Alessia Peligrosa Morano, putri tunggal Vincenzo "Il Re" Morano, Raja paling berpengaruh dan
ditakuti di seluruh dunia. Ayahnya memimpin kerajaan bayangan dengan tangan besi, dan dia
tumbuh di bawah didikan ayahnya yang keras. Ketika ayahnya meninggal akibat perang dua
tahun lalu, dia mewarisi tahta keluarga dan menjadi target banyak musuh.
Terlahir dari keluarga Morano dan didik sedemikian rupa, membuat dia dapat menggunakan
kecerdasan, keberanian, dan strateginya yang rapi untuk menghadapi mereka yang ingin
mengambil alih kekuasaan dan menghancurkan nama keluarga. Alessia membuktikan diri
sebagai pemimpin yang tangguh dan cerdas, mampu menghadapi tantangan dan
mempertahankan kekuasaan keluarga. Dia menjadi pewaris sejati tahta ayah, dan nama
Morano tetap menjadi kekuatan yang diperhitungkan di dunia.
Dengan keberanian dan kecerdasan, Alessia menjaga warisan ayah dan memimpin kerajaan
bayangan dengan tangan besi, membuat keputusan yang tepat dan strategis untuk
mempertahankan kekuasaan keluarga. Dia memiliki jaringan mata-mata dan informan yang
luas, sehingga dia selalu tahu apa yang terjadi di setiap sudut dunia. Musuh-musuh keluarga
Morano mencoba menyerang, tapi dia selalu siap.
Dia menggunakan kecerdasan dan kekuatan untuk menghadapi mereka, dan dia tidak pernah
ragu untuk mengambil keputusan yang keras. Alessia menjadi legenda di dunia bawah tanah,
nama yang disebut-sebut dengan rasa hormat dan takut. Dia telah membuktikan diri sebagai
pewaris sejati tahta ayahnya, dan dia tidak akan pernah membiarkan siapa pun mengambil alih
kekuasaan keluarga.
Suatu hari, Alessia duduk di ruang pribadinya, memandang keluar jendela sambil memikirkan
strategi untuk menghadapi musuh-musuh keluarga Morano. Tiba-tiba, pintu terbuka dan salah
satu pengawalnya masuk.
"Alessia, ada tamu yang ingin bertemu denganmu," katanya.
Aku mengangkat alis, penasaran siapa yang berani datang ke kerajaan keluarga Morano tanpa
diundang. Ketika aku melihat tamu itu, aku langsung tahu bahwa ini adalah utusan dari kerajaan
sebelah, keluarga Russo.
"Ah, Alessia Peligrosa Morano," kata utusan itu dengan senyum sinis. "Aku adalah Leonardo
Russo, putra sulung keluarga Russo. Aku datang untuk menyampaikan pesan dari ayahku."
Alessia memandanginya dengan dingin tanpa satu kata pun. "Pesan ayahku adalah bahwa
keluarga Russo tidak akan pernah mengakui kekuasaan keluarga Morano," katanya dengan
nada sombong. "Kami akan mengambil alih kekuasaan dan menghancurkan nama keluarga
Morano."
Aku tersenyum, tidak terpengaruh oleh ancaman itu. "Keluarga Russo telah mencoba
mengambil alih kekuasaan selama bertahun-tahun, tapi selalu gagal. Aku tidak berpikir kali ini akan berbeda. Leonardo Russo memandanginya dengan mata yang penuh kebencian. "Kamu tidak tahu apa
yang kamu hadapi, Alessia. Keluarga Russo memiliki kekuatan dan jaringan yang luas. Kami
tidak akan pernah kalah."
Aku memandangiinya dengan mata yang dingin. "Aku sudah siap untuk menghadapi keluarga
Russo. Aku tidak akan pernah mundur."
Pertengkaran antara kami semakin memanas. "Kamu tidak tahu apa yang kamu lakukan,
Alessia," kata Leonardo dengan nada tinggi. "Kamu hanya akan membawa keluarga Morano ke
jurang kehancuran."
Aku membalas dengan nada yang sama. "Aku tidak butuh saran dari kamu, Leonardo. Keluarga
Morano telah berdiri selama bertahun-tahun, dan aku tidak akan membiarkan siapa pun
menghancurkannya."
Leonardo tertawa sinis. "Kamu pikir kamu bisa melindungi keluarga Morano? Kamu hanya
seorang wanita lemah yang tidak tahu apa-apa tentang dunia ini."
Aku merasa marah dan tersinggung. "Aku tidak lemah, Leonardo. Aku adalah pewaris tahta
keluarga Morano, dan aku akan melakukan apa saja untuk melindungi keluarga dan nama baik
kami."
Pertengkaran mereka semakin memanas, sampai pengawal-pengawal mereka harus campur
tangan untuk mencegah mereka bertengkar.
"Cukup, Alessia," kata salah satu pengawalnya. "Jangan biarkan dia memancing kamu."
Alessia mengambil napas dalam-dalam dan mencoba menenangkan diri. "Baiklah, Leonardo.
Kamu sudah menyampaikan pesanmu. Sekarang, silakan pergi dan terimakasih telah datang
walau tanpa undangan."
Leonardo memandangiku dengan mata yang penuh kebencian sebelum akhirnya pergi dengan
pengawalnya. Aku memandangi pintu yang tertutup, merasa bahwa pertengkaran ini belum
berakhir.
"Brengsek," gumamnya.
Hari berikutnya, Alessia tiba-tiba menerima laporan bahwa keluarga Russo telah melakukan
serangandadakan terhadap salah satu gudang keluarga Morano. Dia langsung memerintahkan
para pengawalnya untuk melakukan pembalasan.
Pertempuran sengit terjadi di jalan-jalan kota, dengan kedua belah pihak saling menyerang dan
mempertahankan diri. Alessia memimpin pasukan keluarga Morano, menggunakan kecerdasan
dan kekuatan untuk menghadapi musuh.
Pertumpahan darah terjadi di mana-mana, dengan mayat-mayat bergelimpangan di jalan.
Leonardo Russo sendiri muncul di medan pertempuran, dengan mata yang penuh kebencian terhadap Alessia . Alessia memandangiinya dengan dingin, siap untuk menghabisinya. Pertempuran antara
mereka berlangsung sengit, dengan kedua belah pihak saling menyerang dan mempertahankan
diri. Lumayan memakan banyak waktu, akhirnya Alessia berhasil membuat Leonardo jatuh dan
melemah dengan badannya yang sudah berlumuran darah.
Alessia turun dari kuda dan berdiri di pinggir tubuh Leonardo yang sudah terkapar di tanah yang
gersang. "Sudah ku bilang, aku tak akan kalah," kata Alessia, lalu menebas kepala Leonardo.
"Mati juga! Hahaha," ucap Alessia diiringi tawa jahat.
Lalu dia memerintahkan para pengawalnya untuk memberitahu ayahnya bahwa perang antara
keluarga Morano dan Russo belum berakhir. Aku memandang mayat-mayat di sekitar, merasa
bahwa pertumpahan darah ini belum berakhir. Aku akan melakukan apa saja untuk melindungi
keluarga dan nama baik Morano.
Alessia memandang mayat musuh yang telah dihabisi, merasa bahwa perang antara keluarga
Morano dan Russo belum berakhir, karena dia tahu bahwa akan ada lagi musuh-musuh yang
akan datang untuk menghancurkan keluarga Morano.
Alessia memerintahkan para pengawalnya untuk membersihkan mayat-mayat dan
menghancurkan bukti-bukti kejahatan.
*Di Kamar Alessia*
Kamar yang mewah bernuansa hitam emas dirancang sedemikian rupa. Alessia memandang
ke cermin, melihat wajahnya yang dingin dan tanpa ekspresi. Alessia tahu bahwa dia tidak akan
pernah bisa menunjukkan kelemahan, karena itu akan membuatnya terlihat lemah di mata
musuh-musuhnya.
Alessia mengambil napas dalam-dalam, merasa bahwa dia harus siap untuk menghadapi apa
pun yang akan datang. Dia tidak akan pernah bisa memiliki kedamaian, tapi dia akan terus
berjuang untuk melindungi keluarga Morano dan menghancurkan musuh-musuh kami.
*Ruang Bawah Tanah*
"Eh, pengawal jelata, kiranya kamu dapat memberitahu aku tentang apa saja yang ada di balik
kejahatan Russo, maka aku akan membebaskanmu," tanya Alessia kepada pengawal kerajaan
Russo yang tertangkap usai perang.
Pengawal itu memandangi Alessia dengan mata yang penuh ketakutan dan tetap diam. Alessia
geram akibat pertanyaan yang tidak dijawab, lalu dia memerintahkan pengawalnya untuk
membawanya ke ruang penyiksaan.
Di ruang penyiksaan, Alessia memerintahkan pengawal untuk melakukan penyiksaan kejam
terhadap pengawal itu dan tidak akan berhenti sampai dia membuka mulut dan memberitahu
segala informasi tentang keluarga Russo dan rencana mereka untuk menghancurkan keluarga
Morano. Musuh itu menjerit kesakitan ketika pengawal melakukan penyiksaan. Alessia memandangiinya
dengan mata yang dingin, tanpa rasa kasihan sedikit pun.
"Beri tahu informasi yang kami inginkan," kata Alessia dengan nada yang tegas. "Atau kamu
akan menderita lebih lama lagi."
Musuh itu akhirnya memberitahu Alessia segala informasi yang dia inginkan, termasuk rencana
keluarga Russo untuk menghancurkan keluarga Morano. Alessia memandanginya dengan mata
yang dingin, lalu memerintahkan pengawal untuk menghabisinya.
Alessia merasa puas ketika musuh itu tidak lagi bernapas. Dia telah melindungi keluarga
Morano dan menghancurkan musuh-musuhnya. Tapi dia tahu bahwa perang antara keluarga
Morano dan Russo belum berakhir.
Alessia berdiri di atas puncak kekuasaan, memandang kota yang telah dia kuasai. Ia telah
melakukan apa saja untuk melindungi keluarga Morano dan menghancurkan musuh-musuh.
Tapi Alessia tahu bahwa kekuasaan tidak pernah berakhir.
Alessia memandang ke langit, merasa bahwa ia telah menjadi apa yang ia takuti. Ia telah
menjadi bayangan yang kejam dan tanpa belas kasihan. Tapi Alessia tidak menyesal. Ia telah
melakukan apa yang ia pikir benar untuk melindungi nama baik Morano.
Alessia akan terus berdiri di atas puncak kekuasaan, memandang ke bawah dengan mata yang
dingin. Aku adalah Alessia Morano, pewaris tahta keluarga Morano. Dan aku tidak akan pernah
jatuh.
Alessia berdiri di atas bukit, memandang kota yangtelah dia lindungi dengan darah dan air
mata. Dia merasa bahwa dia telah melakukan apa yang dia harus lakukan untuk melindungi
Morano.
Tapi, ketika dia memandang ke bawah, dia melihat musuh-musuh yang telah dia habisi,
termasuk Leonardo Russo. Alessia merasa bahwa dia telah kehilangan sebagian dari dirinya
sendiri.
Dikeheningan ini, tiba-tiba terdengar suara tembakan. Alessia merasa sakit di dada, dan dia
terjatuh ke tanah. Dia melihat wajah ayahnya, Vincenzo "Il Re" Morano, yang telah meninggal
beberapa tahun yang lalu.
"Maafkan saya, nona," ucap Reon, tangan kanan keluarga Morano. Alessia menyadari bahwa
dia telah dikhianati oleh salah satu orang terdekatnya. Dia merasa bahwa dia telah
mempercayai orang yang salah.
Alessia mencoba untuk berbicara, tapi suaranya tidak keluar. Dia melihat ke atas, dan melihat
wajah orang yang telah mengkhianatinya. Alessia merasa bahwa dia telah kalah, kalah dengan
kelicikan.
Dia meninggal di atas bukit, dengan pandangan ke kota yang telah dia lindungi dengan darah
dan air mata. Alessia merasa bahwa dia telah gagal melindungi keluarga Morano. Musuh itu menjerit kesakitan ketika pengawal melakukan penyiksaan. Alessia memandangiinya
dengan mata yang dingin, tanpa rasa kasihan sedikit pun.
"Beri tahu informasi yang kami inginkan," kata Alessia dengan nada yang tegas. "Atau kamu
akan menderita lebih lama lagi."
Musuh itu akhirnya memberitahu Alessia segala informasi yang dia inginkan, termasuk rencana
keluarga Russo untuk menghancurkan keluarga Morano. Alessia memandanginya dengan mata
yang dingin, lalu memerintahkan pengawal untuk menghabisinya.
Alessia merasa puas ketika musuh itu tidak lagi bernapas. Dia telah melindungi keluarga
Morano dan menghancurkan musuh-musuhnya. Tapi dia tahu bahwa perang antara keluarga
Morano dan Russo belum berakhir.
Alessia berdiri di atas puncak kekuasaan, memandang kota yang telah dia kuasai. Ia telah
melakukan apa saja untuk melindungi keluarga Morano dan menghancurkan musuh-musuh.
Tapi Alessia tahu bahwa kekuasaan tidak pernah berakhir.
Alessia memandang ke langit, merasa bahwa ia telah menjadi apa yang ia takuti. Ia telah
menjadi bayangan yang kejam dan tanpa belas kasihan. Tapi Alessia tidak menyesal. Ia telah
melakukan apa yang ia pikir benar untuk melindungi nama baik Morano.
Alessia akan terus berdiri di atas puncak kekuasaan, memandang ke bawah dengan mata yang
dingin. Aku adalah Alessia Morano, pewaris tahta keluarga Morano. Dan aku tidak akan pernah
jatuh.
Alessia berdiri di atas bukit, memandang kota yangtelah dia lindungi dengan darah dan air
mata. Dia merasa bahwa dia telah melakukan apa yang dia harus lakukan untuk melindungi
Morano.
Tapi, ketika dia memandang ke bawah, dia melihat musuh-musuh yang telah dia habisi,
termasuk Leonardo Russo. Alessia merasa bahwa dia telah kehilangan sebagian dari dirinya
sendiri.
Dikeheningan ini, tiba-tiba terdengar suara tembakan. Alessia merasa sakit di dada, dan dia
terjatuh ke tanah. Dia melihat wajah ayahnya, Vincenzo "Il Re" Morano, yang telah meninggal
beberapa tahun yang lalu.
"Maafkan saya, nona," ucap Reon, tangan kanan keluarga Morano. Alessia menyadari bahwa
dia telah dikhianati oleh salah satu orang terdekatnya. Dia merasa bahwa dia telah
mempercayai orang yang salah.
Alessia mencoba untuk berbicara, tapi suaranya tidak keluar. Dia melihat ke atas, dan melihat
wajah orang yang telah mengkhianatinya. Alessia merasa bahwa dia telah kalah, kalah dengan
kelicikan.
Dia meninggal di atas bukit, dengan pandangan ke kota yang telah dia lindungi dengan darah
dan air mata. Alessia merasa bahwa dia telah gagal melindungi keluarga Morano.Musuh itu menjerit kesakitan ketika pengawal melakukan penyiksaan. Alessia memandangiinya
dengan mata yang dingin, tanpa rasa kasihan sedikit pun.
"Beri tahu informasi yang kami inginkan," kata Alessia dengan nada yang tegas. "Atau kamu
akan menderita lebih lama lagi."
Musuh itu akhirnya memberitahu Alessia segala informasi yang dia inginkan, termasuk rencana
keluarga Russo untuk menghancurkan keluarga Morano. Alessia memandanginya dengan mata
yang dingin, lalu memerintahkan pengawal untuk menghabisinya.
Alessia merasa puas ketika musuh itu tidak lagi bernapas. Dia telah melindungi keluarga
Morano dan menghancurkan musuh-musuhnya. Tapi dia tahu bahwa perang antara keluarga
Morano dan Russo belum berakhir.
Alessia berdiri di atas puncak kekuasaan, memandang kota yang telah dia kuasai. Ia telah
melakukan apa saja untuk melindungi keluarga Morano dan menghancurkan musuh-musuh.
Tapi Alessia tahu bahwa kekuasaan tidak pernah berakhir.
Alessia memandang ke langit, merasa bahwa ia telah menjadi apa yang ia takuti. Ia telah
menjadi bayangan yang kejam dan tanpa belas kasihan. Tapi Alessia tidak menyesal. Ia telah
melakukan apa yang ia pikir benar untuk melindungi nama baik Morano.
Alessia akan terus berdiri di atas puncak kekuasaan, memandang ke bawah dengan mata yang
dingin. Aku adalah Alessia Morano, pewaris tahta keluarga Morano. Dan aku tidak akan pernah
jatuh.
Alessia berdiri di atas bukit, memandang kota yangtelah dia lindungi dengan darah dan air
mata. Dia merasa bahwa dia telah melakukan apa yang dia harus lakukan untuk melindungi
Morano.
Tapi, ketika dia memandang ke bawah, dia melihat musuh-musuh yang telah dia habisi,
termasuk Leonardo Russo. Alessia merasa bahwa dia telah kehilangan sebagian dari dirinya
sendiri.
Dikeheningan ini, tiba-tiba terdengar suara tembakan. Alessia merasa sakit di dada, dan dia
terjatuh ke tanah. Dia melihat wajah ayahnya, Vincenzo "Il Re" Morano, yang telah meninggal
beberapa tahun yang lalu.
"Maafkan saya, nona," ucap Reon, tangan kanan keluarga Morano. Alessia menyadari bahwa
dia telah dikhianati oleh salah satu orang terdekatnya. Dia merasa bahwa dia telah
mempercayai orang yang salah.
Alessia mencoba untuk berbicara, tapi suaranya tidak keluar. Dia melihat ke atas, dan melihat
wajah orang yang telah mengkhianatinya. Alessia merasa bahwa dia telah kalah, kalah dengan
kelicikan.
Dia meninggal di atas bukit, dengan pandangan ke kota yang telah dia lindungi dengan darah
dan air mata. Alessia merasa bahwa dia telah gagal melindungi keluarga Morano."Maafkan Alessia, yah," ucap Alessia sebelum menghembuskan nafas terakhir.
Keluarga Morano jatuh ke tangan musuh-musuh mereka, dan nama mereka menjadi sejarah.
Alessia meninggal sendirian, tanpa ada yang menyayanginya.
Alessia Morano, pewaris tahta keluarga Morano, sekarang menjadi bagian dari sejarah kelam
keluarga Morano. Dia meninggal di atas bukit, sendirian dan dikhianati oleh orang terdekatnya.
Kisahnya menjadi pelajaran tentang bagaimana kekuasaan dan kekerasan dapat
menghancurkan seseorang dari dalam. Meskipun dia memiliki kekuatan dan kekuasaan,
Alessia tidak dapat menghindari akhir yang tragis.