, kan? Uang kas itu untuk kas kelas, bukan untuk modal usaha kalian!"
Cho lalu mengalihkan pandangannya ke Ron Weasley, yang langsung pura-pura sibuk mengikat tali sepatu.
"Ron Weasley," panggil Cho. "Kamu sudah bayar?"
Ron mendongak dengan wajah panik. "Eh… aku… aku lupa bawa dompet, Cho. Serius!"
"Jangan alasan! Kamu selalu bawa dompet," balas Cho. "Lupa bawa dompet atau uangnya yang lupa kamu bawa?"
Draco Malfoy, yang sudah membayar uang kas tepat waktu, hanya menyeringai puas. "Makanya, jadi anak jangan males-malesan. Bayar ya bayar," sindir Draco.
"Diem lo, Malfoy!" balas Ron kesal.
Cho menatap Ron dan Fred-George dengan tatapan maut. "Dengerin baik-baik. Saya kasih kalian waktu sampai besok pagi. Kalau besok uang kas kalian belum lunas, jangan salahkan saya kalau nama kalian ada di daftar yang akan saya tempel di papan pengumuman. Dan itu artinya... kalian akan saya kejar sampai ke kantin."
Ancaman itu berhasil membuat trio Weasley gemetar. Mereka tahu, jika Ibu Cho sudah mengeluarkan ultimatum, tidak ada jalan lain selain patuh.
"Oke! Oke! Kita bayar besok pagi!" ucap Fred dan George serempak.
Cho tersenyum puas, senyum yang seketika membuat wajahnya kembali manis. "Nah, gitu dong. Saya kan cuma mau ingatkan. Kasihan lho, kalau uang kas kita nggak terkumpul, nanti acara kelas bisa batal."
Setelah Cho duduk kembali, satu kelas langsung menghela napas lega. "Hampir saja..." bisik Neville Longbottom kepada Ron.
Ron, yang masih shock, hanya mengangguk pelan. "Gila, galaknya Cho nggak main-main. Panggilan 'Ibu Cho' itu emang pantes banget buat dia."
Di sisi lain, George Weasley menyenggol Aya. "Kamu nggak bantuin aku, lho."
Aya tertawa kecil. "Maaf, George. Aku nggak mau jadi korban 'Ibu Cho'. Aku atlet, bukan martir."