Alchemy of School
Oleh: Hopipah NP
---
1. Pukul 11.00 siang, di SMA Alchemira
Langit mendung menggantung seperti menyimpan rahasia. Di halaman SMA Alchemira, angin bertiup lirih, membawa aroma kertas tua dan bunga kenanga. Sekilas seperti sekolah biasa — siswa lalu lalang, beberapa duduk di taman kecil sambil membuka bekal, sebagian lain memanfaatkan jam istirahat untuk bersantai di pojok kelas.
Namun siapa sangka, sekolah ini menyimpan rahasia kuno yang bahkan tidak diketahui oleh para guru biasa.
“Qira, lo bawa buku sejarah alkimia enggak?” bisik Nael, cowok berkacamata yang hobi nyari masalah tapi punya IQ 140.
Qira mengangkat alis, “Kenapa? Lo mimpi aneh lagi?”
Nael menoleh cepat ke arah lorong sepi di belakang ruang lab tua. “Enggak cuma mimpi. Tadi pagi di cermin toilet lantai tiga, ada simbol aneh muncul sendiri. Gue udah foto, nih!”
Ia menunjukkan ponselnya. Simbolnya menyerupai bintang lima sisi dengan huruf Latin kuno di sekelilingnya. Qira menghela napas.
“Lo yakin itu bukan corat-coret anak kelas seni?”
Nael menatap tajam. “Qira, lo tahu kan apa yang dikatakan buku lama itu? Kalau simbol itu muncul... berarti Perpindahan Faza bakal terjadi lagi.”
Qira terdiam. Perpindahan Faza — sebuah legenda rahasia di sekolah mereka, yang konon terjadi setiap dua puluh tahun sekali. Dunia paralel terbuka, dan hanya mereka yang punya darah "alkimist" sejati yang bisa melihat celah di antara dimensi.
---
2. Ruang Bawah Tanah yang Terkunci
Malam harinya, Qira, Nael, dan Rani (cewek pintar dan penghafal semua kode sandi), menyelinap masuk ke gedung tua yang sudah tidak digunakan lagi. Lorong menuju ruang bawah tanah dipenuhi jaring laba-laba dan bau buku tua yang basah.
“Ini kuncinya,” bisik Rani sambil menyodorkan sebuah liontin tua yang berbentuk tetes air.
Nael mengambilnya dan menempelkan ke lubang kunci pintu besi berkarat.
Krek.
Pintu terbuka. Di dalamnya, terdapat ruangan bundar dengan pilar-pilar batu melingkar dan di tengahnya terdapat meja bundar dari granit hitam.
Di atas meja itu, ada sebuah buku besar berjudul ‘Alkemora: The Law of Transmutation’.
“Gila… buku ini enggak pernah ada di perpustakaan mana pun,” gumam Qira, merinding.
Nael membuka halaman pertama. Sebuah tulisan muncul sendiri dengan tinta emas:
“Hanya mereka yang mengerti kehancuran, bisa membentuk penciptaan.”
Tiba-tiba, lantai bergetar. Simbol yang dilihat Nael di toilet tadi muncul menyala di lantai, dan dalam sekejap, mereka tersedot ke dalam cahaya biru terang.
---
3. Dunia Sejajar — Alchemira Tertukar
Mereka terbangun di tempat yang sangat mirip sekolah mereka, tapi anehnya… semuanya lebih gelap, dan ada menara jam besar di tengah lapangan sekolah.
“Lo yakin ini SMA Alchemira?” tanya Rani pelan.
“Bukan… Ini Alchemira Arka,” jawab Nael, menunjuk plang nama sekolah yang berkarat.
Tiba-tiba terdengar suara sirine. Sekelompok siswa berpakaian seperti pejuang zaman steampunk muncul dari balik gedung.
“Kalian dari dimensi luar! Tangkap mereka!” teriak salah satu dari mereka.
Tanpa pikir panjang, Qira menarik kedua temannya dan mereka kabur ke lorong belakang. Di situ, mereka bertemu seorang gadis misterius berambut ungu yang memegang tongkat emas.
“Namaku Keira. Kalian adalah penerus Alchemist Sejati, bukan?” tanyanya datar.
Qira menelan ludah. “Kami… kami cuma siswa biasa…”
Keira tersenyum pahit. “Kalau begitu, kalian akan mati seperti yang lainnya.”
---
4. Pelatihan Alkimia dan Rahasia Kekuatan
Ternyata, Keira bukan musuh. Ia adalah penjaga dimensi Alchemira Arka yang sedang mencari "anak-anak warisan" dari dunia nyata.
“Di setiap generasi, akan lahir tiga keturunan yang bisa mengakses kekuatan alkimia murni. Tapi kalian belum siap,” katanya sambil membuka gulungan berisi rumus transmutasi dasar.
Mereka menjalani pelatihan. Nael belajar transmutasi elemen — mengubah air menjadi es dan api. Qira menemukan bakat alkimia penyembuhan dan ilusi. Sementara Rani menguasai pengunci waktu — kemampuan untuk memperlambat gerakan objek di sekitarnya.
Namun, semakin kuat mereka, semakin banyak pasukan dari kelompok "Aurum Umbra" yang memburu mereka.
“Kita harus segera kembali ke dunia asal. Kalau enggak, Faza berikutnya bakal permanen, dan kita bakal terkunci di sini!” ujar Rani panik.
---
5. Pengkhianatan dan Perang di Sekolah Cermin
Dalam upaya kembali ke dunia mereka, Qira dan tim menyelinap ke Sekolah Cermin, tempat semua dimensi saling bertaut.
Namun, saat mencapai ruang utama transmutasi, Keira mengkhianati mereka.
“Aku juga anak warisan. Tapi aku menolak jadi ‘nabi alkimia’. Aku ingin kendali penuh atas dua dunia!” katanya sambil menyerap energi dari meja transmutasi pusat.
Nael berusaha menghentikannya, tapi Keira terlalu kuat. Ia sudah menggabungkan alkimia api dan waktu menjadi kekuatan destruktif.
Saat Keira hendak membunuh Qira, tiba-tiba liontin tua milik Rani bersinar. Terbuka sebuah lubang dimensi, dan suara guru sejarah dari dunia nyata terdengar:
> “Ingat... alkimia bukan tentang menghancurkan. Tapi tentang mengerti nilai kehilangan.”
Dengan air mata di matanya, Qira membacakan rumus transmutasi terakhir:
"Solis in Cruce, Veritas in Anima..."
Cahaya putih meledak. Keira menjerit. Dan segalanya lenyap.
---
6. Kembali ke SMA Alchemira
Qira terbangun di kelas, dengan Nael dan Rani duduk di sebelahnya. Seolah semuanya hanya mimpi.
Namun, di saku mereka masing-masing… masih ada jejak emas dari dunia Alchemira Arka. Buku ‘Alkemora’ hilang, namun simbolnya kini terpatri di meja belajar mereka.
Dan yang paling aneh?
Guru sejarah mereka… tersenyum tipis dan berkata, “Selamat datang kembali, para Alkemist muda.”
---
Epilog:
Beberapa hari kemudian, Qira menulis jurnal diari:
> “Dunia ini menyimpan banyak misteri. Kadang, di balik buku-buku tua dan cermin toilet sekolah, ada dunia yang menunggu untuk ditemukan. Dunia di mana kita bukan hanya pelajar... tapi juga pewaris kekuatan kuno. Tapi satu hal yang pasti — bukan kekuatan yang membuat kita hebat, melainkan pilihan untuk menggunakannya dengan bijak.”
“Dan kami memilih… untuk melindungi, bukan menguasai.”
---
7. Surat Rahasia dari Dimensi Lain
Beberapa hari setelah kejadian itu, Qira merasa hidupnya kembali normal — kelas, PR, dan ocehan ibu tentang nilai. Namun, setiap malam ia selalu bermimpi aneh: dunia cermin, suara Keira menangis, dan simbol menyala di langit.
Sampai suatu hari, Qira menemukan surat misterius di dalam laci mejanya. Surat itu ditulis dengan huruf yang hanya bisa dibaca oleh mereka yang pernah "bertransmutasi".
> "Qira, jika kau membaca ini, maka dunia kita masih terhubung. Perpindahan Faza berikutnya akan datang lebih cepat. Jaga liontinmu. Jagalah Nael dan Rani. Dan temui aku saat bulan merah muncul."
> – Keira
Qira gemetar. Ia menatap liontin yang dulu dibawa Rani, yang kini tergantung di lehernya.
“Ini belum berakhir…” gumamnya.
---
8. Rani dan Teori Dimensi Terbelah
Di laboratorium komputer, Rani menunjukkan sesuatu yang mengerikan.
“Menurut kalkulasi gue, dunia kita dan Alchemira Arka udah mulai bertumpuk,” katanya serius. “Mungkin… dua dunia bakal tabrakan. Dan kita cuma punya waktu tiga minggu sebelum semua jadi satu kekacauan.”
Nael menambahkan, “Kalau dua dunia gabung, maka semua orang biasa akan kehilangan ‘kesadaran’ — dan cuma alkemist sejati yang bakal bisa mengendalikan realitas.”
Mereka bertiga menatap satu sama lain. Dunia mengandalkan mereka. Tapi mereka hanyalah remaja sekolah biasa… yang bahkan belum lulus matematika dasar.
Namun, mereka sadar satu hal: mereka tak bisa mundur.
---
9. Misi Terakhir: Kembali ke Cermin Dunia
Mereka kembali ke ruang bawah tanah. Buku Alkemora memang hilang, tapi simbol di lantai kembali menyala.
Dengan mantra gabungan, mereka membuka celah dimensi sekali lagi. Tapi kali ini, mereka tidak kembali ke Alchemira Arka... melainkan ke tempat yang disebut “Nexus Faza” — titik tengah semua dunia.
Di sana, Keira menunggu, setengah wajahnya terluka karena kekuatan yang dulu ia paksa kuasai. Ia bukan lagi musuh. Ia hanya gadis kesepian yang kehilangan arah.
“Aku salah,” bisiknya. “Tapi kita bisa memperbaiki ini bersama. Dunia hanya akan selamat jika keempat pewaris menyatu dalam satu tujuan.”
Mereka bergandengan tangan. Bersama-sama, mereka membacakan mantra terakhir, menggunakan energi dari hati, bukan ego.
“Fiat Lux, Fiat Harmonia, Fiat Spera.”
Ledakan cahaya menerangi langit.
---
10. Kembali... dan Memulai Lagi
Pagi itu, Qira terbangun di kelas. Rani sedang membaca buku seperti biasa. Nael tertidur di kursinya. Guru belum datang.
Namun di papan tulis... tertulis sebuah kalimat dengan spidol emas:
> “Penerus sejati tak pernah berhenti belajar.”
Qira tersenyum. Ia tahu petualangan mereka belum benar-benar berakhir. Tapi untuk saat ini... hidup sebagai remaja biasa adalah petualangan yang paling sulit.
---
Epilog Tambahan:
Beberapa minggu kemudian, saat bulan merah menggantung rendah di langit, Qira menerima notifikasi dari email tak dikenal:
> “Alchemy of School – Kelas Lanjutan Akan Dibuka. Lokasi: Lantai Tiga, Ruang Kosong yang Tak Pernah Ada.”
Jangan lupa follow, vote, komen & like.
Yuk mampir di karya novel aku
Yuk mampir balik, di karya aku.
Bismillah, yuk mampir di novel aku, ingsyaallah ceritanya seru, mohon dukungannya, yah no bully. minta kritik dan saran juga nasehat, jangan lupa like komen dan follow akun aku serta vote . Di baca juga novelnya jangan cuma ngintip, lanjut sampai tamat. Tinggalkan jejak. Ikuti terus episode terbarunya, dukungan positif yang pasti 💪
Judulnya : Ruang Hati Opi Yang Diminta mereka. (Novel baru)
Judul : Professor & Student: Love Through Time (Novel baru)
judu Novel : Beautiful, Previously Injured (Berlian di Pelukan CEO MAFIA) (Novel pertama sudah tamat)